BAB II ANAK DAN HAK-HAKNYA MENURUT HUKUM
B. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Sebagai Acuan Perlindungan
Indonesia meratifikasi Konvensi PBB tentang Hak Anak melalui Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990. Dengan diratifikasinya Konvensi tersebut maka secara hukum pemerintah Indonesia berkedudukan sebagai pemangku kewajiban yang berkewajiban untuk memenuhi, melindungi dan menghormati hak-hak anak. Sedangkan pemangku hak adalah setiap anak di Indonesia.Untuk menguatkan ratifikasi tersebut dalam upaya perlindungan anak di Indonesia, maka disahkanlah Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang selanjutnya menjadi panduan dan payung hukum dalam melakukan setiap kegiatan perlindungan anak.
Latar belakang dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak karena negara Indonesia menjamin kesejahteraan tiap- tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak-hak anak yang merupakan hak asasi manusia seperti yang termuat dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-hak Anak.
Penjelasan UU No 23 Tahun 2002 menyebutkan meski Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak-hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu undang-undang mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut.
37
Undang-undang ini menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak-hak anak.Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, maupun spiritual, maupun sosial.Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak
yang diharapkan nantinya sebagai penerus bangsa.31
UU Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 merupakan upaya memberikan hak anak secara penuh dalam kehidupan sehari-hari. Upaya pengimplementasian UU Perlindungan Anak tersebut diwujudkan dalam penetapan Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015 yang isinya merupakan target-target pencapaian hak-hak anak berdasarkan pada upaya pencapaian MDGs (Millenium Development Goals) 2015 dan harus diwujudkan pula oleh Indonesia hingga tahun 2015, bahkan hingga dibentuknya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebagai lembaga negara yang bertugas khusus memantau keefektifan
upaya-upaya penyelenggaraan hak-hak anak di Indonesia.32
Dari segi isinya, UU No. 23/2002 terdiri atas norma hukum (legal norm)
tentang:33
a. Hak-hak anak;
b. Kewajiban dan tanggungjawab negara;
c. Bentuk-bentuk perlindungan yang dilakukan terhadap anak;
31
Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2009), hal 24-25.
32
Abdur Rozaki dkk, Mengembangkan Gampong Peduli Hak Anak, (Yogyakarta: IRE Yogyakarta, 2009), hal 94.
33
d. Peran serta masyarakat;
e. Lembaga independen perlindungan anak, serta
f. Ketentuan sanksi hukum pidana dalam hal terjadi pelanggaran UU No. 23
Tahun 2002.
Prinsip perlindungan hak-hak anak tertuang pada pasal 2 UU No 23 Tahun 2002. Ada empat prinsip-prinsip dasar hak-hak anak, yaitu:
1. Tidak membeda-bedakan (Non-diskriminasi)
Artinya semua hak-hak anak harus dipenuhi kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun.Tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, ras, warna kulit, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan-pandangan lain, asal usul kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri atau dari orang tua atau walinya yang sah.
2. Prinsip kepentingan yang terbaik bagi anak
Pengertian asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah, bahwa dalam suatu tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak
harus menjadi pertimbangan utama.34
3. Prinsip hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan
Pengertian asas untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan adalah bahwa hak-hak asasi yang mendasar bagi anak wajib dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua.Artinya, pihak-pihak tersebut,
34
39
wajib mewujudkan dan tidak meniadakan hak-hak yang dimaksud (hak hidup,
hak kelangsungan hidup dan hak berkembang).35
4. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak
Pengertian asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah adanya penghormatan atas hak untuk mengambil keputusan, terutama terhadap hal
yang berkaitan dengan kehidupannya.36
Dalam UU No. 23 Tahun 2002 diatur hak dan kewajiban anak (Pasal 4 s/d 19). Penegasan hak anak dalam UU No. 23 Tahun 2002 ini merupakan legalisasi hak-hak anak yang diserap dari Konvensi Hak Anak dan norma hukum nasional. Dengan demikian, pasal 4 s/d 19 UU No. 23/2002 menciptakan norma hukum (legal norm) tentang apa yang menjadi hak-hak anak.37
Menurut UU No. 23 Tahun 2002, hak-hak anak meliputi:38
1. Hak hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi;
2. Hak atas nama dan identitas diri dan status kewarganegaraan;
3. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi;
4. Hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh atau diasuh oleh
pihak lain apabila karena sesuatu hal orang tua tidak mewujudkannya;
5. Hak memperoleh pelayanan kesehatan jasmani dan rohani, jaminan sosial
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial; 35 Ibid. 36 Ibid. 37
Muhammad Joni, Loc. Cit.
38
6. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dan bagi yang cacat memperoleh pendidikan luar biasa;
7. Hak untuk didengar pendapatnya, menerima dan mencari informasi dan juga
memberi informasi;
8. Hak berkreasi, istirahat, memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan yang
sebaya dan yang cacat berhak mendapatkan rehabilitasi, bantuan sosial dan memelihara taraf kesejahteraan sosial;
9. Selama dalam pengasuhan, anak berhak mendapat perlindungan dari
perlakuan: (a) diskriminasi; (b) eksploitasi, baik ekonomi atau seksual; (c) penelantaran; (d) kekejaman, kekerasan dan penganiayaan; (e) ketidakadilan; dan (f) perlakuan salah lainnya terhadap pelaku hal-hal yang tersebut dengan hukuman;
10. Hak untuk diasuh orang tuanya sendiri, kecuali apabila terdapat aturan hukum
yang meniadakannya;
11. Hak untuk memperoleh perlindungan dari: (a) penyalahgunaan dalam
kegiatan politik; (b) pelibatan dalam sengketa bersenjata; (c) pelibatan dalam kekerasan sosial; (d) pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan (e) pelibatan dalam peperangan;
12. Hak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi, hak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. Penangkapan, penahanan atau hukuman penjara hanya dapat dilakukan sesuai hukum dan itu merupakan upaya terakhir;
41
13. Anak yang dirampas kebebasannya, berhak: (a) mendapat perlakuan yang
manusiawi dan penempatannya dipisah dari orang tua; (b) memperoleh bantuan hukum dan bantuan lainnya secara efektif dari setiap tahapan hukum; (c) membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak;
14. Anak yang menjadi korban, berhak memperoleh bantuan hukum dan bantuan
lainnya.
Adapun kewajiban anak tertuang di dalam ketentuan pasal 19 UU Perlindungan Anak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menghormati orang tua, wali dan guru;
2. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman;
3. Mencintai tanah air, bangsa dan negara;
4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan
5. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Perlindungan terhadap anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak- hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan partisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera (Pasal 3 UU No. 23 Tahun 2002).39
Peran dan tanggung jawab dalam pemberian perlindungan pada anak termasuk pemenuhan hak-hak anak serta mengarahkan anak untuk bisa memenuhi
39
kewajiban-kewajibannya supaya bisa menjadi generasi penerus yang berkualitas pada hakekatnya ada di tangan keluarga, masyarakat dan negara/pemerintah.
Didalam pelaksanaan upaya kesejahteraan dan perlindungan anak ini keluarga dan orang tua memegang peranan yang amat penting karena tanggung jawab utama dalam upaya kesejahteraan dan perlindungan anak berada di tangan mereka.
Walaupun fakta menunjukkan bahwa belum semua anak diasuh oleh keluarga dan orang tua dengan baik, masih ada anak yang belum memperoleh akta kelahiran, belum memperoleh kesehatan yang optimal, masih banyak anak yang berada dalam pengungsian, situasi konflik, di daerah bencana alam, masih ada anak yang dieksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual, sehingga disini peran keluarga dan masyarakat di dalam memberikan perlindungan pada anak sangat penting.
Peran keluarga dan orang tua dalam penyelenggaraan perlindungan anak adalah wajib dan orang tua/keluarga bertanggung jawab terhadap pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan anak dalam kondisi apapun, menumbuhkembangkan anak sesuai dengan bakat dan minatnya, mencegah terjadinya perkawinan usia dini. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak baik itu dilakukan oleh masyarakat secara perorangan, Lembaga Perlindungan Anak, Lembaga Sosial Kemasyarakatan, Lembaga
Swadaya Masyarakat maupun lembaga keagamaan serta mass media, mereka ini
berkewajiban untuk berperan serta dalam memfasilitasi serta mengadvokasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan dan perlindungan anak. Sedangkan
43
pemerintah/negara berkewajiban untuk memberikan dukungan/fasilitasi sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan kesejahteraan dan perlindungan anak, misalnya penyediaan sekolah, lapangan bermain, lapangan olah raga, rumah ibadah, tempat rekreasi dan lain-lain. Pemerintah juga berkewajiban untuk menjamin terlaksananya kesejahteraan dan perlindungan anak yang dilakukan oleh orang tua, wali dan orang lain yang secara hukum berkewajiban untuk melaksanakan pemenuhan hak-hak anak.