• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerukunan dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika

Dalam dokumen S , 4 ( S M P I (Halaman 144-148)

HARMONISASI DAN KERUKUNAN DALAM

BHINNEKA TUNGGAL IKA

2. Kerukunan dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika

Multikulturalisme mengisyaratkan pengakuan terhadap realitas keragaman. Pengakuan terhadap keragaman kultural tersebut mencakup keragaman suku, adat istiadat, termasuk keragaman agama. Lawrence Blum mendefenisikan multikulturalisme sebagai paham yang mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lubis, 2001). M.G.Smith dalam Abdul Rachman (2001) mendefinisikan bahwa multikultural bangsa sebagai sesuatu yang lebih dari hanya keragaman kebudayaan. Sebuah kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari kolektifitas kelompok-kelompok masyarakat yang bersifat majemuk. Dari segi etnitasnya terdapat 656 suku bangsa (Hidayat, 1997) dengan tidak kurang dari 300 jenis bahasa daerah, dan di Irian Jaya saja lebih 200 bahasa-bahasa suku bangsa (Koentjaraningrat,1993). Penduduknya sudah mencapai 200 juta, yang menempatkan Indonesia pada urutan keempat dunia.

Wilayah lingkungan utama kehidupannya juga memperlihatkan keberagaman. Ada komunitas yang mengandalkan pada laut sebagai sumber kehidupannya seperti orang Bajo. Orang-orang Bugis-Makasar, Bawean, dan Melayu dikenal sebagai masyarakat pesisir; serta terdapat pula komunitas-komunitas pedalaman, antara lain orang Gayo di Aceh, Tengger di Jawa Timur, Toraja di Sulawesi Selatan, Dayak di Kalimantan, dan lain sebagainya. Karakter keberagaman itu ditambah lagi dengan perbedaan-perbedaan tipe masyarakatnya. Sesungguhnya keberagaman tersebut sebagai suatu keadaan obyektif yang dimiliki bangsa Indonesia. Tetapi keberagaman itu tidak menghalangi keinginan untuk bersatu dan hidup secara rukun.

Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhinneka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika memegang peran yang sangat penting bagi negara Indonesia dengan keberagamannya. Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kerukunan. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak keberagaman (suku, agama, ras, kesenian,adat, bahasa, dan lain sebagainya) namun tetap bisa bersatu dan hidup dalam kerukunan.

Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras. Keberagaman tersebut dihormati dan dihargai serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Keberagaman bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa,

PPKn SMP K - 7 133

selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.

Keberagaman Indonesia memang tidak bisa dipungkiri juga bisa berpotensi menimbulkan berbagai macam konflik atau perselisihan. Misalnya dari salah satu keberagaman agama di Indonesia. Perbedaan terjadi pada hampir semua aspek agama, baik di bidang konsepsi tentang Tuhan maupun konsepsi pengaturan kehidupan. Hal ini dalam prakteknya, cukup sering memicu konflik fisik antara umat berbeda agama. Konflik Maluku, Poso, ditambah sejumlah kasus terpisah di berbagai tempat di mana kaum Muslim terlibat konflik secara langsung dengan umat Kristen adalah sejumlah contoh konflik yang – sedikit banyak- dipicu oleh perbedaan konsep di antara kedua agama ini. Pandangan stereotip satu kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya menjadi satu hal yang muncul bersamaan dengan terdengarnya genderang permusuhan, yang diikuti oleh upaya saling serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah seteru masing-masing, dan sebagainya.

Dalam laporan PGI dan KWI kepada Komnas HAM, tercatat 108 kasus penutupan, penyerangan dan pengrusakan gereja terjadi sejak tahun 2004-2007. Dengan rinciannya, pada tahun 2004 terdapat 30 kasus, 2005 ada 39 kasus, 2006 ada 17 kasus dan 2007 ada 22 kasus. Adapun provinsi yang terbanyak terjadi kasus-kasus tersebut adalah Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Poso dan Bengkulu. Munculnya aliran-aliran keagamaan seperti Al Qiyadah Al Islamiyah, Ahmadiyah, Lia Eden dan lain sebagainya memperlihatkan bahwa persoalan tentang agama menjadi sedemikian kompleks. Atas dasar kebebasan beragama dan pluralisme, sebenarnya hal tersebut tidaklah perlu terjadi. Namun demikian, kita tidak dapat sepenuhnya menampik bahwa hal tersebut terjadi karena adanya disharmomisasi hubungan antar umat beragama, akibat tidak adanya sikap saling menghormati keyakinan ajaran agama umat lain. Padahal jika semua pihak memaknai ―toleransi‖ (―menghargai perbedaan‖) dengan tepat, bukan tidak mungkin persoalan tersebut dapat diminimalisir.

Persoalan-persoalan dan perselisihan yang diakibatkan perbedaan karena keberagman masyarakat Indonesia ini tentunya memang akan berdampak pada bagaimana cara yang tepatuntuk menciptakan integrasi bangsa. Seperti yang dijelaskan oleh Nasikun, yakni; 1) terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki kebudayaan, atau lebih tepat sub-kebudayaan, yang berbeda satu sama lain; 2) memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat dasar; 3) kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar; 4) secara relatif seringkali terjadi konflik antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain; 5) secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi; serta 6) adanya dominasi politik suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.

Sehingga memang diperlukan beberapa landasan pokok untuk mewujudkan sistem sosial itu dapat terintegrasi dari berbagai multikultural, yakni pertama, suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus diantara sebagian anggota masyarakat akan nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental. Kedua, suatu masyarakat senantiasa terintegrasi juga oleh karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliations). Oleh karena itu setiap konflik yang terjadi diantara suatu kesatuan sosial dengan kesatuan-kesatuan sosial yang lain segera akan dinetralisir oleh adanya masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.

Tidak kalah pentingnya semangat berbhinneka tunggal ika juga perlu kita tingkatkan. Yang mana dari keberagaman itu Indonesia mampu menciptakan keselarasan yang dapat berjalan berdampingan, serta mampu menciptakan negeri yang damai dalam berbudaya. Dan justru inilah yang akan menjadi tantangan besar untuk generasi penerus bangsa Indonesia, yang mana kita ketahui bahwa mempertahankan tentu jauh lebih sulit dibandingkan dengan menciptakan. Inilah yang masih menjadi upaya bersama untuk mempertahankan keselarasan atau keharmonisanyang terjalin dalam keragaman di Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang berdaulat memilki kebijaksanaan local (local wisdom).. Nilai-nilai yang kita punya, yang terbentuk melalui proses yang panjang dan dilatarbelakangi oleh penyesuaian karakteristik iklim, karakteristik keadaan alam, maupun karakteristik sosiologis kemasyarakatan, membentuk budaya, norma, dan nilai-nilai yang patut kita acungkan jempol dan tentu saja paling sesuai dengan diri kita sebagai masyarakat Indonesia. Indonesia adalah bangsa yang beradab dan memilki peradaban. Indonesia sangatlah unik dan memilikii karakteristik yang khas. Tinggal bagaimana caranya agar bisa menanamkan sikap toleransi sejak dini. Agar kelak ketika sudah dewasa. Dia bisa memanfaatkan dan menggunakan nilai-nilai yang telah diajarkan dulu. Kita ketahui bahwa toleransi dan saling menghargai adalah sikap yang tersirat dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Tanpa adanya toleransi dan sikap saling menghargai, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah karena setiap orang saling mencela dan menganggap dirinya paling baik diantara yang lainnya. Masih banyaknya masalah sosial yang terjadi di masyarakat karena faktor perbedaan ras, suku, agama. Dengan adanya kemajemukan masyarakat perlu adanya pendidikan multikulturaluntuk menciptakan suatu kehidupan yang menerima perbedaan, bisa hidup bersama secara harmonis, saling menghormati, menghargai perbedaan dan hidup dalam kerukunan.

PPKn SMP K - 7 135 D. Aktivitas Pembelajaran

Untuk mengasah dan memantapkan penguasaan materi ―Harmonisasi dan Kerukunan dalam Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika‖, Anda perlu melakukan aktivitas pembelajaran sebagai berikut.

Kegiatan Deskripsi Aktivitas Kegiatan Alokasi

Waktu Pendahuluan a. Bangunlah motivasi belajar Anda untuk mengikuti proses

pembelajran dan kebermaknaan mempelajari materi

modul ―Harmonisasi dan Kerukunan dalam

Keberagaman berbingkai Bhinneka Tunggal Ika‖.

b. Lakukan adaptasi modul (judul modul, lingkup Kegiatan Pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai pada modul) ini.

c. Perhatikan informasi instruktur Anda mengenai scenario kerja diklat dan gambaran tugas serta tagihan hasil kerja sebagai indikator capaian kompetensi peserta dalam penguasaan materi modul

15 menit

Kegiatan Inti a. Tahapan Konsentrasi.

Bacalah dengan cerdas dan cermat (secara individual) agar anda mampu mendapatkan pemahaman terhadap materi modul Anda!

b. Tahapan Dialog.

1) Peserta diklat membagi diri ke dalam beberapa kelompok (sesuai dengan keperluan)

2) Kelompok mendiskusikan materi latihan/kasus/tugas sebagaimana yang telah dipersiapkan di dalam modul.

3) Presentasi kelompok, pertanyaan, saran dan komentar.

4) Penyampaian hasil diskusi.

5) Instruktur/narasumber memberikan klarifikasi

berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok .

c. Tahap Kristalisasi

Penyusunan rekomendasi serta komitmen peserta diklat terhadap harmonisasi dan kerukunan dalam

150 menit

keberagaman berbingkai bhineka tunggal ika.

Penutup a. Peserta di bawah fasilitas narasumber menyimpulkan hasil pembelajaran.

b. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

c. Mencermati umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.

15 menit

Dalam dokumen S , 4 ( S M P I (Halaman 144-148)