Ketuhanan Yang Maha Esa Mengenai Nilai-Nilai Pancasila Atas Dasar Umat Beragama Islam
Oleh Yuli Pindy IkaSari
Pancasila merupakan terangkum seperangkat nilai luhur dalam lima butir sila. Pancasila yang diambil dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia yang sudah ada sejak dahulu sebelum bangsa kita merdeka dan sebelum Pancasila dijadikan dasar negara. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat, masing-masing saling melengkapi dan berhubungan menjadikan kesatuan sistem nilai yang dimiliki bangsa Indonesia maka akan menentukan pola sikap, tingkah laku, dan tindakan bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara hakikatnya terletak pada kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Indonesia yang menjadi pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum serta moral. Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila pertama dari Pancasila. Pokok pikiran pertama menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara persatuan artinya negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi perseorangan dan golongan.
Umat beragama yang diakui di Indonesia sudah ada 6 yaitu Agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Khong Hu Cu. Meskipun masing-masing masyarakat berbeda agama tetapi rasa toleransi masih sangat kuat dengan adanya budaya yang lekat di Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika yang menjadikan semboyan yang tertulis pada lambang negara Indonesia.
Mahabijaksana, Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esadengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Mengapa kita wajib beribadah? Karena beribadah itu perintah Allah SWT. Segala yang ada di bumi dan alam seisinya, termasuk kita adalah ciptaan Allah SWT. Kita wajib mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah SWT agar kita terhindar dari perbuatan yang tercela. Ketaatan beribadah merupakan wujud keimanan dan ketakwaan kita terhadap Allah. Kita beribadah semata-mata karena Tuhan Yang Maha Esa dan benar-benar ada Tuhan menciptakan seluruh alam.
Pada dasarnya keyakinan akan keberadaan Allah Ta’ala merupakan hal yang bersifat naluri atau fitrah. Seseorang tidak perlu berfikir atau belajar untuk mengetahui bahwa Allah itu ada karen pengetahuan tersebut sudah ada sejak dia diciptakan. Sama halnya dnegan pengetahuan seseorang bahwa kue yang telah dipotong lebih sedikit dari kue yang masih utuh. Atau pengetahuan bawasannya suatu perbuatan pasti ada pelakunya.
Seorang anak kecil pun ketika dia dipukul dari belakang misalnya, dengan nalurinya dia akan menengok dan mencari siapa pelakunya. Kalau dikatakan kepadanya bahwa tidak ada seorang pun yang memukulnya, dia tidak akan percaya. Bahkan mungkin dia akan menangis hingga mengetahui siapa yang memukulnya untuk kemudian bisa membalasnya. Brgitu juga tentang pengetahuan seseorang adanya Allah sebagai Tuhan pencipta. Tanpa berpikir dan belajar pun hal tersebut sudah ada, tertanam dalam setiap jiwa manusia.
Islam adalah agama yang sempurna yang disebutkan Allah didalam Al-Qur’an ”al yauma lakum dinakum watmamtu’alaikum ni’matii waradhitu lakumul islama dinan” yang artinya ”Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamaku telah kucukupkan bagimu nikmat dari Ku dan telah ku Ridhai satu-satunya agama yaitu Islam”. Islam adalah agama yang memberi Rahmat bagi seluruh alam.
Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali. Kalau kita adalah milknya dan kita hidup diatas bumi Allah maka kita bukan siapa-siapa Hanya numpang di bumi Allah. Sebagaimana menumpang maka yang kita miliki sekarang adalah bukan milik kita. Miliknya Allah.
Sumber :
Sugiyarto. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMP dan MTS Kelas VIII. Depok : Arya Duta
Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan : Membangun Warga Negara yang Demokratis. Jakarta : Grafindo Media Pratama Budiana, dkk. 1995. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jakarta: Citra Lamtoro Gung Persada