BAB II KAJIAN TEORI
1. Perlindungan Anak
a. Pengertian dan Dasar HukumPerlindungan Anak
Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Pada pasal 3 UU Perlindungan Anak disebutkan bahwa perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Menurut Dan O’Donnell (2004), istilah perlindungan anak berarti perlindungan dari kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi. Artinya perlindungan anak ditujukan bagi penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak setiap anak untuk tidak menjadi korban dari situasi yang merugikan (membahayakan) dirinya. Hak atas perlindungan anak melengkapi hak yang lain seperti memastikan anak-anak menerima apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup, bertumbuh dan berkembang.
Magdalena (2007:8), berpendapat bahwa kata
“perlindungan” menjadi tekanan dalam upaya pemenuhan hak anak yang diartikan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,
9
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan atas tindakan kekerasan dan diskriminasi.
Sementara berdasarkan pandangan Elanor Jackson &
Marie Wemham (2005 : 1), “perlindungan anak didefenisikan sebagai suatu istilah yang luas untuk menggambarkan filosofi”.Dari berbagai pendapat di atas perlindungan anak dapat disimpulkan adalahperlindungan anak berarti perlindungan dari kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi serta pemenuhan hak anak yang diartikan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak – anak dan haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan mendapat perlindungan dari kekerasan diskriminasi.
Dasar hukun perlindungan anak di Indonesia, mengacu pada peraturan perundang – undangan nasional dan internasional. Dasar hukum nasional yang utama adalah Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang kemudian diadakan perubahan melalui Undang – Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang – Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak, serta kewajiban negara, masyarakat, dan keluarga.
Selain Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 yang diubah melalui Undang – Undang No. 35 Tahun 2014, terkait dengan perlindungan terhadap anak telah ditetapkan pula Undang – Undang No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, Undang – Undang No. 12 Tahun 2006 tentang kewargaaan republik indonesia, Undang – Undang No. 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban, Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 tentang administrasi dan kependudukan, Undang – Undang No. 22 Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, seta Undang – Undang No. 11 Tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik terkait pemidanaan terhadap pornografi anak dan Undang – Undang No. 44 Tahun 2008 tentang pornografi.
b. Prinsip Perlindungan Anak
Pada prinsipnya perlindungan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 terdiri dari prinsip-prinsip perlindungan yang diatur sebagai berikut:
1) Nondiskriminasi
Nondiskriminasi adalah tidak bersikap diskriminasi atau tidak membeda – bedakan, semua diperlakukan sama.
Setiap anak harus dilindungi dari segala perlakuan diskriminasi baik dari suku, agama, ras, golongans, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, kondisi fisik dan kondisi mental.
2) Kepentingan yang terbaik bagi anak (The best interest of the child).
Bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan yudikatif, maka kepentingan anak harus menjadi pertimbangan utama.
3) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan berkembang Yang dimaksud dengan asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua. Sedangkan hal itu merupakan hak setiap manusia yang paling asasi.
4) Penghargaan terhadap pendapat anak
Yang dimaksud dengan asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghormatan atas hak-hak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan tersebut menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip – prinsip perlindungan anak adalah nondiskriminasi yaitu tidak membeda - membedakan anak dan menganggap semua anak itu sama serta anak juga diberikan hak untuk hidup, untuk kelangsungan hidup dan untuk berkembang.
c. Hak – hak Anak
Di dalam UU Perlindungan anak, hak-hak anak diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 18. Perlu diketahui bahwa di dalam UU Perlindungan Anak, diberikan batasan tentang usia seseorang dikategorikan sebagai seorang anak apabila ia belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Di antara hak-hak anak yang diatur dalam Undang – Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 perlindungan anaktercantum hak – hak anak yang meliputi hak – hak sebagai berikut:
1) Hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi;
2) Hak atas sebuah nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan;
3) Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua;
4) Hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri;
5) Apabila karena susuatu hal orang tuanya tidak bisa mengasuh sendiri, anak tersebut berhak diasuh dan diangkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6) Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial
7) Hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran;
8) Hak untuk menyatakan dan di dengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya;
9) Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya;
10) Anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
11) Dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan – perlakuan berikut :
(a) Diskriminasi.
(b) Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual.
(c) Penelantaran.
(d) Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan.
(e) Ketidakadilan.
(f) Perlakuan yang salah lailnnya.
12) Diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan atau aturan hukum yang salah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
13) Memperoleh perlindungan dari hal – hal beriktut : (a) Penyalahgunaan dalam kegiatan politik.
(b) Perlibatan dalam sengketa bersenjata.
(c) Pelibatan dalam kerusuhan sosial.
(d) Peibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan.
(e) Pelibatan dalam peperangan.
14) Memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
15) Memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. Anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk hal – hal berikut:
(a) Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa.
(b) Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.
(c) Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
16) Anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
17) Anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.
Secara substansial, hak anak usia dini dengan usia lainnya adalah sama. Yang berbeda adalah tindak lanjut dan cara memfasilitasi suatu hak harus berdasarkan pertimbangan objektif dan subjek yang dimaksudkan. Agar pemahaman tentang hak – hak anak usia dini beserta implikasinya menjadi lebih terfokus, perhatikan penjelasan berikut :
1) Anak usia dini berhak untuk dilahirkan , memiliki nama, dan kewarganegaraan. Tidak ada seseorangpun boleh dihalangi untuk lahir ke dunia secara legal membutuhkan pengakuan sebagai bagian dari warga negara yang baru tiba
dari dunia yang berbeda. Oleh karena iut, anak yang baru lahir berhak mendapatkan kewarganegaraan sehingga secara hukum memiliki kesetaraan dengan warga negara lainnya.
2) Anak usia dini berhak memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi. Kenapa anak usia dini berhak untuk memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi?
Karena pada saat usia dini merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Agar pertumbuhan dan perkembangan mencapai kematangan yang optimal., maka anak harus difasilitasi dengan rasa kasih sayang yang tulus. Selain dia akan merasa bahagia, dia juga akan menjadi generasi yang berakhlak dan bermoral baik.
3) Anak usia dini berhak untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai, dan lingkungan yang sehat. Diantar kondisi yang dapat mengantarkan anak usia dini dapat berkembang dengan baik adalah tersedianya komunitas yang aman, damai, dan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, kondisi komunitas tersebut merupakan hak dasar anak usia dini dalam mengembangkan dirinya.
4) Anak usia dini berhak untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan aktif. Makanan merupkan faktor yang mendukung terbentuknya badan sehat dan ketersediaan energi dan beraktivitas. Oleh karena itu, kebutuhan makanan mutlak terpenuhi oleh setiap anak usia dini.
5) Anak usia dini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya. Pendidikan dan pengembangan potensi untuk siapapunmerupakan hak yang mendasar, tidak terkcuali pada anak usia dini. Apalagi dengan diyakini bahwa masa usia dini akan berpengaruh besar pada kehidupan dewasanya nanti. Oleh karena itu, hak
pendidikan dan pengembangan potensibagi anak usia dini menjadi sangat fundamental dan tidak dapat ditawarjan lagi.
6) Anak usia dini berhak untuk diberikan kesempatan untuk bermain dan waktu santai bermain dan waktu santai untuk menjadi hak anak usia dini dan kedua hal tersebut sudah selayaknya terpenuhi dengan baik. Alasannya adalah karena bermain dan waktu santai bagi anak merupakan kebutuhan mendasar yang dapat membantu bahkan memacu percepatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya secara lebih sehat.
7) Anak usia dini berhak untuk dilindungi dari berbagai marabahaya. Hal ini sangat penting diperhatikan karena dari sisi fisik dan usia, anak usia dini belum mampu sepenuhnya melindungi dirinya dengan baik. Sehingga jika orang dewasa baik itu orang tua, guru, atau lingkungan sekitar tidak membantu melindunginya maka anak usia dini dapat terancam bahaya.
8) Anak usia dini berhak unutk dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah. Keberlansungan hidup dan perkembangan anak usia dini merupakan tanggung jawab bersama, terutama oleh pemerintah. Bahkan, pemerintah harus dapat mempertahankan hak tersebut agar dapat terwujud dengan baik. Itu semua beralasan karena anak usia dini merupakan investasi, calon generasi penerus bangsa, dan penerus pemerintah. Jika tidak, maka kita akan mengalami yang namanya lost generation atau kehilangan generasi yang berakibat pada kehidupan bangsa yang tidak terkendali bahkan akan menuju kehancuran.
9) Anak usia dini dapat mengekspresikan pendapat sendiri.
Ekspresi adalah wujud dari gambaran isi dan kehendak seseorang. Isi dan kehendak seseorang sangatlah penting
untuk diketahui dengan baik sehingga kita dapat meresponnya dengan baik juga. Begitu pula dengan anak usia dini. Ekspresi dan pendapatnya harus diterima dengan terbuka karena dengan demikian kita akan mengetahui segala yang diharapkan, dibutuhkan, dan dirasakan anak.
kalau sudah begini maka orang tuaatau guru dapat menentukan sikap yang paling tepat pada anak.
d. Pedoman dalam Membantu Anak Usia Dini Melakukan Perlindungan Diri
Dalam memberikan bantuan anak usia dini juga perlu pedoman melakukan perlindungan diri. Pedoman perlindungan diri ( Siti Nurlaila,2016: 24 – 34) adalah sebagai berikut :
1) Harga Diri (self esteem)
Harga diri adalah pandangan dari keseluruhan individu tentang dirinya sendiri. Penghargaan diri kadang juga dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Misalnya anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa harga diri seseorang anak berkembang sebelum ia mencapai usia 5 tahun. Para peneliti menemukan bahwa anak – anak cenderung merasa bangga akan diri mereka sendiri. Bahkan, harga diri pada anak – anak memainkan peran yang sangat penting dalam bagaimana mereka membentuk identitas sosial.
Gangguan harga diri rendah digamabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, dan menarik diri secara sosial.
Orang tua sekarangpun menanamkan identitas diri pada anak. genetika dan kondisi masa kecil memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk pikiran setiap orang. Orang tua menanamkan rasa harga diri sejak dini.
Mengasuh anak secara positif dapat membantu mengembangkan pola pikir yang sehat pada anak – anak.
orang tua dan guru memiliki tanggung jawab besar untuk dapat memenuhi kebutuhan harga diri anak., melalui pemberian kasih sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sehat, yang didalamnya terkandung perasaan harga diri yang stabil dan mantap. Disinilah, tampak arti penting peran orang tua dan guru sebagai fasilitator.
2) Assertivitas (Assertiveness)
Sikap asertif ditunjukkan dengan berani mengungkapkan pikiran dan perasaan, mempertahankan hak atau kepentingannya, tanpa menyakiti atau merugikan orang lain. Assertif tidak hanya berlaku ketika seseorang menyatakan kedustaan atau perbedaan pendapat, tapi juga mengungkapkan pendapat yang sama atau yang menjadi kesukaannya, meskipun pada umumnya masalah yang mucul terkait dengan assertivitas adalah tentang kemampuan seseorang untuk menyatakan ketidak sukaan atau perbedaan pendapat.
Ajari sikap berani pada anak. ajarkan anak – anak jangan takut jika diancam seseorang atau diiming – imingi imbalan tertentu. Tergaskan anak untuk berani melaporkan ancaman tindakan kekerasan kepada orang yang dapat
melindunginya, seperti orang tua, petugas keamanan, guru disekolah. Jika anak diperlukan tidak baik oleh seseorang, dia harus berani menolak.
Assertivitas tidak hanya perlu dimiliki orang dewasa, tapi juga perlu dimiliki anak – anak. Agar mampu memiliki sikap asertif, maka anak perlu dibekali dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Anak – anak usia prasekolah perlu dikenalkan dengan sikap assertif seiring dengan kemampuan bahasanya yang sudah berkekmbang dengan baik agar anak – anak mampu bersikap tegas, mampu memiah saat yang tepat untuk bersikap asertif dan nonasertif, tidak menjadi orang yang tertekan, dirugikan, serta menjadi anak yang mandiri dan percaya diri.
3) Kesadaran Akan Tubuh
Selain pengethuan kognitif seperti pengenalan huruf dan angka, anak – anak juga perlu untuk mengenali anggota tubuh mereka dari usia dini. Mulai usia 12 bulan, anak – anak sudah dapat diajarkan untuk mengenali beberapa anggota tubuh dasar, seperti mata, telinga, mulut, dan hidung. Ketika mereka memasuki usia 18 bulan, semakin banyak anggota tubuh yang mereka dapat kenali, seperti kepala, rambut, bahu, lutut, tangan, dan kaki. Pada saat mereka mencapai usia 2 - 3 tahun, mereka sudah mulai dapat dilatih untuk menggunakan toilet dengan baik.
Selain melalui pengajaran yang bersifat langsung, anak – anak juga dapat diajar untuk mengenal lebih banyak anggota tubuh mereka saat mereka sakit. Salah satu cara komunikasi yang paling mudah adalah saat anak di minta untuk menunjukkan bagian tubuh mana yang sakit. Selain itu, mereka juga dapat dikenalkan. Selain itu mereka juga dapat diperkenalkan pada fungsi seorang dokter serta obat
yang harus mereka minum. Anak usia dini memang cukup rentan sakit karena daya tahan tubuh yang masih lemah, tetapi orang tua bijak tentu mampu untuk membalikkan keadaan yang tidak mengenakkan tersebut menjadi permainan pengenalan anggota tubuh yang dapat menghibur anak yang sedang sakit.
Ajarkan juga kepada anak untuk mengenali bagian – bagian tubuh sensitifnya dengan tujuan agar anak dapat menjaga dirinya dan tidak membiarkan orang asing menyentuh menyentuh bagian – bagian sensitifnya. Ajarkan anak berteriak jikalau ada yang mencoba menyentuh bagian tubuh sensitifnya.
4) Memahami Bentuk – Bentuk Hubungan
Bentuk hubungan yang dimaksud adalah hubungan di antara anggota keluarga. Bagi keluarga inti anggotanya meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama – sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas, anggota keluarganya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi disamping anggota keluarga inti.
Anak usia dini diajarkan mengenali anggota keluarga dengan tujuan anak dapat melindungi dirinya dari orang asing, yaitu merupakan orang – orang yang bukan merupakan anggota keluarganya. Ajari juga anak untuk membedakan antara orang asing, kenalan, sahabat, teman, kerabat, atau saudara. Beri tahu agar mereka agar tidak menerima ajakan atau pemberian dari orang asing.
Misalnya permen, uang, mainan, boneka, dan sebagainya.
Bila ada orang yang tidak dikenal menyentuhnya, sebaiknya segera menghindar atau menjauh dari orang tersebut.
5) Memahami Aturan Tentang Sentuhan
Makin maraknya kekerasan yang dialami anak – anak membuat para orang tua khawatir. Orang tua harus sedari dini mengajarkan anaknya untuk lebih waspada.
Salah satunya menjaga empat bagian tubuh ini agar tidak boleh di sentuh atau dijamah oleh orang lain, kecuali ibu kandung. Keempat bagian tubuh tersebut diantaranya bibir, dada, bagian diantara kedua kaki, dan pantat. Alasannya, keempat bagian tubuh tersebut tidak disentuh orang lain, karena merupakan daerah paling pribadi sianak.
Kemudian, berikan juga pengertian kepada anak tentang sentuhan yang baik dan buruk. Sentuhan yang baik dilakukan secara halus pada bagian tubuh yang boleh disentuh dan dengan tujuan yang jelas, musalnya ciuman orang tua kepada anak pada saat anak pamit ke sekolah, pelukan selamat datang dari orang tua kepada anak yang baru pulang sekolah, dan juga ketika berjabat tangan dengan orang lain. Sentuhan yang buruk adalah sentuhan yang kasar, memaksa, dan menyentuh bagian yang dilarang.
6) Memahami Perasaan yang Muncul
Setiap anak mempunyai suatu keunikan, dan keunikan setiap anak berbeda – beda. Ada anak yang bersifat pendiam, pemarah, sabar, dan sebagainya.
Begitupun dalam mengelola emosi, perilaku anak jelas berbeda – beda. Pengendalian emosi yang bermacam – macam itu terbentuk berdasarkan bagaimana cara orang tua membimbing anaknya dalam mengungkapkan perasaan emosinya. Anak yang mengendalikan emosinya baik, pada
umumnya akan diterima oleh lingkungannya dengan baik pula sehingga akan menumbuhkan perlindungan diri yang baik pula dalam dirinya.
Pengendali emosi sangatlah penting penting. Ada dua alasan mengapa pengendalian emosi penting bagi anak.
Pertama, maryarakat mengharapkan anak untuk mulai belajar mengendalikan emosi dan masyarakat menilai apakah anak berhasil melakukannya. Anak akan mempelajari ekspresi esmosi yang dapat diterima oleh kelompok bergaulnya dan mana yang tidak terima oleh kelompok bergaulnya. Dengan demikian, anak hanya akan menampilkan ekspresi yang diterima kelompok. Kedua, pola ekspresi emosi termasuk amarah telah dipelajari oleh anak sejak kecil. Semakin dini anak belajar mengendalilkan emosinya, semakin mudah pula anak mengendalikan emosinya dimas yang akan datang.
Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa kanak – kanak (Siti Nurlaila 2017: 31-34) adalah sebagai berikut :
a) Takut
Takut adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Perasaan takut adalah suatu perasaan yang hakiki dan erat hubungannya dengan upaya mempertahankan atau melindungi diri. Rasa takut memang harus dimiliki setiap anak agar lebih waspada terhadap hal yang membahayakan. Tetaapi apabila rasa takut sudah berlebihan akan mempengaruhi perkembangan anak juga. Maka dibutuhkan peran orang tua dan guru mengatasi rasa takut tersebut.
b) Marah
Marah merupakan perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri atau objek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata – kata kasar / makian) atau nonverbal (mencubit, memukul, merusak, dan lain – lain). Emosi marah terjadi pada saat individu meras dihambat, frustasi karena tidak mencapai yang diinginkan, dicerca orang, diganggu, atau dihadapkan pada suatu tuntun yang berlawanan dengan keinginannya.
c) Gembira
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan, yang juga dikenal dengan keriangan, kesenangan, atau kebahagiaan. Faktor yang sangat mempengaruhi yaitu kesehata. Biasanya kegembiraan disebabkan ooleh hal – hal yang bersifat tiba – tiba, dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang – orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut.
Bila orang tua atau guru melihat anak sedang bergembira, maka ikutlah bergembira bersamanya.
Keikutsertaan orang tua atau guru dalam kegembiraan tersebut sangat berarti bagi anak. apabila anak sedang gembira, biarkan anak menunjukkan rasa gembiranya dengan cara yang anak inginkan, bila anak sedang bersedih, guru harus membuat anak gembira karena gembira adalah emosi yang menyenangkan.
Keikutsertaan orang tua atau guru dalam kegembiraan tersebut sangat berarti bagi anak. apabila anak sedang gembira, biarkan anak menunjukkan rasa gembiranya dengan cara yang anak inginkan, bila anak sedang bersedih, guru harus membuat anak gembira karena gembira adalah emosi yang menyenangkan.