• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlakuan Khusus untuk Anak Lamban Belajar dalam Penyampaian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Perlakuan Khusus untuk Anak Lamban Belajar dalam Penyampaian

Dalam tahap penyampaian informasi, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan guru kelas, yaitu urutan penyampaian materi, ruang lingkup materi, dan materi yang disampaikan (pemilihan strategi penyampaian materi) untuk anak lamban belajar. Hasil penelitian untuk ketiga aspek dalam penyampaian informasi tersebut adalah sebagai berikut.

Ketiga guru kelas menyampaikan materi secara urut, mulai dari hal yang mudah ke hal yang lebih sulit, dari hal konkret ke abstrak, dari sederhana ke kompleks, dan dari teori ke praktik. Dalam hal urutan penyampaian materi, GK2 mempunyai toleransi tuntutan untuk anak lamban belajar, sedangkan GK3 menyampaikan materi pelajaran sesuai

93

dengan kurikulum, tetapi jika anak lamban belajar belum menguasai materi, materi dapat diulang sampai siswa yang bersangkutan bisa menguasai materi.

Ruang lingkup materi yang disampaikan untuk anak lamban belajar di kelas III B, kelas V A, dan kelas V B sama dengan siswa lainnya. Namun, untuk kelas III B, meskipun ruang lingkup materi sama, kedalaman materi dan tingkat kesulitan materi yang harus dikuasai anak lamban belajar berbeda. Demikian juga di kelas V A, meskipun ruang lingkup materi sama, tetapi tingkat kesulitan lebih ringan dengan hanya menekankan pengenalan konsep dan pemahaman konsep dasar. Hal ini ditempuh GK2 karena anak lamban belajar sudah mengalami kesulitan pada pemecahan masalah dan penalaran. Dalam hal ruang lingkup materi yang disampaikan untuk anak lamban belajar di kelas V B sama dengan siswa lainnya ini, GK3 menjelaskan bahwa anak lamban belajar bisa belajar seperti siswa lainnya, selama frekuensi anak lamban belajar dalam membaca dan mendengarkan ditingkatkan, guru lebih banyak menegur dan menjelaskan tentang makna belajar, tujuan, dan alasan mencari nilai bagus, mengecek kesiapan belajar anak, dan memberikan pengulangan-pengulangan untuk anak lamban belajar.

Jenis materi yang disampaikan untuk anak lamban belajar di kelas III B, kelas V A, dan kelas V B sama dengan siswa lainnya. Jenis materi yang disampaikan mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian materi, di samping dipengaruhi juga oleh kebutuhan dan karakteristik anak lamban

94

belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga guru kelas, belum semua guru kelas merencanakan terlebih dahulu strategi penyampaian materi untuk anak lamban belajar. Untuk guru kelas baik yang sudah merencanakan atau belum merencanakan terlebih dahulu strategi penyampaian materi untuk anak lamban belajar, pelaksanaan strategi penyampaian materi untuk semua siswa, baik anak lamban belajar maupun siswa lainnya sama.

Strategi penyampaian materi yang efektif untuk anak lamban belajar di kelas III B adalah melalui praktik langsung, untuk anak lamban belajar kelas V A adalah melalui praktik langsung dan penggunaan media pembelajaran atau alat peraga, dan untuk anak lamban belajar di kelas V B adalah penggunaan media pembelajaran atau alat peraga, melalui praktik langsung, pemanfaatan teknologi komputer, dan memulai materi dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perlakuan khusus yang diberikan masing-masing guru kelas untuk anak lamban belajar berbeda-beda. GK1 memberikan perlakuan khusus pada anak lamban belajar melalui ruang lingkup materi yang disampaikan, GK2 memberikan perlakuan khusus melalui urutan penyampaian materi dan ruang lingkup materi untuk anak lamban belajar, dan GK3 memberikan perlakuan khusus melalui urutan penyampaian materi untuk anak lamban belajar.

Selain dari ketiga aspek dalam penyampaian materi tersebut, perlakuan khusus untuk anak lamban belajar juga dapat ditinjau dari dua langkah

95

dalam penyampaian informasi, yaitu: 1) menyampaikan pokok-pokok materi dan penjelasannya; dan 2) pemberian contoh dan noncontoh. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut tentang dua langkah dalam penyampaian informasi untuk anak lamban belajar di kelas III B, kelas V A, dan kelas V B.

a. Penyampaian Pokok-Pokok Materi dan Penjelasannya

Cara yang ditempuh ketiga guru kelas dalam menyampaikan pokok-pokok materi dan penjelasannya untuk anak lamban belajar, sama dengan penyampaian pokok-pokok materi dan penjelasannya untuk siswa lainnya. Ketiga guru kelas menyampaikan pokok-pokok materi melalui ceramah secara lisan dan klasikal dan menyampaikan penjelasan setiap pokok materi melalui ceramah secara lisan dan klasikal, kemudian diikuti tanya jawab dengan siswa secara klasikal. Dalam menjelaskan cara mengerjakan soal Matematika, ketiga guru kelas juga menuliskan di papan tulis dan menjelaskan setahap demi setahap. Akan tetapi, ketiga guru kelas memberikan beberapa perlakuan khusus terkait karakteristik masing-masing anak lamban belajar.

Dalam kegiatan tanya jawab, anak lamban belajar cenderung pasif untuk bertanya. Namun, ketiga guru kelas tidak memberikan perlakuan khusus pada anak lamban belajar karena pada kegiatan tanya jawab tersebut guru kelas harus mengkondisikan kelas agar siswa yang bertanya tidak membuat gaduh dan guru menjawab pertanyaan siswa

96

lainnya. Meskipun tidak memberikan perlakuan khusus, GK2 memberikan kesempatan pada anak lamban belajar AN dan SD untuk menjawab pertanyaan yang secara individual diajukan GK2 dan memberi kesempatan kedua anak lamban belajar untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Selain dari GK2, GPK2 juga menanamkan pada anak lamban belajar AN untuk mau bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Demikian juga dengan GK3 ynag dalam menjelaskan materi memberi kesempatan anak lamban belajar EP dan IN untuk bertanya materi yang belum dipahami, meskipun akhirnya kedua anak lamban belajar juga tidak memanfaatkan kesempatan untuk bertanya.

Dalam penyampaian pokok-pokok materi dan penjelasannya untuk anak lamban belajar, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan guru kelas, yaitu penggunaan bahasa, penggunaan media pembelajaran atau alat peraga, pengulangan materi, dan pemahaman konsep.

Komponen pertama adalah penggunaan bahasa dalam menjelaskan materi untuk anak lamban belajar. Ketiga guru kelas menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, tetapi GK3 mayoritas menggunakan bahasa Jawa. Ketiga guru kelas menggunakan bahasa yang sederhana dan sebisa mungkin dapat dipahami semua siswa, termasuk anak lamban belajar. Apabila dalam materi terdapat kosa kata baru atau kosa kata sukar, ketiga guru kelas menjelaskan kosakata tersebut dengan kata-kata yang lebih sederhana atau dengan kata-kata

97

yang sering didengar siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semua siswa dapat memahami kosa kata baru atau kosa kata sukar tersebut.

Komponen kedua adalah penggunaan media pembelajaran atau alat peraga. Dalam penyampaian pokok-pokok materi dan penjelasannya, ketiga guru kelas tidak selalu menggunakan media pembelajaran atau alat peraga. Penggunaan media pembelajaran atau alat peraga disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa media pembelajaran yang digunakan ketiga guru kelas untuk membantu anak lamban belajar dalam memahami materi sama dengan siswa lainnya. Ketiga guru kelas menggunakan media komputer atau animasi. GK1 menggunakan media komputer atau animasi saat tidak bisa membawa contoh langsung kepada siswa. GK2 menggunakan media komputer atau animasi untuk memperkuat pemahaman anak lamban belajar melalui pembelajaran interaktif, misalnya dengan „Jogja Belajar‟ yang dilaksanakan di ruang baca. GK3 juga menggunakan media komputer atau animasi, tetapi selama ini menghadapi kendala dalam persiapan seperti LCD dan proyektor yang membutuhkan bantuan banyak orang dan alokasi waktu yang dibutuhkan cukup banyak.

Keefektifan pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga dalam pembelajaran untuk anak lamban belajar di masing-masing

98

kelas berbeda-beda. GK1 menyampaikan bahwa pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga untuk anak lamban belajar di kelas III B masih kurang efektif dalam membantu anak lamban belajar AP untuk memahami materi karena GK1 masih harus memberikan penjelasan dan pengulangan-pengulangan lagi untuk anak lamban belajar AP. Hampir sama dengan GK1, GK2 juga mengemukakan bahwa pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga hanya sedikit efektif untuk anak lamban belajar AN dan SD. Namun, GK3 mengemukakan bahwa pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga di kelas V B untuk anak lamban belajar termasuk efektif. Dalam hal pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga untuk membantu anak lamban belajar dalam pemahaman materi ini, GPK2 mengemukakan bahwa keefektifan penggunaan media pembelajaran atau alat peraga tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor guru kelas, tetapi juga dipengaruhi oleh keaktifan dan daya tangkap anak lamban belajar.

Komponen selanjutnya adalah pengulangan materi. GK1 memberi pengulangan materi secara klasikal untuk konsep dasar dan pengulangan materi secara individual yang disampaikan secara umum dan sekilas untuk anak lamban belajar.GK2 memberikan pengulangan secara klasikal dan kelompok untuk mengulangi konsep dasar dan mengulangi materi yang belum dipahami siswa, dan pengulangan materi secara secara individual untuk mengingatkan anak lamban belajar tentang konsep tertentu dan membantu anak lamban belajar

99

saat belum memahami materi. GK3 memberikan pengulangan materi secara klasikal untuk beberapa konsep dasar dan materi yang membutuhkan pembahasan lebih lanjut dan pengulangan materi secara individual saat anak lamban belajar bertanya pada GK3. Pengulangan individual untuk anak lamban belajar lebih banyak diberikan oleh ketiga guru kelas pada komponen partisipasi siswa dan kegiatan lanjutan.

Komponen terakhir adalah pemahaman konsep. GK1 menjelaskan bahwa pemahaman konsep untuk anak lamban belajar sama dengan siswa lainnya, sedangkan GK2 dan GK3 lebih menekankan pemahaman konsep daripada hafalan pada anak lamban belajar. Dalam memberikan pemahaman konsep untuk anak lamban belajar AP, GK1 juga meminta bantuan GPK1 karena keterbatasan guru kelas. GPK1 lebih banyak membantu guru kelas dalam memahamkan konsep untuk anak lamban belajar pada pelaksanaan latihan atau praktik. GK1 memahamkan konsep pada anak lamban belajar dengan melakukan tanya jawab dengan siswa, mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan memberikan pengulangan konsep dasar.

GK2 lebih menekankan pemahaman konsep dasar pada anak lamban belajar dibandingkan hafalan karena memori anak lamban belajar terbatas. GK2 menekankan pemahaman konsep melalui tanya jawab dengan anak lamban belajar, memberikan beberapa kali pengulangan konsep dasar, menerapkan permainan bisik berantai,

100

memberikan contoh penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari, melalui praktik langsung, dan melalui media komputer atau animasi dalam bentuk pembelajaran interaktif.

Sama seperti GK2, GK3 juga lebih menekankan pemahaman konsep pada anak lamban belajar dibandingkan hafalan. GK3 menekankan pemahaman konsep pada anak lamban belajar dengan melakukan pengamatan langsung terhadap benda konkret, kemudian melakukan tanya jawab dengan siswa tentang hasil pengamatannya dan dengan menjelaskan konsep dasar secara lisan dengan kata-kata yang lebih sederhana.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GK1 memberikan perlakuan khusus terhadap anak lamban belajar dalam penyampaian informasi dan penjelasannya pada komponen penggunaan bahasa dan pengulangan materi secara individual. GK2 dan GK3 memberikan perlakuan khusus terhadap anak lamban belajar dalam penyampaian informasi dan penjelasannya pada komponen penggunaan bahasa, pemanfaatan media pembelajaran atau alat peraga khususnya media komputer atau animasi, pengulangan materi secara individual, dan penekanan pemahaman konsep.

b. Pemberian Contoh dan Noncontoh

Sebagaimana penyampaian pokok-pokok materi dan penjelasannya, cara yang ditempuh ketiga guru kelas untuk memberikan contoh dan noncontoh pada anak lamban belajar sama dengan siswa lainnya.

101

Perlakuan khusus untuk anak lamban belajar tidak diberikan pada aspek pemberian contoh dan noncontoh. Ketiga guru kelas memberikan contoh dan noncontoh dalam menjelaskan konsep atau materi melalui penjelasan secara lisan dan klasikal, diiukti kegiatan tanya jawab. Melalui tanya jawab, ketiga guru kelas dapat mengetahui apa siswa dapat memahami materi dengan menyebutkan contoh dengan benar atau belum dapat memahami materi karena belum dapat menyebutkan contoh yang benar. Selain itu, hasil observasi menunjukkan bahwa dalam memberikan noncontoh untuk siswa pada pembahasan materi tentang kata baku dan tidak baku, GK1 memberikan noncontoh dari jawaban siswa yang kurang tepat. GK1 menunjukkan kata tidak baku pada soal, kemudian menunjukkan kata baku yang tepat, seperti terlihat pada petikan saat GK1 menjelaskan contoh dan bukan contoh hasil observasi berikut. “… faham itu harusnya pakai „p‟, jadi paham, syah, harusnya sah, dan ijasah, „s‟nya diganti „‟z‟.” Setelah itu, GK1 menyampaikan bahwa kata baku yang tepat pada soal adalah „Rabu‟.

Selain itu, ketiga guru kelas juga tidak selalu menggunakan media pembelajaran atau alat peraga dalam memberikan contoh dan noncontoh. Secara umum, media pembelajaran atau alat peraga oleh semua siswa sama. Media yang digunakan ketiga guru kelas bervariasi, sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, seperti media visual dalam bentuk gambar atau media konkret berupa benda-benda yang

102

ada di lingkungan sekitar siswa. Meskipun tidak selalu menggunakan media pembelajaran, ketiga guru kelas mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam memberikan contoh dan noncontoh.

Dalam memberikan contoh dan noncontoh, ketiga guru kelas juga mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari anak. GK1 mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari anak dengan menghubungkan secara langsung materi dengan kehidupan sehari-hari anak. Misalnya pada mata pelajaran PKn, materi saling menghargai dikaitkan langsung dengan contoh kehidupan siswa di kelas. Selain itu, dalam pembahasan konsep atau materi dalam soal, GK1 memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya, saat menjelaskan pengertian „genangan air‟ pada salah satu soal, GK1 melakukan tanya jawab dengan siswa, lalu menjelaskan bahwa genangan air sama dengan kubangan air dan memberikan contoh genangan air dalam kehidupan sehari-hari siswa, yaitu saat musim penghujan di halaman rumah sering terdapat genangan air.

GK2 mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari anak melalui lingkungan, misalnya memberikan contoh-contoh penerapan materi dalam lingkungan sehari-hari anak. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang menunjukkan bahwa pada pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi laporan pengamatan, GK2 memberikan contoh pengamatan yang dapat dilaksanakan siswa di lingkungan sekitar

103

siswa, yaitu di pasar. Selain itu, pada mata pelajaran PKn, GK2 juga memberikan contoh penerapan prinsip musyawarah mufakat dalam kehidupan sehari-hari siswa.

GK3 mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari anak melalui materi yang mudah dipahami anak dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari anak. Selain itu, GK3 juga memberikan contoh penerapan materi dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan tanya jawab dengan siswa secara klasikal untuk menggali pengetahuan dan pengalaman tentang contoh-contoh materi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya, pada pelajaran Matematika tentang materi skala gambar, GK3 memberikan contoh penerapan skala gambar dalam kehidupan sehari-hari siswa, seperti skala pada peta Madura dan skala antara Kota Yogyakarta dan Pantai Parangtritis. Selain itu, pada mata pelajaran IPA, GK3 dan siswa melakukan tanya jawab tentang contoh-contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui (noncontoh).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian contoh dan noncontoh ketiga guru kelas tidak memberikan perlakuan khusus untuk anak lamban belajar.