• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Anak-Anak Korban Bencana Menurut Hukum Nasional

BAB II ANAK DAN HAK-HAKNYA MENURUT HUKUM

B. Perlindungan Anak-Anak Korban Bencana Menurut Hukum Nasional

dan sumber daya manusia yang berkualitas, kelangsungan hidup, pengembangan fisik dan mental serta perlindungan dari berbagai marabahaya yang dapat mengancam integritas dan masa depan mereka, perlu upaya pembinaan yang

berkesinambungan dan terpadu.128

Negara Indonesia yang terletak di antara dua benua dan di lintasan khatulistiwa merupakan wilayah yang rawan bencana, baik itu akibat dari proses yang alamiah yang tak dapat dihindari maupun akibat ulah tangan manusia yang sebetulnya masih bisa dicegah. Anak-anak terutama anak usia dini, merupakan kelompok paling rentan yang menjadi korban pertama dan paling menderita daripada orang dewasa. Mereka belum bisa menyelamatkan diri sendiri, sehingga peluang menjadi korban lebih besar. Sebagai akibatnya mereka mengalami trauma fisik dan psikis yang salah satunya karena kehilangan orang tua dan keluarganya;

128

Sulaiman Zuhdi Manik, Kekerasan terhadap Anak dalam Wacana & Realita, (Medan: Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, 1999), hal 19.

selain itu, keterbatasan pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti pangan, mengakibatkan mereka mengalami kekurangan gizi; pelayanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih di tempat penampungan (pengungsian) yang terbatas mengakibatkan mereka mudah terserang berbagai macam penyakit; akses terhadap pendidikan, perolehan informasi dan hiburan dari televisi, radio, telepon dan suratkabar juga terbatas; demikian pula anak-anak beresiko terhadap tindak kekerasan seperti menjadi sasaran perdagangan dan pengiriman keluar daerah

bencana (trafficking).

Pasca tsunami di Aceh dan Nias tahun 2004, anak-anak yang selamat dari bencana alam tidak serta merta aman dari ancaman.Ratusan anak-anak menjadi

korban penculikan dan trafficking yang disebabkan keterpisahan dari keluarga dan

munculnya kemiskinan baru pasca bencana.Ratusan anak-anak di Nias menjadi pekerja kontruksi dan penggali tambang pasir untuk memenuhi kebutuhan material bangunan di masa rehabilitasi dan rekonstruksi.Pasca gempa bumi di Yogyakarta dan Sumatera Barat, anak-anak dijadikan pengemis untuk mencari

bantuan di jalanan.129

129

“Melindungi Anak dalam Situasi Emergency(Pengalaman PKPA dalam respon tanggap darurat di Indonesia)” sebagaimana dimuat dalam

Untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat tersebut, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengamanatkan dalam beberapa pasal, sebagai berikut; Pertama, pada pasal 59, diamanatkan bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya, berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat. Kedua, pada pasal 60 dinyatakan antara

Juni 2014.

100

lain bahwa anak dalam situasi darurat adalah anak korban bencana alam. Ketiga, pada pasal 62 dinyatakan bahwa perlindungan khusus tersebut dilaksanakan melalui:

(1) Pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan, sandang, pemukiman,

pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan; dan

(2) Pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak berkebutuhan khusus (disability) dan

anak yang mengalami gangguan psikososial.

Sejalan dengan itu Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 pada Bab 12 menyatakan, salah satu kegiatan pokok Program Peningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak adalah Pengembangan Mekanisme Perlindungan bagi Anak dalam Kondisi Khusus, seperti bencana alam dan sosial (termasuk konflik).

Fakta di lapangan terhadap penanganan perlindungan anak di Indonesia

pada saat bencana alam:130

(1) Penanganan bencana selama ini masih terpusat pada tahap penyelamatan

korban, dan belum menyentuh pada pemulihan hak anak korban bencana.

(2) Terbatasnya pengetahuan orang tua dan masyarakat tentang perlindungan

anak khususnya dalam situasi bencana.

(3) Terbatasnya sumber daya bagi perlindungan anak korban bencana

130

“Bencana Alam”, sebagaimana dimuat dalam

(4) Koordinasi dan kerjasama antara lembaga belum efektif dalam upaya perlindungan terhadap anak korban bencana.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebagai badan perlindungan anak nasional memahami bahwa anak dalam situasi bencana merupakan kelompok rentan, yang harus mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak, agar tetap terpenuhi hak-hak dasarnya; kesehatan, pendidikan dan hak sosialnya.Oleh karenanya demi kepentingan terbaik bagi anak-anak dalam situasi bencana, KPAI pada Senin, 3 Februari 2014, bertempat di KPAI menyelenggarakan pertemuan koordinasi dengan BNPB, KEMENSOS, dan

Kemdikbud.131

Pertemuan koordinasi antara Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Badan Nasional Penggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Sosial RI dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tersebut menghasilkan berbagai masukan dan informasi penting dalam rangka meningkatkan efektifitas penyelenggaraan perlindungan anak, utamanya perlindungan anak dalam situasi

bencana, sebagai berikut:132

1. Terhitung sejak 1 Januari–31 Januari di Indonesia telah terjadi bencana

sebanyak 303 kali. Dengan korban 1,2 juta orang mengungsi, 1280 diantaranya balita dan 280 ibu hamil

2. Dalam rangka mengefektifkan penanganan anak dalam situasi bencana BNPB

berharap KPAI bisa menyusun pedoman perlindungan anak dalam

131

KPAI Selenggarakan Pertemuan Koordinasi “Perlindungan Anak dalam Situasi Bencana”, sebagaimana dimuat dalam

132

102

situasi bencana, yang nantinya bisa menjadi Peraturan Kepala BNPB. Hal tersebut diperlukan mengingat dalam peraturan BNPB tidak mengatur penanganan bencana khusus anak.

3. BNPB berharap dalam penyebaran informasi, media hendaknya sesuai dengan

fakta yang ada, atau sebaiknya media juga turun langsung ke area bencana.

4. Kementerian sosial menegaskan bahwa Perlindungan Anak, menjadi

tanggungjawab semua institusi, oleh karenanya harus menjadi sistem sehingga anak-anak dalam situasi bencana terpenuhi hak-haknya.

5. Shelter pengungsian dibangun untuk kepentingan meningkatkan perlindungan

anak, tidak sekedar menjadi tempat berkumpul. Oleh karenanya shelter harus

dijadikan pusat kegiatan. Namun demikian faktanya shelter tidak berfungsi

secara maksimal.

6. Dalam pendataan anak korban bencana, hendaknya dengan data yang lengkap,

untuk menjaga agar anak–anak terlindungi dari prilaku orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

7. Dalam rangka memenuhi hak pendidikan anak, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan telah menanggarkan dana sebesar 11 Milyar untuk anak-anak di Sinabung dari tingkat SD, SLTP, SLTA hingga mahasiswa. Selain itu Kemendikbud telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan; Sumut, Sulut, Jateng dan DKI Jakarta). Khusus untuk korban bencana Gunung Sinabung, Kemendikbud juga telah mengirim 5885 paket peralatan sekolah kepada anak- anak SD, SMP, SMA dan SMK untuk korban Gunung Sinabung.

8. Kemendikbud akan segera merehabilitasi sekolah-sekolah yang rusak di Sinabung, setelah mendapat rekomendasi dari BNPB.

9. Khusus untuk DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Sulawesi Utara, Kemendikbud

berkomitmen untuk merehabilitasi sekolah yang rusak dengan dana abadi pendidikan.

Selain hal diatas pertemuan koordinasi juga melahirkan beberapa

kesimpulan:133

1. Masalah bencana menjadi tanggungjawab bersama

2. Media sudah menyampaikan informasi yang baik, sehingga masyarakat

termotivasi untuk ikut berpartisipasi dalam penanganan korban bencana. Namun demikian perlu informasi yang seimbang dan proporsional

3. Untuk meningkatkan efektifitas penanganan bencana, perlu koordinasi dan

kolaborasi dengan berbagai pihak dalam penanganan bencana.

4. Perlu dilakukan langkah-langkah preventif agar anak korban bencana tidak

menjadi korban orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

5. KPAI secara mandiri dan atau bersama–sama akan melakukan monitoring ke

area bencana

6. KPAI akan menyusun Pedoman Penanganan Anak Korban Bencana

sebagaimana saran dan harapan dari BNPB.

C.Pihak-Pihak yang Bertanggungjawab Dalam Menjamin Perlindungan Terhadap Anak-Anak Korban Bencana

133

104

Anak adalah aset bangsa.Sebagai bagian dari generasi muda, anak

berperan sangat strategis sebagai successor suatu bangsa, peran strategis ini telah

disadari oleh masyarakat internasional untuk melahirkan sebuah deklarasi dan konvensi yang intinya menekankan posisi anak sebagai makhuk manusia yang

harus mendapatkan perlindungan atas-hak-hak yang dimilikinya.134

Pemangku kepentingan (pengambil keputusan, baik eksekutif dan legislatif serta masyarakat sipil) harus memiliki pemahaman terhadap hak-hak anak korban bencana, khususnya yang berkaitan dengan upaya pemenuhan dan perlindungan hak anak korban bencana. Pemangku kepentingan diharapkan menjadi penggagas dan tokoh kunci dalam proses perencanaan program pembangunan secara berkesinambungan. Pemangku kepentingan harus memiliki pengetahuan, sikap

dan tindakan (Knowlegde, Attitude, Practice/KAP) yang peduli terhadap

Konvensi Hak Anak menentukan bahwa pemangku kewajiban terhadap pemenuhan hak anak adalah negara sebagai konsekuensi dari ratifikasi. Pasal 20 UU No. 23 Tahun 2002 menentukan: “Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orangtua berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.” Dalam hal perlindungan anak disini, termasuk pulalah perlindungan terhadap anak-anak korban bencana.Perlindungan terhadap anak- anak korban bencana harus diutamakan dan menjadi perhatian semua pihak, khususnya orangtua, masyarakat dan negara. Masyarakat dalam konteks ini adalah

elemen civil society seperti lembaga swadaya masyarakat (lokal maupun

internasional), organisasi massa, perkumpulan, dll.

134

perwujudan hak anak korban bencana.KAP yang wajib dimiliki oleh pemangku kepentingan adalah pemahaman terhadap hak anak, khususnya yang berkaitan dengan upaya pemenuhan dan perlindungan hak anak korban bencana.

Pelaksanaan upaya perlindungan dan pemenuhan hak anak korban bencana secara luas, sangat dipengaruhi oleh sikap dan partisipasi masyarakat, terutama keluarga dimana anak tumbuh dan kembang.Selain kejadian bencana itu sendiri, kondisi posko pengungsian yang minim fasilitas dan tidak ada hiburan cenderung membawa anak berada dalam keadaan depresi danstress.Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Negara memiliki tugas dan tanggung jawab utama menyediakan bantuan untuk anak-anak yang terkena dampak bencana dan melindungi HAM mereka.Negara berkewajiban untuk menjamin perlindungan terhadap anak-anak korban bencana yang mencakup beberapa hal:

1. Jaminan kebutuhan pengungsi anak-anak korban bencana, berupa standarisasi

gizi, kebutuhan akan air bersih, sanitasi, pelayanan kesehatan, serta tempat perlindungan yang aman.

2. Jaminan transparansi alokasi anggaran untuk pengungsi korban bencana

termasuk anak-anak, untuk menjamin kesejahteraan mereka sehingga anak- anak tersebut kemudian tidak menjadi pekerja anak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

3. Jaminan pendidikan, selain masalah pemenuhan kebutuhan pangan,

kebutuhan anak-anak korban bencana terhadap pendidikan juga sangat penting untuk dipenuhi.

106

Selain orang tua dan negara, masyarakat internasional berperan penting dalam membantu anak-anak korban bencana.Pertolongan kemanusiaan dan solidaritas kerap diberikan dalam berbagai bencana yang terjadi di negara-negara di seluruh penjuru dunia. Bantuan yang diberikan antara lain berupa uang, makanan tambahan untuk anak-anak, obat-obatan, multivitamin, perlengkapan mandi, susu siap minum, perlengkapan balita, selimut, serta diapers bayi. Relawan-relawan kemanusiaan dari berbagai organisasi kemasyarakatan juga turut memiliki andil penting dalam memberikan perlindungan terhadap anak-anak korban bencana.

Secara internasional yang mempunyai peran/andil yang besar dalam perlindungan terhadap hak anak-anak korban bencana adalah organisasi- organisasi internasional.Setiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk melaksanakan peran-peran dan fungsi-fungsi sesuai tujuan pendirian organisasi internasional tersebut oleh para anggotanya.Banyak terdapat panduan-panduan praktis yang disediakan oleh organisasi-organisasi tersebut dalam masa tanggap darurat bencana yang yang dapat digunakan oleh institusi-institusi di tingkat komunitas, lembaga sosial dan siapapun yang melakukan kerja-kerja kemanusiaan pada situasi tanggap darurat bencana.Organisasi yang bekerja bagi perlindungan

hak anak dalam situasi bencana:135

1. United Nations Children’s Fund (UNICEF)

UNICEF dimandatkan untuk mendukung perlindungan hak-hak anak, untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka dan untuk meningkatkan

135

kesempatan mereka mencapai potensi penuh mereka.UNICEF bekerja dalam konteks bencana dengan melindungi hak anak-anak dan menyediakan bantuan penyelamat hidup.UNICEF juga menyediakan bantuan dalam bidang-bidang kesehatan dan nutrisi, air dan sanitasi, perlindungan, pendidikan dan HIV/AIDS.

2. Child Rights Information Network (CRIN)

CRIN adalah suatu jaringan global yang meneyebarluaskan informasi tentang CRC dan hak-hak anak di kalangan LSM, badan-badan PBB, organisasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan organisasi hak-hak anak lainnya.

3. International Rescue Committee (IRC)

IRC mendorong perlindungan dan pengembangan anak dan remaja dari tahap awal keadaan darurat, hingga pasca-konflik dan pemulihan. Bekerja di lebih dari 20 negara, program-program berbasis masyarakat dari IRC mencakupi: (i) pendidikan, pendaftaran, perawatan darurat, pelacakan dan reunifikasi keluarga; (ii) perawatan sementara, rehabilitasi dan reintegrasi komunitas bagi anak-anak bekas tentara; (iii) perawatan dan perlindungan psikososial; (iv) keterampilan hidup, kegiatan rekreasi dan budaya; dan (v) pengembangan ekonomi dan kepemimpinan bagi remaja.

4. International Labour Organization (ILO)

ILO adalah badan global yang bertanggung jawab untuk pengembangan dan pengawasan standar buruh internasonal.Organisasi ini bekerja dalam konteks darurat, dan dalam bidang buruh anak, perdagangan anak, dan ekploitasi anak. 5. International Save the Children Alliance

108

Save the Children merespons kebutuhan anak-anak yang terperangkap dalam situasi darurat dengan melindungi mereka, mendirikan pusat kesehatan, mempersatukan keluarga dan membangun sekolah. Aspek signifikan dari karyanya mencakupi penanganan dampak psikologis dari bencana, menjangkau anak-anak melalui program berbasis sekolah, mendirikan komite perlindungan anak dan menyediakan pelatihan oleh spesialis bagi lembaga pemerintah.

6. Terre des Hommes

TDH adalah sebuah federasi dari 11 organisasi nasional yang bekerja bagi hak anak-anak dan pengembangan anak-anak secara merata.Organisasi ini mendukung 1.207 proyek bantuan pembangunan dan kemanusiaan di 67 negara, termasuk dalam konteks keadaan darurat.Organisasi ini mengkhususkan diri dalam bidang perlindungan anak, buruh anak dan eksploitasi anak.

7. Plan International

Plan International adalah organisasi pengembangan masyarakat yang berfokus pada anak yang bekerja dengan anak-anak, keluarga, komunitas, organisasi dan

pemerintahan lokal untuk menciptakan perubahan positif. Plan International

bekerja dalam bidang pendidikan, air dan sanitasi, HIV/AIDS, keamanan

pangan, partisipasi, kekerasan terhadap anak dan bencana.Plan International

menjalankan kampanye Pendaftaran Kelahiran Universal (Universal Birth

Registration).

DCI berdedikasi untuk menjamin aksi internasional yang terus-menerus, praktis, sistematis dan harmonis untuk memajukan dan melindungi hak anak, sebagaimana ditekankan dalam CRC, protokol opsionalnya dan instrumen- instrumen hak asasi manusia lainnya.DCI memiliki keahlian dalam bidang buruh anak dan keadilan bagi remaja.

D.Perlindungan Terhadap Anak-Anak Korban Bencana Topan Haiyan di

Dokumen terkait