Klasifikasi Bloom Ranah Kognitif Beserta
Contoh C1-C6
Filed under: Penelitian — 3 Komentar
Maret 17, 2013
13 Votes
Pada tahun 1950-an Benyamin Bloom memimpin suatu tim yang terdiri atas para ahli psikologi dalam menganalisis perilaku belajar akademik. Hasil pekerjaan tim ini dikenal dengan taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga kategori perilaku belajar dan saling melengkapi (overlapping).
Bloom mengklasifikasi lebih lanjut kognitif menjadi 6. Keenam klasifikasi ranah kognitif bloom adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan 2. Pemahaman 3. Penerapan 4. Analisis 5. Sintesis 6. Penilaian
Gambar untuk klasifikasi taksonomi bloom ranah kognitif
▸ Baca selengkapnya: contoh tugas kliping pahlawan nasional beserta gambar dan keterangannya
(2)Contoh soal Hafalan/Ingatan (Recall) C1 atau pengetahuan
Jenjang ini meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur yang telah dipelajari oleh siswa.
Kata “komputer” berasal dari kata “computare” yang artinya……… Contoh soal Pemahaman (Comprehension) C2
Pada jenjang ini siswa diharapkan kemampuannya untuk mengerti makna dari informasi yang diperoleh baik berupa fakta, konsep, dan prinsip.
Berdasarkan kegunaan nya, perangkat keras digolongkan dalam tiga bagian utama yaitu…… Contoh soal Penerapan (Application) C3
Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, atau metode yang telah diketahuinya dalam situasi baru atau situasi kongkrit.
Saat mengakhiri pemakaian windows, prosedur mematikan computer yang benar adalah…… Contoh soal Analisis (Analysis) C4
Yang dimaksud jenjang analisis adalah kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya, sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponeninformasi tersebut menjadi jelas.
Tuliskan secara singkat langkah-langkah membuat surat dengan Mailings Contoh soal Sintesis (Synthesis) C5
Yang dimaksud jenjang sintesis adalah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, karya tulis (laporan, artikel), menyusun cara baru untuk mengklarifikasikan obyek, peristiwa, dan informasi-informasi lainnya.
Ada 2 syarat utama dalam pembuatan mail merge yaitu…… Contoh soal Evaluasi (Evaluation) C6
Yang dimaksud jenjang evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Misalnya memilih rumusan yang didukung oleh data.
Software yang digunakan untuk keperluan mengetik naskah, dokumen atau yang lebih dikenal sebagai software pengolah kata adalah………
DESKRIPSI TINGKAT KESULITAN SOAL ( C1, C2, C3, C4, C5, C6)
27 May 2012mirza faishal Leave a comment Go to commentsPrestasi belajar biologi
Belajar pada hakekatnya merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan individu untuk memebuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan pada diri sendiri yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Istilah prestasi menurut Winkel dalam Nirsam (2005:20), diartikan sebagai bukti keberhasilan yang dicapai dari kegiatan yang telah dikerjakan. Usman menjelaskan dalam Nirsam
(2005:20) bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai siswa yang dilakukan melalui tes prestasi belajar, yang bertujuan untuk megetahui gambaran tentang daya serap siswa, untuk
tujuan pendidikan yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom dalam Nirsam (2005:21) meliputi kognitif, afektif dan psikomotik. Dalam penelitian ini ranah yang diamati adalah ranah kognitif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang meliputi enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
1. Pengetahuan atau knowledge (C1)
Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tesimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau istilah-istilah, peristiwa, pengertian, kaidah, teori dan metode
1. Pemahaman atau comprehensioan (C2)
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal-hal yang telah dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mengerti dan memahami konsep yang dipelajari.
Kemapuan memahami terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:
1. Menterjemahkan adalah kemampuan merubah konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang memahaminya.
2. Mengintepretasikan adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, seperti gambar-gambar, diagram, tabel, dan grafik
3. Mengeksplorasi adalah kemampuan menafsirkan, menarik kesimpulanberdasarkan hasil terjemahan dan interpretasi.
4. Penerapan atau aplication (C3)
Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajra untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari 1. Analisis atau analysis (C4)
Analisis merupakan upaya memisahkan suatu kesatuan mejadi komponen-komponen/unsur-unsur bagian, sehingga jelas hierarkinya/eksplisit komponen-komponen/unsur-unsur-komponen-komponen/unsur-unsurnya, meliputi komponen-komponen/unsur-unsur-komponen-komponen/unsur-unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip yang terorganisi.
1. Sintesis atau syntesis (C5)
Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. Sintesis selalu menyatukan unsur baru, sehingga menyatukan unsur-unsur dari hasil analisis tidak dapat disebut sinteis
1. Evaluasi atau evaluation (c6)
Evaluasi merupakan kemampuan memberi keputusan tentang nilai sesuatu yang ditetapkan dengan sudut pandang tertentu, misalnya sudut pandang tujuan, metode dan materi.
Penellitian ini hanya menggunakan evaluasi ranah kognitif dengan aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Jadi, pengertian prestasi belajar dalam penelitian ini adalah suatu hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar biologi
dengan menggunakan model pembelajaran TGT, yang meliputi kemampuan kognitif pada jenajang penetahuan (C1) samapai analisis (C4) yang dinyatakan dalam bentuk skor.
Aspek pengetahuan merupakan kemampuan berfikir yang mana mampu melihat dan menghafal apa yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar diharapkan siswa dapat menyerap sejumlah informasi tertentu dan keadaan tingkah laku yang diharapkan dalam menginagat informasi tersebut.
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makana dan arti dlam bahan yang dipelajari, pada aspek ini siswa dapat menguraikan ini pokok bacaan. Dlam pemahaman ini memiliki tingkat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengetahuan.
Menurut sistematika Gagne (dalam winkel, 1987:318) kemampuan-kemampuan digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik dan sikap kemampuan itu dihasilkan karerna usaha belajar nemun menciptakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dan di buktikan dalam suatu prestasi. Prestasi belajar yang dicapai siswa berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh. Aspek aplikasi merupakan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses belajar mengajar untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkatan ini dapat diukur kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori dan metode untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Asperk analisis mencakup kemampuan siswa untuk merinsi suatu kesatuan dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat difahami dengan baik. Pada aspek ini siswa dapat menganalisis bagian-bagian dasar yang menghubungkan antara bagian-baigan tersebut. Analisis mencakup pemahaman dan aplikasi.
Sistesis merupakan proses pemahaman terhadap unsur-unsur yang kemudian
mengkombinasikan dengan suatu cara sebagai pola yang sebelumnya tidak tampak maka akan menjadi jelas. Siswa dituntut untuk memahami konsep, prinsip, teori dan hukum sehingga memberikan pemahaman yang baru.
Evaluasi diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dengan mempertimbangkan masalah nilai, tujuan, ide, metode penyelesaian, termasuk di dalamnya pertimbangan efektifitas dan ketepatan.
Berdasarkan uraian ditas, hasil belajar adalah prestasi belajar yang menyangkut ranah kognitif, keterampilan motorik dan sikap yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis, evaluasi dan prestasi belajar. Ranah kognitif tersebut dapat dilihat dari hasil tes siswa pada mata pelajaran biologi dengan pokok bahasan tertentu
Prestasi belajar
kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang meliputi enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
1. Pengetahuan atau knowledge (C1)
Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tesimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau istilah-istilah, peristiwa, pengertian, kaidah, teori dan metode
1. Pemahaman atau comprehensioan (C2)
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal-hal yang telah dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mengerti dan memahami konsep yang dipelajari.
Kemapuan memahami terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:
1. Menterjemahkan adalah kemampuan merubah konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang memahaminya.
2. Mengintepretasikan adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, seperti gambar-gambar, diagram, tabel, dan grafik
3. Mengeksplorasi adalah kemampuan menafsirkan, menarik kesimpulanberdasarkan hasil terjemahan dan interpretasi.
4. Penerapan atau aplication (C3)
Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajra untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari 1. Analisis atau analysis (C4)
Analisis merupakan upaya memisahkan suatu kesatuan mejadi komponen-komponen/unsur-unsur bagian, sehingga jelas hierarkinya/eksplisit komponen-komponen/unsur-unsur-komponen-komponen/unsur-unsurnya, meliputi komponen-komponen/unsur-unsur-komponen-komponen/unsur-unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip yang terorganisi.
1. Sintesis atau syntesis (C5)
Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. Sintesis selalu menyatukan unsur baru, sehingga menyatukan unsur-unsur dari hasil analisis tidak dapat disebut sinteis
1. Evaluasi atau evaluation (c6)
Evaluasi merupakan kemampuan memberi keputusan tentang nilai sesuatu yang ditetapkan dengan sudut pandang tertentu, misalnya sudut pandang tujuan, metode dan materi.
Penellitian ini hanya menggunakan evaluasi ranah kognitif dengan aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Jadi, pengertian prestasi belajar dalam penelitian ini adalah suatu hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar biologi
dengan menggunakan model pembelajaran TGT, yang meliputi kemampuan kognitif pada jenajang penetahuan (C1) samapai analisis (C4) yang dinyatakan dalam bentuk skor.
Pengertian C1, C2, C3, C4, C5, dan C6
by Ayunda Putry on 19:07 in pendidikan, Penelitian, Pengertian, Pengetahuan Pengertian C1, C2, C3, C4, C5, dan C6
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. Pengetahuan hafalan yang perlu diingat seperti rumus, batasan definisi, istilah pasal dalam undang undang, nama dan tokoh, namanama kota dan lainlain. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman, misalnya hafal suatu rumus maka kita akan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut atau hafatl katakata akan memudahkan membuat kalimat.
2. Pemaharnan (C2)
Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga yaitu tingkat rendah seperti menterjemah. Tingkat kedua yaitu pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagianbagian terdahulu dengan yang diketahui berikutrya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian. Pemahaman tingkat ketiga, yaitu pemahaman ektrapolasi yang mengharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas.persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
3. Aplikasi (C3)
Menerapkan aplikasi ke dalam situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Pada aplikasi ini siswa dituntun memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abseksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru dan menerapkannya secara benar.
4. Analisis (C4)
Dalam analisis, seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsurunsur atau komponenkomponen pembentuknya.
5. Sintesis (C5)
Pada jenjang ini seserang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
Seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkam suatu kriteria tertentu.
Home
Biologi
Sistem Saraf
Pengelompokan Saraf leher dan Fungsinya
Pengelompokan Saraf leher
dan Fungsinya
Diperbaharui pada : 5 March, 2016
sepanjang jalur dari sistem saraf pusat dan perifer,
termasuk proses keterampilan sensorik dan motorik.
Tulang belakang leher terdiri dari delapan set saraf yang
berbeda.
Beberapa saraf di leher termasuk saraf oksipital besar dan kecil,
saraf supraklavikularis dan nervus frenikus. Pengelompokan saraf
dalam tulang belakang leher diberi nama setelah mencocokkan
cakram serviks. Cakram atau (disk) ini diwakili oleh huruf “C” dan
angka sesuai dengan lokasi cakram antara vertebra lainnya yang
membentuk tulang belakang leher, dimulai dengan C1 di bagian
atas dan bekerja turun ke C8. Saraf di leher mengontrol berbagai
fungsi tubuh manusia.
Saraf Serviks C1 dan C2 bertanggung jawab untuk pergerakan
kepala. Sering disebut sebagai saraf suboksipital, C1 juga terkait
ke saraf lainnya berjalan melalui leher, seperti saraf vagus dan
saraf hypoglossal. Saraf C1 dan C2 milik pleksus serviks, bersama
dengan C3 dan C4.
C3, C4 dan C5 saraf serviks berada langsung di bawah C1 dan C2.
Saraf leher ini dalam bentuk saraf frenikus, yang membantu
mengontrol diafragma dan mengatur pernapasan. Cedera pada
saraf frenikus dapat menyebabkan masalah pernapasan dan
bahkan kematian.
Bersama-sama, saraf C1-C4 bekerja untuk melengkapi fungsi dari
pleksus serviks. Kelompok saraf memungkinkan untuk gerakan
seperti menekuk leher dan menelan. Semakin besar aurikularis
saraf, saraf oksipital inferior, dan saraf supravlavicular juga
berkontribusi terhadap fungsi pleksus serviks.
Saraf Serviks C5 merupakan awal dari pleksus brakialis.
Pengelompokan saraf ini menangani berbagai tanggung jawab,
termasuk mengendalikan otot tubuh bagian atas. Saraf C5-C8 dan
saraf toraks pertama, T1, termasuk dalam pleksus brakialis.
Secara khusus, saraf C5 mengontrol deltoids dan bisep. Saraf C6
mengontrol pergerakan di pergelangan tangan dan C7
mengontrol trisep. Serviks saraf C8 bekerja untuk mengontrol
tangan. Fungsi-fungsi dibantu melalui percabangan saraf dari
pleksus brakialis ke daerah yang mereka kuasai. Saraf pleksus
brakialis yang bercabang termasuk saraf radial, median dan ulnar
bertanggung jawab untuk gerakan dan sensasi menyampaikan ke
dan dari lengan, lengan bawah dan tangan.
Bersama-sama, saraf di leher bekerja untuk mengontrol gerakan
tubuh bagian atas dan ekstremitas atas. Saraf lainnya yang
berada di leher termasuk dorsal skapularis dan saraf aksila. Pada
saraf dorsal skapularis membantu mengontrol otot rhomboid,
sedangkan saraf aksilaris memberikan kontrol motorik dan
sensorik dari daerah lengan bahu dan atas.
Taksonomi Teori Bloom Kata Kerjanya itu ada 3 RANAH
1. KOGNITIF (C1 – C6),
2. AFEKTIF (A1A5),
3. PSIKOMOTOR (P1P4)
Nah teman-teman selamat datang di blog Wisnu Gilang Ramadhan, artikel ini akan
membahas mengenai kata kerja operasional kognitif, afektif dan psikomotor. Sebelumnya kita
bahas dulu pengertiannya
Upaya pengembangan fungsi koqnitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap
koqnitif sendiri, melainkan terhadap afektif dan psikomotor. Ada dua macam kecakapan
koqnitif siswa yang perlu dikembangkan secara khusu oleh guru yaitu:
Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap
pesan-pesan moral yang terkandung didalam materi tersebut.
Strategi adalah prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan upaya
yang bersifat koqnitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan koqnitif atau kebiasaan belajar.
Pilihan tersebut yaitu menghafal prinsip yang ada dalam materi dana mengaplikasikan
prinsip-prinsip tersebut.
Ada dua prefensi koqnitif
Dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menggarap belajar
hanya sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang
dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam tetapi hanya sekedar lulus
atau naik kelas semata
Dorongan dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan membutuhkan
materi-materi yang disajikan gurunya.
Guru dituntut untuk mengembangkan dengan kecakapan koqnitif siswa dalam memecahkan
masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan moral yang
terkandung dan menyatu dalam pengetahuan.
b. Kecakapan Afektif
Kebersihan pengembangan koqnitif tidak hanya membuahkan kecakapan koqnitif akan
tetapi membuahkan kecakapan afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting
materi serta preferensi. Koqnitif mementingkan aplikasi prinsip atau meningkatkan
kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini antara lain, berupa
kesadaran beragama yang mantap
c. Kecakapan psikomotor
Keberhasilan pengembangan koqnitif berdampak positif pada perkembangan psikomotor.
Kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik
kuantitasnya maupun kualitasnya. Kecakapan psikomotor merupakan manifestasi wawasan
pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan
dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu
berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada
tiga jenis
domain
(daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
b) Ranah nilai atau sikap (
affective domain
)
c) Ranah keterampilan (
psychomotor domain
)
CONTOH DAFTAR KATA KERJA RANAH KOGNITIF (Cl – C6)
Pengetahuan
(Cl)
Pemahaman
(C2)
Penerapan
(C3)
Analisis (C4)
Sintesis (C5) Penilaian (C6)
Mengutip
Memperkirak
an
Menugaskan
Menganalisis Mengabstraksi
Membanding
kan
Menyebutkan Menjelaskan
Mengurutkan Mengaudit
Mengatur
Menyimpulka
n
Menjelaskan
Mengkategori
kan
Menentukan
Memecahkan Menganimasi
Menilai
Menggambar Mencirikan
Menerapkan
Menegaskan
Mengumpulkan Mengarahkan
Membilang
Merinci
Menyesuaikan Mendeteksi
Mengkategorika
n
Mengkritik
Mengidentifl
kasi
Mengasosiasi
kan
Mengkalkulas
i
Mendiagnosis Mengkode
Menimbang
Mendaftar
Membandingk
an
Memodifikasi Menyeleksi
Mengkombinasi
kan
Memutuskan
Menunjukkan Menghitung
Mengklasifika
si
Memerinci
Menyusun
Memisahkan
Memberi
n
Mempertahan
kan
Mengurutkan
Mengkorelasi
kan
Menanggulangi Menugaskan
Menamai
Menguraikan Membiasakan
Merasionalka
n
Menghubungka
n
Menafsirkan
Menandai
Menjalin
Mencegah
Menguji
Menciptakan
Mempertahan
kan
Membaca
Membedakan Menentukan
Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci
Menyadap
Mendiskusika
n
Menggambark
an
Menjelajah
Mengoreksi
Mengukur
Menghafal
Menggali
Menggunakan
Membaganka
n
Merancang
Merangkum
Menim
Mencontohka
n
Menilai
Menyimpulka
n
Merencanakan
Membuktikan
Mencatat
Menerangkan Melatih
Menemukan
Mendikte
Memvalidasi
Mengulang
Mengemukak
an
Menggali
Menelaah
Meningkatkan
Mengetes
Mereproduksi Mempolakan
Mengemukak
an
Memaksimalk
an
Memperjelas
Mendukung
Memilih
Menyimpulka
n
Menyelidiki
Mengedit
Membentuk
Memproyeksi
kan
Menyatakan
Meramalkan
Mengoperasik
an
Mengaitkan
Merumuskan
Mempelajari Merangkum
Mempersoalk
an
Memilih
Menggeneralisa
si
Mentabulasi
Menjabarkan
Mengkonsepk
an
Mengukur
Menggabungka
n
Memberi
kode
Melaksanakan Melatih
Memadukan
Menelusuri
Meramalkan
Mentransfer
Membatasi
Menulis
Memproduksi
Mereparasi
Memproses
Mengaitkan
Menampilkan
Mensuimulasi
kan
Menyiapkan
Memecahkan
Memproduksi
Mel.akukan
Merangkum
Mentabulasi
Merekonstruksi
Menyusun
Memproses
meramalkan
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang
terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang
dimaksud adalah:
Pengetahuan/hafalan/ingatan (
knowledge
)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (
recall
) atau mengenali
kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal
surat al-’Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu
materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Pemahaman (
comprehension
)
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta
didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-’Ashar secara lancar dan jelas.
Penerapan (
application
)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata
cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam
situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat
lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu
memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan
sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Analisis (
analysis
)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari
kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di
tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
Sintesis (
syntesis
)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis
merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru.
Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu
jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan
tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
Penilaian/penghargaan/evaluasi (
evaluation
)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.
CONTOH DAFTAR KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5)
Menerima (Al)
Menanggapi (A2)
Menilai (A3)
Mengelola (A4)
Menghayati
(A5)
Mempertanyaka
n
Mem bantu
Meyakini
Mengubah
Berakhlak
mulia
Mengikuti
Mengajukan
Melengkapi
Menata
Mempengaruhi
Memberi
Mengkompromika
n
Meyakinkan
Mengklasifikasikan Mendengarkan
Menganut
Menyenangi
Memperjelas
Mengkombinasika
n
Mengkualifikas
i
Mematuhi
Menyambut
Memprakarsai
Mempertahankan
Melayani
Meminati
Mendukung
Mengimani
Membangun
Menunjukkan
Mendukung
Mengundang
Membentuk
pendapat
Membuktikan
Menyetujui
Menggabungka
n
Memadukan
memecahkan
Menampilkan
Memperjelas
Mengelola
Melaporkan
Mengusulkan
Menegosiasi
Memilih
Menekankan
Merembuk
Mengatakan
Menyumbang
Memilah
Menolak
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi
yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi
peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian
tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.
Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
d. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten
dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal,
mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex)
CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH PSIKOMOTOR (P1-P4)
PENIRUAN (PI) MANIPULASI (P2) KETETAPAN (P3) ARTIKULASI (P4)
Mengaktifkan
Mengoreksi
Mengalihkan
Mengalihkan
Menyesuaikan
Mendemonstrasikan Menggantikan
Mempertajam
Menggabungkan Merancang
Memutar
Membentuk
Melamar
Memilah
Mengirim
Memadankan
Mengatur
Melatih
Memindahkan
Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki
Mendorong
Memulai
Menimbang
Mengidentifikasikan Menarik
Menyetir
Memperkecil
Mengisi
Memproduksi
Menjelaskan
Membangun
Menempatkan
Mencampur
Menempel
Mengubah
Membuat
Mengoperasikan
Menskestsa
Membersihkan
Memanipulasi
Mengemas
Mendengarkan
Memposisikan
Mereparasi
Membungkus
Menimbang
Mengkonstruksi Mencampur
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a. Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya
dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa
menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Kata Kerja untuk Ranah Afektif (A1 - A5)
CONTOH KATA KERJA UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5)
Menerima (A1)
Menanggapi
(A2) Menilai (A3) Mengelola (A4)
Menghayati (A5)
Memilih Menjawab Mengasumsik
an Menganut Mengubah prilaku
Mempertanyak
an Membantu Meyakini Mengubah Berakhlak mulia
Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Mempengaruhi
Memberi Mengkompromik
an Meyakinkan Mengklasifikasikan Mendengarkan
Menganut Menyenangi Memperjelas Mengkombinasikan Mengkualifikasi Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Melayani
Meminati Mendukung Mengimani Membangun Menunjukkan
Mendukung Mengundang Membentuk
pendapat Membuktikan
Menyetujui Menggabungk
an Memadukan Memecahkan
Menampilkan Memperjelas Mengelola
Melaporkan Mengusulkan Menegosiasi
Memilih Menekankan Merembuk
Mengatakan Menyumbang
Memilah
Langkah-Langkah Menyusun dan Contoh Instrumen Penilaian Afektif
Labels: pbm
Tinjauan Umum tentang Penilaian Afektif
Penilaian afektif, bagi sebagian guru lebih sulit dilakukan dibanding penilaian kognitif atau penilaian psikomotor. Padahal dalam dunia pendidikan seperti halnya di sekolah, ranah afektif juga sangat perlu mendapatkan perhatian. Kenyataan selama ini di lapangan lebih menunjukkan penilaian afektif terkesan bagai “anak tiri” dibanding penilaian kognitif maupun psikomotor. Ada juga kasus-kasus di lapangan yang menunjukkan guru telah melakukan penilaian afektif, tetapi tanpa panduan atau instrumen yang baik.
Pada tulisan kali ini, blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model-model
pembelajaran akan mencoba membahas mengenai penilaian afektif. Mari kita simak.
Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa komponen penting ranah afektif misalnya minat dan sikap terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran. Siswa bisa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, bisa juga negatif, atau netral. Harapan semua guru tentunya, siswa mereka memiliki sikap dan minat positif terhadap semua mata pelajaran atau materi pelajaran. Melalui sikap yang positif ini kemudian dapat diharapkan, siswa juga akan memiliki minat yang positif. Siswa yang mempunyai sikap positif dan minat positif terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran akan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif
Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting dari ranah afektif, maka guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian afektif, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran.
3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif
memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut.
4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat berminat.
5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner) berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan sejawat, bila memang diperlukan
8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut.
9. Pemberian skor inventori kepada siswa
10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran
Bagaimana memberikan skor dalam penilaian afektif
Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana. Contoh, pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item (berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5), berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x 1) dan skor paling tinggiyang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita dapat menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita
membaginya menjadi 4 kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30 termasuk kurang berminat; skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori sangat berminat.
Contoh Instrumen Penilaian Afektif
Contoh Instrumen Penilaian Afektif
Artikel Lain Yang Berhubungan dengan Penilaian Afektif :
Prinsip-Prinsip Penilaian
Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif
Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita harus menggunakan kata kerja
operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan (sama seperti instrumen penilaian kognitif dan psikomotor) agar indikator dapat diamati / terukur. Menurut taksonomi Bloom, ada 5
tingkatan ranah afektif yaitu: (1) A1 – menerima; (2) A2 – menanggapi; (3) A3- menilai; (4) A4 – mengelola; dan (5) A5 – menghayati. Berikut ini disajikan contoh-contoh kata kerja operasional untuk kelima tingkatan dalam ranah afektif.
A1 – Menerima
Mempertanyakan Mengikuti
Memberi
Mematuhi Meminati menganut
A2 – menanggapi
Contoh kata kerja operasional: Menjawab
Membantu
Mengajukan Mengkompromikan Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui Menampilkan Melaporkan Memilih
Memilah
Mengatakan
Menolak
A3 – menilai
Contoh kata kerja operasional: Mengasumsikan Meyakini
Melengkapi Meyakinkan Memperjelas Memprakarsai Mengimani Mengundang Menggabungkan Memperjelas Mengusulkan Menyumbang
A4 – mengelola
Contoh kata kerja operasional: Menganut
Mengubah
Mengklasifikasikan Mengkombinasikan Mempertahankan
Membangun
Memadukan
Mengelola Menegosiasikan Merembukkan
A4 – menghayati
Contoh kata kerja operasional: Mengubah perilaku Berakhlak mulia Mempengaruhi Mendengarkan Mengkualifikasi Melayani Menunjukkan Membuktikan Memecahkan
Pengukuran Ranah Afektif dan Psikomotor
Tuesday, June 21st, 2011 - PendidikanEvaluasi Pembelajaran : Pengukuran Ranah Afektif dan Psikomotor
Berikut ini salah satu contoh makalah singkat membahas tentang pengukuran ranah afektif dan psikomotor. Makalah ini cukup menarik uuntuk dibaca khususnya bagi tenaga pendidik, agar lebih memperdalam pengetahuan dalam evaluasi pembelajaran.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
melukis, berbicara, membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat membentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui pembelajaran yang tepat.
Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini di sebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektifdan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya.
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang
berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).
Pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada penilaian ranah kognitif. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pendidik kurang memahami penilaian ranah afektif dan psikomotor.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pengukuran ranah afektif dan ranah psikomotorik?
2. ciri-ciri ranah penilaianafektif dan psikomotorik?
BAB II
A. PENGUKURAN RANAH AFEKTIF 1. Pengertian Pengukuran Ranah Afektif
Hingga dewasa ini ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit digarap secara operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya.
Ranah afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana afektif mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
Rana afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :
1) Receiving atau attending : (menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah : kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyelesaikan gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya parsitipasi aktif”. Jadi kemampuan
menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan drinya secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang receiving. Contoh hasil balajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran islam tentang kedisiplinan.
3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dri pada receiving atau responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mampu menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
4) Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai . nilai itu telah tertaman secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.
secara skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah dikemukakan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan), merespon, menghargai,
mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.
1) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
4) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. sikap pada hakekatnya adalah kecendrungan berprilaku kepada seseorang.
Ada tiga komponen sikap :
1) Kognisi, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapi.
2) Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.
3) Konasi berkenaan dengan kecendrungan berbuat terhadap objek tersebut
2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
Pemikiran atau prilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama : prilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua : prilaku harus tipikal prilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, ranah dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari pada yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang dari suka atau senang.
1) Sikap
Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses
pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terfadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pelajaran, pendidik dan sebagainya.
Menurut fishbein dan ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau mata pelajaran.
2) Minat
Menurut getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yanh mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktifitas, pamahaman dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk :
a. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk mengarahkan dalam pembelajaran,
b. Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya
c. Memepertimbangkan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik
d. Menggambarkan keadaan langsung dilapangan/kelas
3) Konsep Diri
bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerahkontinum, mulai dari rendah sampai tinggi.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
a. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik
b. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai
c. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
4) Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan atau prilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan prilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
5) Moral
Piaget dan kohlberg banyak membahas tenyang perkembangan moral anak. Namun kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orng lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau mukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai dan keyakinan seseorang.
Kejujuran : peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dala berinteraksi dengan orng lain.
Integritas : peserta didik harus meningkatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik. Adil : peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama
dalam memperoleh pendidikan
Kebebasan : peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu :
Laporan diri oleh siswayang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, Pengamatan sistematis oleh guru tethadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah :
Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai.
Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasi nilai, mamahami hubungan abstrak, mangorganisasi sistem suatu nilai.
B. PENGUKURAN RANAH PSIKOMOTORIK
1. Pengertian Pengukuran Ranah Psikomotor
Istilah Psychomotor, psikomotor terkait dengan kata motor, sensory-motor, atau perceptual- motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang sederhana seperti gerakan-gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks seperti gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji. Keterampilan lebih terkait dengan psikomotor.
Instrummen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa matriks. Ke bawah
menyatakan perperincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur, kekanan menunjukkan skor yang dapat dicapai.
1. Ciri-ciri Pengukuran Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melaluli keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Penilaian psikomotorik dapat di lakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak di gunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengtukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.
Observasi di lakukan pada saat prodses kegiatan itu berlangsung. pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak di observasinya, lalu di buat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang di buat.
sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk observasi, bisa pula dalam bentuk member tanda cek pada kolom jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah di kuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat nerupa tes paper andpencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes untuk kerja.
1) Tes simulasi
tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2) Tes untuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakh peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas di lapangan yang sebenarnya.
Tes simulasi dan tes untuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (chek-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang di ukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kerang, dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila di bandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes untuk kerja atau lembar tugas.
Contohnya kemampuan psikomotor yang di bina dalam belajar matematika misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut, dll) ata tanpa alat. Contoh lainnya, siswa di bina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat di lakukan dengan
pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti persaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing(4) organization (5) characterization by evalue or calue complex.
2. Ranah Psikomotormerupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari8, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1959) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
3. Ciri ranah penilaian afektif yaitu pemikiran atau perilaku harus memiliki dua criteria untuk di klasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari
perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yaqng lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat di banding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran di maknai porotif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan di tinjau bersama-sama, maka karasteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktifitas, atau ide sebagai arah dari perasaan.
4. Cakupan yang diukur dalam ranah afektif adalah adalah: menerima (A1), menanggapi (A2), Menghargai (A3), Mengatur diri (A4), dan menjadikan pola hidup (C5).
5. Ranah afektif tidak dapat di ukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang di ukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai,
Mengorganisasi.
6. Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat di ukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi (1) gerak reflex, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perceptual, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6)
komunikasi non diskusi (tanpa bahasa melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif dan keduanya selalu mengandug ranah afektif.
Read more: http://www.artikelbagus.com/2011/06/pengukuran-ranah-afektif-dan-psikomotor.html#ixzz44AmOqwCH
pokok Pengalaman belajar Jenis tagiha
Peranan Virus
Uji tes kerja
Tugas kelomp ok
Uraian bebas
Lembar pengamat an
Amatilah daun tumbuhan yang sehat dan yang terinfeksi virus di lingkunga n sekitar sekolah
2 2
Lembar Penilaian Ranah Psikomotor
Petunjuk
2. Isilah lembar ini untuk memberikan skor keterampilan tiap siswa dalam menggunakan alat
dan bahan, dengan tanda cek (√ ) di bawah kolom skor.
Pokok Bahasan Virus
Nomo r butir
Aspek Keterampilan
Skor 1 2 3 4 5 1
2
3 4 5
Mengumpulkan data dan menyiapkan alat dan bahan Membandingkan daun tumbuhan yang sehat dan yang terinfeksi virus
Menggambar struktur tubuh virus bakteriofage Melaporkan hasil pengamatannya
Menjawab pertanyaan
Deskripsi penilaian :
1 = Siswa sangat kurang terampil dalam mengamati daun tumbuhan yang sehat dan terinfeksi virus
2 = Siswa kurang terampil dalam mengamati daun tumbuhan yang sehat dan terinfeksi virus
3 = Siswa cukup terampil dalam mengamati daun tumbuhan yang sehat dan terinfeksi virus
4 = Siswa terampil dalam mengamati daun tumbuhan yang sehat dan terinfeksi virus
Diposkan 22nd December 2012 oleh m.erick sanjaya
Tugas Penilaian Otentik Ke-empat
Pembuatan Soal berdasarkan Kriteria Analisis, comparison, inference and interpretation, and evaluation
Berikut dilakukan penilaian dari pokok bahasan Genetika mengenai persilangan dan hukum mendel Penilaian dilakukan secara tes tertulis dan percobaan secara langsung oleh siswa di Laboratorium Biologi. Penilaian ini bermanfaat bagi guru dalam menilai hasil belajar siswa secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Rubrik ini bukanlah secara keseluruhan penilaian namun bagian dari beberapa penilaian yang dilakukan pada pokok bahasan Genetika.
Evaluation Hukum pewarisan ini terdiri dari dua bagian:
Planning Siapkan alat dan bahan yang gen merah, putih, kuning, dan hijau. Dalam hal ini warna gen merah (B) pembawa sifat untuk bentuk biji bulat dan dominan terhadap putih (b) pembawa sifat untuk bentuk biji keriput. Sedangkan warna gen kuning (K) adalah
Keterangan penilaian:
Dari hasil setiap skor dijumlahkan dan ditentukan nilai akhir sesuai dengan persamaan:
Hasil = (Jumlah skor/ skor maksimal) x 100
Skor maksimal = 16
Criteria kualitatif hasil penilaian
80 – 100 = sangat baik
60 – 80 = baik
40 – 60 = sedang
20 – 40 = tidak baik
≤ 19 = sangat tidak baik
Diposkan 8th December 2012 oleh m.erick sanjaya
0
Tambahkan komentar
3.
DEC
2
Tugas Ke-3
Nama : M. Erick Sanjaya
Nim : A2F011049
Rubrik Dengan 6 Standard Penilaian Biologi
Mata Pelajajaran : Biologi
Kelas : IX
Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
Kompetensi Dasar : 3.2 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah
Soal Evaluasi K.D 3.2
1. Warna merah cerah pada darah manusia disebabkan oleh … a. reaksi antara O2 dengan hemoglobin b. leukosit yang mengandung hemoglobin c. plasma yang mengandung hemoglobin d. eritrosit yang mengandung hemoglobin e. reaksi antara CO2 dan hemoglobin
2. Setelah mengalami proses pencernaan, sari makanan siap untuk diserap dan dibawa ke seluruh tubuh oleh darah. Bagian darah yang berperan dalam pengangkutan adalah ….
a. plasma
b. eritrosit
c. leukosit
d. trombosit
e. limfosit
3. Komponen yang tidak termasuk plasma adalah
a. air
b. fibrinogen
d. globulin e. Albumin
4. Hal yang dapat memicu penghentian pendarahan darah adalah …. a. trombosit dan faktorfaktor lainnya pada plasma menyentuh permukaan yang kasar b. diproduksinya enzim trombin (trombokinase) c. diubahnya fibrinogen menjadi fibrin d. diubahnya fibrin menjadi fibrinogen e. aliran darah yang cepat melewati kapiler
5. Pernyataan yang benar tentang macam sel darah putih dengan peranannya adalah …. a. eosinofil memakan antigen dan mengontrol respon kebal b. neutrofil mengenali antigen dan menghasilkan antibodi
c. basofil menembus pembuluh darah dan mengontrol respon kebal d. monosit memproduksi antibodi dan menembus pembuluh darah e. limfosit mengontrol respon kebal dan menghasilkan antibodi
6. Komponen pada darah yang memiliki jumlah paling banyak adalah ….
a. eritrosit
b. leukosit
c. plasma darah
d. trombosit
e. keping darah
7. Tekanan darah Pak Maman yang ditunjukkan oleh sphygmomanometer adalah 140/88
mmHg. Angka 88 menunjukan ….
a. tekanan darah di ventrikel
b. tekanan darah di atrium
c. darah yang keluar dari jantung d. otot jantung waktu mengembang e. jantung waktu menghisap darah dari pembuluh balik
8. Transfusi darah dari donor yang bergolongan darah A ke resipien yang bergolongan darah B menyebabkan aglutinasi karena …. a. bertemunya aglutinogen B dengan aglutinin α
b. bertemunya aglutinogen A dengan aglutinin α
c. bertemunya aglutinogen B dengan aglutinin β
d. bertemunya aglutinogen A dengan aglutinin β
e. bertemunya aglutinin dengan aglutinin α β
9. Apabila dalam sel darah merah seseorang tidak terdapat aglutinogen, tetapi dalam plasmanya mengandung aglutinin dan , golongan darah orang tersebut adalah ….α β
a. O
b. AB
d. B e. O dan AB
10. Seseorang yang menderita sakit akibat infeksivirus akan mengalami ….
a. peningkatan jumlah neutrofil dan makrofag untuk memakan virus
b. peningkatan jumlah limfosit untuk membuat antibodi
c. penurunan jumlah limfosit karena berinteraksi dengan toksin
d. penurunan jumlah neutrofil dan makrofag karena banyak yang mati
e. penurunan jumlah leukosit untuk merespon antigen
11. Kelainan berupa pengerasan dan penyempitan pembuluh darah akibat endapan senyawa lemak disebut ….
a. hemofilia
b. leukimia
c. varises
d. atherosklerosis
e. Arteriosklerosis
12. Sistem peredaran darah manusia terdiri dari komponen berikut kecuali:
a. Darah
b. Jantung
c. Vena
d. Arteri
e. Ginjal
13. Pernyataan di bawah ini adalah fungsi sistem sirkulasi pada manusia, kecuali…
a. Mengangkut zat nutrisi ke seluruh jaringan tubuh
b. Menghantarkan rangsang ke organ-organ tubuh
c. Mengatur suhu tubuh
d. Mengangkut sisa-sisa metabolisme ke alat-alat pengeluaran
14. Fungsi hemoglobin adalah…
a. Membawa CO2 ke jaringan
b. Membawa CO2 dari jaringan
c. Membantu dalam proses pembekuan darah
d. Mengikat oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh
e. Membawa glukosa ke seluruh tubuh
15. Zat yang menentukan golongan darah manusia adalah . .
a. aglutinin dan eritrosit
b. aglutinin dan leukosit
c. aglutinin dan aglutinogen
d. aglutinogen dan eritrosit
e. aglutinogen dan leukosit
ESSAY
1. Tuliskan Secara Jelas Skema Proses pembekuan darah beserta penjelasannya
(10 point)
2. Sebutkan Alat-alat Peredaran darah
3. Tuliskan 6 fungsi darah
4. Sebutkan komponen-komponen darah dan fungsinya
5. Bandingkan jantung pada mamalia, aves, amfibi, reptil dan pisces?
Rubrik Jawaban Ulangan Harian KD-2
No Jawaban Skor
1 A 2
2 A 2
3 C 2
4 B ` 2
5 E 2
6 A 2
7 D 2
8 D 2
9 A 2
10 B 2
11 E 2
12 E 2
13 B 2
14 D 2
15 C 2
Total 30
ESSAY
1. Skema Pembekuan Darah (10 point)
Trombosit pecah enzim
protrombin
trombin
fibrinogen benang-benang fibrin
pembentukan bekuan darah
2. Alat peredaran darah terdiri dari : Point
a. Jantung 1
b. Vena 1
c. Arteri 1
d. Kapiler 1
3. Fungsi darah yaitu: (6 ponit)
Sebagai pembawa zat-zat makanan dari sistem pencernaan ke seluruh sel
tubuh oleh plasma darah.
Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel tubuh oleh eritrosit.
Mengangkut sisa-sisa metabolisme oleh plasma darah dan eritrosit
Memelihara keseimbangan cairan tubuh oleh palsma darah.
Sebagai pertahanan tubuh oleh leukosit
Memelihara suhu tubuh oleh plasma darah.
4. Komponen darah dan Fungsinya:
Cairan yaitu plasma darahberfungsi sebagai pelaruut, mengangkut
sari-sari makanan, dan menjaga keseimbangan cairan tubuh (5 point)
oksigen dan karbondioksida, leukosit berfungsi sebagai pertahanan
tubuh dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah (5 point)
5. Perbandingan jantung pada mamalia, aves, amfibi, reptil dan pisces (Point 5)
Jantung pada pisces memiliki 2 ruang, pada amfibi 3 ruang dan pada reptil, aves dan mamalia memiliki 4 ruang.
Nilai
Skor yang diperoleh
X 100%
Skor maksimal (65)
LEMBAR VALIDASI
No
. Dimensi
Skor Penilaian
1 2 3 4
1. Biologi
Memahami Masalah
Mengidentifikasi Persamaan dan Perbedaan
Penerapan Konsep
2. Pembelajaran
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
3. Keadilan dan Kesempatan
Soal yang diberikan sama untuk semua kelas
Soal yang diberikan sudah diberikan pembelajaran yang sama untuk semua kelas
4. Keterbukaan
Pemberian skor
Pengembalian lembar jawaban
Penjelasan letak kesalahan
Remedial untuk siswa yang belum tuntas
Pengayaan untuk siswa yang tuntas
5. Kesimpulan
Tes merupakan uji hasil belajar yang merangkum seluruh materi pelajaran tertentu
6. Koherensi
Tes yang diberikan digunakan untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang system peredaran darah
Kriteria Skor: