• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN GURU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DI TK KECAMATAN LIMA KAUM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN GURU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DI TK KECAMATAN LIMA KAUM SKRIPSI"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT PENGETAHUAN GURU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DI TK KECAMATAN LIMA KAUM

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana(S-1) Pada Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Oleh:

LISA STEVANI

NIM. 12132019

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2020

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

i ABSTRAK

LISA STEVANI, NIM 12132019.JudulSkripsi,“TINGKAT PENGETAHUAN GURU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DI TK KECAMATAN LIMA KAUM”. JurusanPendidikan Islam AnakUsiaDini, FakultasTarbiyahdanIlmuKeguruan, Institut Agama Islam Negeri(IAIN) Batusangkar.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah pengetahuan guru tentang perlindungan anak di TK Kecamatan Lima Kaum. Tujuan pembahasan ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang perlindungan anak di TK Kecamatan Lima Kaum.Dengan memiliki inidikator yang pertama adalah perlindungan anak di keluarga, yang kedua di sekolah, dan yang ketiga adalah di masyarakat.

Jenis penelitian yang yang penulis gunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survey ke lapangan dengan teknik pengambilan sampel random sampling yaitu pengambilan secara acak. Sampel penelitian adalah guru TK Permata Bunda Cubadak, guru TK Harapan Ibu Lima Kaum, dan guru TK Aisiyah Kecamatan Lima Kaum dan populasinya adalah TK di Kecamatan Lima Kaum. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui kuesioner atau angket dengan memberikan tugas atau soal yang berhubungan dengan perlindungan.

Dari hasil penelitian yang penulis peroleh tingkat pengetahuan guru di TK Permata Bunda Cubadak, TK Harapan Ibu Lima Kaum dan TK Aisiyah Lima Kaum dengan memberikan soal penulis menemukan tingkat pengetahuan guru tentang perlindungan anak di TK Kecamatan Lima Kaum adalah dengan hasilaspekpertamamengenaiperlindungananak di keluargadengan 15 orang guru dengannilai rata – rata 85,33padakategori “tinggi”. aspekkedua, dengan 15 orang guru mengenaiperlindungananak di sekolahmemilikinilai rata – rata 74,44padakategori “tinggi”. Dan aspekketiga, dengan 15 orang guru mengenaiperlindungananak di masyarakatmemilikinilai rata – rata 68,88padakategori ”sedang”. Dengan keseluruhan jumlah nilai rata – rata diatas dapat di peroleh keseluruhan nilai rata - rata yaitu 76,21 dengan kategori “tinggi”.

Kata kunci : Pengetahuan Guru, Perlindungan Anak.

(6)

ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 7

D. RumusanMasalah ... 7

E. TujuanPenelitian ... 7

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 9

1. Perlindungan Anak ... 9

a. Dasar Perlindungan Anak ... 9

b. Prinsip Perlindungan Anak ... 11

c. Hak – Hak Anak ... 12

d. Pedoman dalam Membantu AUD Melakuakan Perlindungan Diri.... 17

e. Upaya Perlindungan Anak ... 24

f. Bentuk – Bentuk Perlindungan Anak ... 25

g. Sembilan Pengetahuan Seputar Perlindungan Anak ... 29

2. Pengetahuan Guru ... 31

a. Pengertian Pengetahuan ... 31

b. Pengertian Guru ... 32

3. Kompetensi Guru ... 34

a. Jenis – Jenis Kompetensi Guru ... 34

b. Peran Guru dalam Perlindungan Anak ... 37

(7)

iii

4. PeranProfesionalPendidik PAUD ... 38

5. Karekteristik Guru AnakUsiaDini... 42

6. Peran Guru AnakUsiaDini ... 45

7. Tanggung Jawab Guru ... 47

8. Tugas dan Fungsi Guru ... 47

B. PenelitianRelevan ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian ... 51

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 52

C. Populasi dan Sampel ... 53

D. Defenisi Operasional ... 55

E. Instrumen Penelitian... 56

F. Teknik Pengumpulan Data ... 59

G. Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN A. TemuanPenelitian ... 63

B. Temuan Pengetahuan Guru ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Implikasi ... 76

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap orang tua yang harus dijaga, dilindungi dan diberi kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dalam diri seorang anak sejak ia dilahirkan telah melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan, dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah, dan Negara untuk memberikan perlindungan pada anak.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif, menjelaskan bahwa “Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif adalah upaya pengembangan anakusia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragama dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi”.

Holistik integratif adalah pendidikan yang mengintegrasikan segala aspek dan nilai-nilai dalam pendidikan seperti nilai moral, etis, religius, psikologis, filosofis, dan sosial dalam kesatuan yang dilakukan secara menyeluruh antara jiwa dan badan serta aspek material dan aspek spiritual untuk memenuhi kebutuhan esensial anak.

Holistik integratif tidak hanya mempelajari satu bidang pendidikan saja, tetapi juga pelajaran yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi, pola pengasuhan dan perlindungan untuk anak. Pada dasarnya, anak

1

(9)

merupakan suatu totalitas yang utuh, oleh karena itu dibutuhkan pendidikan yang menyeluruh untuk memenuhi hak anak, salah satunya adalah dengan menyekolahkannya di PAUD holistik integratif.

Disini tanggung jawab guru dalam perlindungan anak adalah memastikan lingkungan, alat, dan bahan main yang digunakan anak dalam kondisi aman, nyaman dan menyenangkan. Memastikan tidak ada anak yang terkena bully atau kekerasan fisikataupun ucapan oleh teman, guru, atau orang dewasa lainnya disekitar Satuan PAUD.

Mengenalkan kepada anak bagian tubuh yang boleh disentuh dan yang tidak boleh disentuh. Mengajarkan anak untuk dapat menolong dirinya apabila mendapat perlakuan tidak nyaman, misalnya meminta pertolongan atau menghindari tempat dan orang yang dirasakan membahayakan. Semua area di satuan PAUD berada dalam jangkauan pengawasan guru. Semua anak mendapat perhatian yang sama sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Memastikan semua guru terbiasa ramah, menghormati, menyayangi, serta peduli kepada semua anak dengan tidak mecap atau melabelkan sesuatu pada anak.

Menumbuhkan situasi di area Satuan PAUD penuh keramahan, santun, dan saling menyayangi. Memastikan saat anak pulang sekolah dalam posisi aman (ada orang dewasa yang mendampingi). Menangani dengan segera ketika anak mengalami kecelakaan yang terjadi di Lembaga PAUD.

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 35 tahun 2014

tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang

belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan

harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi.

(10)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, merupakan langkah penting terhadap pemenuhan hak-hak anak yang perlu dilindungi oleh negara. Undang-Undang ini mengatur tentang keberadaan anak, hak-hak dasar atas lingkungan keluarga dan pengasuhan yang sehat dengan kualitas pendidikan yang baik serta perlindungan dari keadaan membahayakan, misalnya kekerasan, pelecehan, perdagangan, dan penggunaan obat-obat terlarang.

Perlindungan hukum sangatlah diperlukan bagi anak-anak sebagai korban kekerasan terhadap anak baik fisik maupun psikis. Oleh karena itu perlindungan hukum merupakan upaya agar anak terlindungi haknya. Dengan adanya lembaga-lembaga perlindungan anak di negara ini diharapkan dapat membantu kasus-kasus yang melibatkan anak sebagai korban kekesaran khusunya korban kekerasan psikis yang dilakukan guru di sekolah.

Dalam kesejahteraan anak dan Undang- Undang Perlindungan Anak terdapat perwujudan hak asasi manusia dan perlindungan anak yang berfungsi untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkualitas yang mengenai hak-hak anak, yang sesuai dengan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 2 serta prinsip – prinsip dasar konvensi hak – hak anak yang meliputi nondiskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan berkembang, serta penghargaan terhadap anak.

Saat ini kekerasan terhadap anak semakin marak terjadi di

Indonesia. Padahal sejatinya anak merupakan generasi harapan bangsa

dan negara. Masa depan Indonesia ada di tangan anak-anak yang

nantinya akan meneruskan estafet kepemimpinan negeri ini. Oleh

karena itu, sangat diperlukan perlindungan bagi anak

dari bahaya, ancaman, kekerasan, diskriminasi, dan segala perlakuan

negatif.

(11)

Mengenai perlindungan anak diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002, yang telah direvisi dalam Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014 pasal 54 tentang Perlindungan Anak. Pada pasal 3 UU Perlindungan Anak disebutkan bahwa perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Di da lam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi“, k etentuan tersebut telah memberikan landasan yang kuat bahwa anak berhak untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak untuk memperoleh perlindungan dari kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia mempunyai komitmen untuk menjamin hak anak dan perlindungan anak yang merupakan bagian dari hak asasi manusia, antara lain hak untuk hidup, kelangsungan hidup, tumbuh kembang, berpartisipasi secara o ptimal sesuai dengan harkat dan m artabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang sejahtera, berkualitas dan terlindungi.

Dalam Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014 pasal 54 tentang

perlindungan, ada tiga bentuk perlindungan atau kekerasan anak yang

terdiri dari, pertama perlindungan anak di keluarga yaitu kekerasan

fisik adalah kekerasan yang melibatkan kontak langsung dan

dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan intimidasi, cedera, atau

penderitaan fisik lain atau kerusakan tubuh. Kekerasan psikis adalah

perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,

hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau

(12)

penderitaan psikis berat pada seseorang. Kekerasan seksual dan perlakuan buruk adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan seorang anak dalam aktivitas seksual. Penelantaran adalah praktik melepaskan tanggung jawab dan klaim atas keturunan dengan acara ilegal. Perkawinan usia dini pernikahan yang terjadi sebelum anak mencapai usia 18 tahun. Tindakan tradisional yang membahayakan sekolah dan masyarakat yang membahayakan, misalnya perusakan alat kelamin perempuan (khitan pada perempuan).

Kedua, Perlindungan anak di sekolah dan kegiatan pendidikan terdiri dari hukuman fisik adalah jenis hukuman yang mengakibatkan rasa sakit secara fisik. Hukuman psikis perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Seks dan kekerasan berbasis gender, kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan seorang anak dalam aktivitas seksual. Adu mulut dan fisik adalah berdebat, bertengkar dan bercekcok sehingga menyebabkan perkelahian.

Berkelahi / adu fisik adalah berkelahi berarti bertengkar dengan disertai adu kata –kata atau adu tenaga, sesudah berkelahi pukul memukul, kedua anak itu sama – sama menangis.

Ketiga, perlindungan anak di masyarakat ( antar teman sebaya, gang aparat, dan penjual anak) terdiri dari Kekerasan fisik kekerasan yang melibatkan kontak langsung dan dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan intimidasi, cedera, atau penderitaan fisik lain atau kerusakan tubuh. Kekerasan psikis perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan seorang anak dalam aktivitas seksual.

Sekarang ini banyak ditemui kasus mengenai kekerasan fisik

maupun psikis yang dilakukan guru kepada anak didiknya di sekolah.

(13)

Salah bila kita hanya menyebutkan kekerasan pada anak-anak hanya dalam bentuk fisik saja. Kekerasan psikis juga merupakan bentuk kekerasan pada anak. Kekerasan secara psikis termasuk membentak, berteriak keras, dan memaki. Banyak dari kalangan orang dewasa baik orang tua maupun guru juga melakukan kekerasan secara psikis.

Banyak dari orang dewasa tidak sadar melakukan hal itu. Orang dewasa kadang memerintah anak dengan suara yang tinggi dan disertai dengan ancaman bahkan hukuman bila tidak dilaksanakan. Ketidak pahaman orang tua dan guru tentang jenis kekerasan anak membuat mereka sering melakukan kekerasan psikis pada proses pola asuh.

Begitu juga banyak di lingkungan sekolah atau guru melakukan tindakan dengan nada mengancam, membentak, berteriak, memaki, dan lain-lain.

Pada dasarnya pelaksanaan perlindungan terhadap anak di sekolah sebenarnya sudah dicanangkan melalui aturan aturan seperti guru dilarang membentak anak dan guru memperlihatkan gambar poster yang berisikan siapa saja yang boleh menyentuh anak, siapa saja yang boleh memandikan anak dan gambar tersebut juga dijelaskan bahwa anak tidak boleh mengikuti atau pergi dengan orang yang tidak dikenalnya. Hanya saja baik aturan, himbauan, maupun teori – teori dalam melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dan jauh dari kekerasan tersebut. Teknik pembelajaran masih belum banyak dilakukan oleh para guru. Begitu juga melalui teknis pembelajaran, guru di sekolah TK di Kecamatan Lima Kaum masih ada melakukan kekerasan psikis atau emosional seperti menakut – menakuti anak, kata – kata yang mengancam, berkata – kata kasar dan mengolok – olokan anak.

Hasil observasi penulis dilapangan pada 21 Januari 2019

memperoleh gambaran guru juga sering tidak mendengarkan apa

keinginan anak dan yang dikatakan anak, guru seolah- olah tidak acuh

ketika anak berbicara. Dalam proses pembelajaran, jarang guru

(14)

memberikan penghargaan terhadap pendapat anak seperti, anak tampil kedepan kelas namun guru hanya menyuruh anak duduk setelah anak menampilkan kemampuannya. Disini guru juga membeda – bedakan anak.

Berdasarkan penyebab permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk menyelidiki sejauh mana tingkat pengetahuan guru terhadap perlindungan dengan judul “Pengetahuan Guru tentang Perlindungan Anak di TK Kecamatan Lima Kaum”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Guru mengabaiakn pendapat anak dan jarang memberikan penghargaan.

2. Kurangnya pengetahuan guru tentang perlindungan anak.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat pengetahuan guru tentang perlindungan anak di Kecamatan Lima Kaum.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah adalah sebagai berikut:

1. Berapa besar pengetahuan guru tentang program perlindungan anak?

2. Berapa besar pengetahuan guru tentang hak – hak anak?

3. Berapa besar pengetahuan guru tentang kebutuhan anak?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang perlindungan anak di Kecamatan Lima Kaum.

F. Manfaat Hasil Penelitian

(15)

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi yaitu manfaat secara teori dan praktik.

1. Dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Sebagai informasi bagi guru terkait perlindungan anak.

b. Sebagai pijakan dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengetahuan guru tentang perlindungan anak.

2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi Penulis, dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang pengetahuan guru tentang perlindungan anak.

b. Bagi guru, dapat mengetahui bagaimana memberikan

perlindungan kepada anak

(16)

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Perlindungan Anak

a. Pengertian dan Dasar HukumPerlindungan Anak

Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Pada pasal 3 UU Perlindungan Anak disebutkan bahwa perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Menurut Dan O’Donnell (2004), istilah perlindungan anak berarti perlindungan dari kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi. Artinya perlindungan anak ditujukan bagi penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak setiap anak untuk tidak menjadi korban dari situasi yang merugikan (membahayakan) dirinya. Hak atas perlindungan anak melengkapi hak yang lain seperti memastikan anak-anak menerima apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup, bertumbuh dan berkembang.

Magdalena (2007:8), berpendapat bahwa kata

“perlindungan” menjadi tekanan dalam upaya pemenuhan hak anak yang diartikan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,

9

(17)

tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan atas tindakan kekerasan dan diskriminasi.

Sementara berdasarkan pandangan Elanor Jackson &

Marie Wemham (2005 : 1), “perlindungan anak didefenisikan sebagai suatu istilah yang luas untuk menggambarkan filosofi”.Dari berbagai pendapat di atas perlindungan anak dapat disimpulkan adalahperlindungan anak berarti perlindungan dari kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi serta pemenuhan hak anak yang diartikan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak – anak dan haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan mendapat perlindungan dari kekerasan diskriminasi.

Dasar hukun perlindungan anak di Indonesia, mengacu pada peraturan perundang – undangan nasional dan internasional. Dasar hukum nasional yang utama adalah Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang kemudian diadakan perubahan melalui Undang – Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang – Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak, serta kewajiban negara, masyarakat, dan keluarga.

Selain Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 yang

diubah melalui Undang – Undang No. 35 Tahun 2014, terkait

dengan perlindungan terhadap anak telah ditetapkan pula

Undang – Undang No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan

kekerasan dalam rumah tangga, Undang – Undang No. 12

Tahun 2006 tentang kewargaaan republik indonesia, Undang –

Undang No. 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan

korban, Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 tentang

administrasi dan kependudukan, Undang – Undang No. 22

Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan

orang, seta Undang – Undang No. 11 Tahun 2008 tentang

(18)

informasi dan transaksi elektronik terkait pemidanaan terhadap pornografi anak dan Undang – Undang No. 44 Tahun 2008 tentang pornografi.

b. Prinsip Perlindungan Anak

Pada prinsipnya perlindungan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 terdiri dari prinsip- prinsip perlindungan yang diatur sebagai berikut:

1) Nondiskriminasi

Nondiskriminasi adalah tidak bersikap diskriminasi atau tidak membeda – bedakan, semua diperlakukan sama.

Setiap anak harus dilindungi dari segala perlakuan diskriminasi baik dari suku, agama, ras, golongans, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, kondisi fisik dan kondisi mental.

2) Kepentingan yang terbaik bagi anak (The best interest of the child).

Bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan yudikatif, maka kepentingan anak harus menjadi pertimbangan utama.

3) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan berkembang Yang dimaksud dengan asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua. Sedangkan hal itu merupakan hak setiap manusia yang paling asasi.

4) Penghargaan terhadap pendapat anak

Yang dimaksud dengan asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghormatan atas hak-hak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan tersebut menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

prinsip – prinsip perlindungan anak adalah nondiskriminasi

yaitu tidak membeda - membedakan anak dan menganggap

semua anak itu sama serta anak juga diberikan hak untuk

hidup, untuk kelangsungan hidup dan untuk berkembang.

(19)

c. Hak – hak Anak

Di dalam UU Perlindungan anak, hak-hak anak diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 18. Perlu diketahui bahwa di dalam UU Perlindungan Anak, diberikan batasan tentang usia seseorang dikategorikan sebagai seorang anak apabila ia belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Di antara hak-hak anak yang diatur dalam Undang – Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 perlindungan anaktercantum hak – hak anak yang meliputi hak – hak sebagai berikut:

1) Hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi;

2) Hak atas sebuah nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan;

3) Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua;

4) Hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri;

5) Apabila karena susuatu hal orang tuanya tidak bisa mengasuh sendiri, anak tersebut berhak diasuh dan diangkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6) Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial

7) Hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran;

(20)

8) Hak untuk menyatakan dan di dengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya;

9) Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya;

10) Anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

11) Dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan – perlakuan berikut :

(a) Diskriminasi.

(b) Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual.

(c) Penelantaran.

(d) Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan.

(e) Ketidakadilan.

(f) Perlakuan yang salah lailnnya.

12) Diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan atau aturan hukum yang salah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

13) Memperoleh perlindungan dari hal – hal beriktut : (a) Penyalahgunaan dalam kegiatan politik.

(b) Perlibatan dalam sengketa bersenjata.

(c) Pelibatan dalam kerusuhan sosial.

(d) Peibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan.

(e) Pelibatan dalam peperangan.

(21)

14) Memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

15) Memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.

Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. Anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk hal – hal berikut:

(a) Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa.

(b) Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.

(c) Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

16) Anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

17) Anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

Secara substansial, hak anak usia dini dengan usia lainnya adalah sama. Yang berbeda adalah tindak lanjut dan cara memfasilitasi suatu hak harus berdasarkan pertimbangan objektif dan subjek yang dimaksudkan. Agar pemahaman tentang hak – hak anak usia dini beserta implikasinya menjadi lebih terfokus, perhatikan penjelasan berikut :

1) Anak usia dini berhak untuk dilahirkan , memiliki nama,

dan kewarganegaraan. Tidak ada seseorangpun boleh

dihalangi untuk lahir ke dunia secara legal membutuhkan

pengakuan sebagai bagian dari warga negara yang baru tiba

(22)

dari dunia yang berbeda. Oleh karena iut, anak yang baru lahir berhak mendapatkan kewarganegaraan sehingga secara hukum memiliki kesetaraan dengan warga negara lainnya.

2) Anak usia dini berhak memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi. Kenapa anak usia dini berhak untuk memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi?

Karena pada saat usia dini merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Agar pertumbuhan dan perkembangan mencapai kematangan yang optimal., maka anak harus difasilitasi dengan rasa kasih sayang yang tulus. Selain dia akan merasa bahagia, dia juga akan menjadi generasi yang berakhlak dan bermoral baik.

3) Anak usia dini berhak untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai, dan lingkungan yang sehat. Diantar kondisi yang dapat mengantarkan anak usia dini dapat berkembang dengan baik adalah tersedianya komunitas yang aman, damai, dan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, kondisi komunitas tersebut merupakan hak dasar anak usia dini dalam mengembangkan dirinya.

4) Anak usia dini berhak untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan aktif. Makanan merupkan faktor yang mendukung terbentuknya badan sehat dan ketersediaan energi dan beraktivitas. Oleh karena itu, kebutuhan makanan mutlak terpenuhi oleh setiap anak usia dini.

5) Anak usia dini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang

baik dan mengembangkan potensinya. Pendidikan dan

pengembangan potensi untuk siapapunmerupakan hak yang

mendasar, tidak terkcuali pada anak usia dini. Apalagi

dengan diyakini bahwa masa usia dini akan berpengaruh

besar pada kehidupan dewasanya nanti. Oleh karena itu, hak

(23)

pendidikan dan pengembangan potensibagi anak usia dini menjadi sangat fundamental dan tidak dapat ditawarjan lagi.

6) Anak usia dini berhak untuk diberikan kesempatan untuk bermain dan waktu santai bermain dan waktu santai untuk menjadi hak anak usia dini dan kedua hal tersebut sudah selayaknya terpenuhi dengan baik. Alasannya adalah karena bermain dan waktu santai bagi anak merupakan kebutuhan mendasar yang dapat membantu bahkan memacu percepatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya secara lebih sehat.

7) Anak usia dini berhak untuk dilindungi dari berbagai marabahaya. Hal ini sangat penting diperhatikan karena dari sisi fisik dan usia, anak usia dini belum mampu sepenuhnya melindungi dirinya dengan baik. Sehingga jika orang dewasa baik itu orang tua, guru, atau lingkungan sekitar tidak membantu melindunginya maka anak usia dini dapat terancam bahaya.

8) Anak usia dini berhak unutk dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah. Keberlansungan hidup dan perkembangan anak usia dini merupakan tanggung jawab bersama, terutama oleh pemerintah. Bahkan, pemerintah harus dapat mempertahankan hak tersebut agar dapat terwujud dengan baik. Itu semua beralasan karena anak usia dini merupakan investasi, calon generasi penerus bangsa, dan penerus pemerintah. Jika tidak, maka kita akan mengalami yang namanya lost generation atau kehilangan generasi yang berakibat pada kehidupan bangsa yang tidak terkendali bahkan akan menuju kehancuran.

9) Anak usia dini dapat mengekspresikan pendapat sendiri.

Ekspresi adalah wujud dari gambaran isi dan kehendak

seseorang. Isi dan kehendak seseorang sangatlah penting

(24)

untuk diketahui dengan baik sehingga kita dapat meresponnya dengan baik juga. Begitu pula dengan anak usia dini. Ekspresi dan pendapatnya harus diterima dengan terbuka karena dengan demikian kita akan mengetahui segala yang diharapkan, dibutuhkan, dan dirasakan anak.

kalau sudah begini maka orang tuaatau guru dapat menentukan sikap yang paling tepat pada anak.

d. Pedoman dalam Membantu Anak Usia Dini Melakukan Perlindungan Diri

Dalam memberikan bantuan anak usia dini juga perlu pedoman melakukan perlindungan diri. Pedoman perlindungan diri ( Siti Nurlaila,2016: 24 – 34) adalah sebagai berikut :

1) Harga Diri (self esteem)

Harga diri adalah pandangan dari keseluruhan individu tentang dirinya sendiri. Penghargaan diri kadang juga dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Misalnya anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa harga diri seseorang anak berkembang sebelum ia mencapai usia 5 tahun. Para peneliti menemukan bahwa anak – anak cenderung merasa bangga akan diri mereka sendiri. Bahkan, harga diri pada anak – anak memainkan peran yang sangat penting dalam bagaimana mereka membentuk identitas sosial.

Gangguan harga diri rendah digamabarkan sebagai

perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk

hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal

mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan

(25)

produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, dan menarik diri secara sosial.

Orang tua sekarangpun menanamkan identitas diri pada anak. genetika dan kondisi masa kecil memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk pikiran setiap orang. Orang tua menanamkan rasa harga diri sejak dini.

Mengasuh anak secara positif dapat membantu mengembangkan pola pikir yang sehat pada anak – anak.

orang tua dan guru memiliki tanggung jawab besar untuk dapat memenuhi kebutuhan harga diri anak., melalui pemberian kasih sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sehat, yang didalamnya terkandung perasaan harga diri yang stabil dan mantap. Disinilah, tampak arti penting peran orang tua dan guru sebagai fasilitator.

2) Assertivitas (Assertiveness)

Sikap asertif ditunjukkan dengan berani mengungkapkan pikiran dan perasaan, mempertahankan hak atau kepentingannya, tanpa menyakiti atau merugikan orang lain. Assertif tidak hanya berlaku ketika seseorang menyatakan kedustaan atau perbedaan pendapat, tapi juga mengungkapkan pendapat yang sama atau yang menjadi kesukaannya, meskipun pada umumnya masalah yang mucul terkait dengan assertivitas adalah tentang kemampuan seseorang untuk menyatakan ketidak sukaan atau perbedaan pendapat.

Ajari sikap berani pada anak. ajarkan anak – anak

jangan takut jika diancam seseorang atau diiming – imingi

imbalan tertentu. Tergaskan anak untuk berani melaporkan

ancaman tindakan kekerasan kepada orang yang dapat

(26)

melindunginya, seperti orang tua, petugas keamanan, guru disekolah. Jika anak diperlukan tidak baik oleh seseorang, dia harus berani menolak.

Assertivitas tidak hanya perlu dimiliki orang dewasa, tapi juga perlu dimiliki anak – anak. Agar mampu memiliki sikap asertif, maka anak perlu dibekali dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Anak – anak usia prasekolah perlu dikenalkan dengan sikap assertif seiring dengan kemampuan bahasanya yang sudah berkekmbang dengan baik agar anak – anak mampu bersikap tegas, mampu memiah saat yang tepat untuk bersikap asertif dan nonasertif, tidak menjadi orang yang tertekan, dirugikan, serta menjadi anak yang mandiri dan percaya diri.

3) Kesadaran Akan Tubuh

Selain pengethuan kognitif seperti pengenalan huruf dan angka, anak – anak juga perlu untuk mengenali anggota tubuh mereka dari usia dini. Mulai usia 12 bulan, anak – anak sudah dapat diajarkan untuk mengenali beberapa anggota tubuh dasar, seperti mata, telinga, mulut, dan hidung. Ketika mereka memasuki usia 18 bulan, semakin banyak anggota tubuh yang mereka dapat kenali, seperti kepala, rambut, bahu, lutut, tangan, dan kaki. Pada saat mereka mencapai usia 2 - 3 tahun, mereka sudah mulai dapat dilatih untuk menggunakan toilet dengan baik.

Selain melalui pengajaran yang bersifat langsung,

anak – anak juga dapat diajar untuk mengenal lebih banyak

anggota tubuh mereka saat mereka sakit. Salah satu cara

komunikasi yang paling mudah adalah saat anak di minta

untuk menunjukkan bagian tubuh mana yang sakit. Selain

itu, mereka juga dapat dikenalkan. Selain itu mereka juga

dapat diperkenalkan pada fungsi seorang dokter serta obat

(27)

yang harus mereka minum. Anak usia dini memang cukup rentan sakit karena daya tahan tubuh yang masih lemah, tetapi orang tua bijak tentu mampu untuk membalikkan keadaan yang tidak mengenakkan tersebut menjadi permainan pengenalan anggota tubuh yang dapat menghibur anak yang sedang sakit.

Ajarkan juga kepada anak untuk mengenali bagian – bagian tubuh sensitifnya dengan tujuan agar anak dapat menjaga dirinya dan tidak membiarkan orang asing menyentuh menyentuh bagian – bagian sensitifnya. Ajarkan anak berteriak jikalau ada yang mencoba menyentuh bagian tubuh sensitifnya.

4) Memahami Bentuk – Bentuk Hubungan

Bentuk hubungan yang dimaksud adalah hubungan di antara anggota keluarga. Bagi keluarga inti anggotanya meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama – sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas, anggota keluarganya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi disamping anggota keluarga inti.

Anak usia dini diajarkan mengenali anggota keluarga dengan tujuan anak dapat melindungi dirinya dari orang asing, yaitu merupakan orang – orang yang bukan merupakan anggota keluarganya. Ajari juga anak untuk membedakan antara orang asing, kenalan, sahabat, teman, kerabat, atau saudara. Beri tahu agar mereka agar tidak menerima ajakan atau pemberian dari orang asing.

Misalnya permen, uang, mainan, boneka, dan sebagainya.

(28)

Bila ada orang yang tidak dikenal menyentuhnya, sebaiknya segera menghindar atau menjauh dari orang tersebut.

5) Memahami Aturan Tentang Sentuhan

Makin maraknya kekerasan yang dialami anak – anak membuat para orang tua khawatir. Orang tua harus sedari dini mengajarkan anaknya untuk lebih waspada.

Salah satunya menjaga empat bagian tubuh ini agar tidak boleh di sentuh atau dijamah oleh orang lain, kecuali ibu kandung. Keempat bagian tubuh tersebut diantaranya bibir, dada, bagian diantara kedua kaki, dan pantat. Alasannya, keempat bagian tubuh tersebut tidak disentuh orang lain, karena merupakan daerah paling pribadi sianak.

Kemudian, berikan juga pengertian kepada anak tentang sentuhan yang baik dan buruk. Sentuhan yang baik dilakukan secara halus pada bagian tubuh yang boleh disentuh dan dengan tujuan yang jelas, musalnya ciuman orang tua kepada anak pada saat anak pamit ke sekolah, pelukan selamat datang dari orang tua kepada anak yang baru pulang sekolah, dan juga ketika berjabat tangan dengan orang lain. Sentuhan yang buruk adalah sentuhan yang kasar, memaksa, dan menyentuh bagian yang dilarang.

6) Memahami Perasaan yang Muncul

Setiap anak mempunyai suatu keunikan, dan keunikan setiap anak berbeda – beda. Ada anak yang bersifat pendiam, pemarah, sabar, dan sebagainya.

Begitupun dalam mengelola emosi, perilaku anak jelas

berbeda – beda. Pengendalian emosi yang bermacam –

macam itu terbentuk berdasarkan bagaimana cara orang tua

membimbing anaknya dalam mengungkapkan perasaan

emosinya. Anak yang mengendalikan emosinya baik, pada

(29)

umumnya akan diterima oleh lingkungannya dengan baik pula sehingga akan menumbuhkan perlindungan diri yang baik pula dalam dirinya.

Pengendali emosi sangatlah penting penting. Ada dua alasan mengapa pengendalian emosi penting bagi anak.

Pertama, maryarakat mengharapkan anak untuk mulai belajar mengendalikan emosi dan masyarakat menilai apakah anak berhasil melakukannya. Anak akan mempelajari ekspresi esmosi yang dapat diterima oleh kelompok bergaulnya dan mana yang tidak terima oleh kelompok bergaulnya. Dengan demikian, anak hanya akan menampilkan ekspresi yang diterima kelompok. Kedua, pola ekspresi emosi termasuk amarah telah dipelajari oleh anak sejak kecil. Semakin dini anak belajar mengendalilkan emosinya, semakin mudah pula anak mengendalikan emosinya dimas yang akan datang.

Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa kanak – kanak (Siti Nurlaila 2017: 31-34) adalah sebagai berikut :

a) Takut

Takut adalah perasaan yang mendorong individu

untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin

menghindari kontak dengan hal itu. Perasaan takut

adalah suatu perasaan yang hakiki dan erat

hubungannya dengan upaya mempertahankan atau

melindungi diri. Rasa takut memang harus dimiliki

setiap anak agar lebih waspada terhadap hal yang

membahayakan. Tetaapi apabila rasa takut sudah

berlebihan akan mempengaruhi perkembangan anak

juga. Maka dibutuhkan peran orang tua dan guru

mengatasi rasa takut tersebut.

(30)

b) Marah

Marah merupakan perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri atau objek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata – kata kasar / makian) atau nonverbal (mencubit, memukul, merusak, dan lain – lain). Emosi marah terjadi pada saat individu meras dihambat, frustasi karena tidak mencapai yang diinginkan, dicerca orang, diganggu, atau dihadapkan pada suatu tuntun yang berlawanan dengan keinginannya.

c) Gembira

Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan, yang juga dikenal dengan keriangan, kesenangan, atau kebahagiaan. Faktor yang sangat mempengaruhi yaitu kesehata. Biasanya kegembiraan disebabkan ooleh hal – hal yang bersifat tiba – tiba, dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang – orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut.

Bila orang tua atau guru melihat anak sedang bergembira, maka ikutlah bergembira bersamanya.

Keikutsertaan orang tua atau guru dalam kegembiraan tersebut sangat berarti bagi anak. apabila anak sedang gembira, biarkan anak menunjukkan rasa gembiranya dengan cara yang anak inginkan, bila anak sedang bersedih, guru harus membuat anak gembira karena gembira adalah emosi yang menyenangkan.

d) Sedih

Rasa sedih adalah salah satu bentuk emosi yang

menyakitkan. Anak – anak merasa sedih karena

kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau dianggap

penting bagi dirinya, apakah ituorang, binatang, atau

(31)

benda mati seperti mainan. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap berbagai kegiatan normalnya, termasuk makan. Akan tetapi, terlalu banyak mengalami kesedihan juga akan berdampak buruk bagi perkembangan psikologinya.

Kesedihan adakalanya dijadikan anak sebagai senjata untuk mencari perhatian guru. Orang tua atau guru harus dapat membedakan kesedihan anak, apalah anak benar – benar bersedih atau hanya mencari perhatian saja.

e) Cemburu

Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang disadari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasi sayang dari seseorang.

e. Upaya Perlindungan Anak

Untuk mempercepat terimplementasinya KHA di tingkat kota pada masing-masing Negara Pihak, UNICEF memperkenalkan Child Friendly City pada Konferensi Kota Istambul, 1996. Inti dari inisiatif ini adalah mengarahkan pada transformasi Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi, dan intervensi pembangunan seperti kebijakan, institusi, dan program yang ramah anak. Pada konferensi ini, Indonesia mengirimkan delegasi dengan biaya mahal. Seperti delegasi-delegasi yang dikirimkan pada pertemuan Internasional lainnya, mereka setibanya di tanah air tidak menindaklanjuti hasilnya, walaupun sekedar sosialisasi.

Demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,

berakhlak mulia dan sejahtera, upaya perlindungan anak perlu

(32)

dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, meyeluruh dan komprehensif, Undang-Undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas nondiskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak.

Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

f. Bentuk – Bentuk Perlindungan Anak

Terdapat pentingnya hubungan antara anak dengan keluarga dan masyarakat yang akan dapat menciptakan perubahan, yaitu melalui upaya intervensi terhadap lingkungan tempat di mana anak menjalani kehidupan, sementara itu secara bersamaan mendukung individu anak. keadaan seperti ini merupakan fokus dari pendekatan ekologis yaitu, orang – orang dewasa di lingkungan tempat di mana anak menjalani kehidupan sehari – harinya. Artinya pendekatan ekologis mengakui bahwa dukungan sosial merupakan komponen penting dari praktik intervensi sosial, termasuk perlindungan terhadap anak.

Dalam Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014 pasal

54 tentang perlindungan anak terdiri dari perlindungan anak di

keluarga, sekolah dan masyarakat.

(33)

1) Perlindungan anak di keluarga

a) Perlindungan anak dari kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang melibatkan kontak langsung dan dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan intimidasi, cedera, atau penderitaan fisik lain atau kerusakan tubuh.

b) Perlindungan anak dari kekerasan psikis

Kekerasan psikologis, atau dalam pasal 7 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga disebut sebagai kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

c) Perlindungan anak dari kekerasan seksual dan perlakuan buruk

Kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat, meraba, penetrasi (tekanan), pencabulan dan pemerkosaan.

d) Perlindungan anak dari penelantaran

Penelantaran anak adalah praktik melepaskan tanggung jawab dab klaim atas keturunan dengan acara ilegal. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor – faktor seperti faktor ekonomi dan sosial serta penyakit mental.

e) Perlindungan anak dari perkawinan usia dini

Perkawinan usia dini adalah pernikahan yang

terjadi sebelum anak mencapai usia 18 tahun, sebelum

anak matang secara fisik, fisiologis, dan psikologis

(34)

untuk bertanggung jawab terhadap pernikahan dan anak yang dihasilkan dari pernikahan tersebut. tersebut f) Perlindungan anak dari tindakan tradisional yang

membahayakan, misalnya perusakan alat kelamin perempuan (khitan pada perempuan)

2) Perlindungan anak di sekolah dan kegiatan pendidikan terdiri dari:

a) Perlindungan anak dari hukuman fisik

Hukuman fisik adalah jenis hukuman yang mengakibatkan rasa sakit secara fisik. Hukuman ini seringkali diganjar kepada anak – anak , khusunya di rumah dan di sekolah.

b) Perlindungan anak dari hukuman psikis

Kekerasan psikologis, atau dalam pasal 7 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga disebut sebagai kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

c) Perlindungan anak dari seks dan kekerasan berbasis gender

Kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat, meraba, penetrasi (tekanan), pencabulan dan pemerkosaan.

d) Perlindungan anak dari adu mulut dan fisik

Adut mulut dan fisik adalah berdebat, bertengkar dan bercekcok sehingga menyebabkan perkelahian.

e) Perlindungan anak dari berkelahi / adu fisik

(35)

Berkelahi berarti bertengkar dengan disertai adu kata –kata atau adu tenaga, sesudah berkelahi pukul memukul, kedua anak itu sama – sama menangis.

3) Perlindungan anak di masyarakat ( antar teman sebaya, gang aparat, dan penjual anak) terdiri dari:

a) Perlindungan anak dari kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang melibatjan kontak langsung dan dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan intimidasi, cedera, atau penderitaan fisik lain atau kerusakan tubuh.

b) Perlindungan anak dari Perlindungan anak dari kekerasan psikis

Kekerasan psikologis, atau dalam pasal 7 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga disebut sebagai kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

c) Perlindungan anak dari kekerasan seks

Kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat, meraba, penetrasi (tekanan), pencabulan dan pemerkosaan.

Perlindungan anak pada dasarnya memuat tentang

segala upaya yang diberikan pemerintah dalam melindungi

anak. Dalam pasal Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002

berbunyi negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang

tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap

penyelengggaraan perlindungan anak.Selanjutnya dalam

(36)

Undang – Undang Nomor 23 tahun 2002 disebutkan bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang di perdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, anak korban penculikkan, dan anak korban kekerasan baik fisik atau mental, anak yang menyandang cacat, dan korban pelakuan salah dan penelantaran.

g. Sembilan Pengetahaun Seputar Perlindungan Anak

Dalam memberikan perlindungan kepada anak, diperlukan juga pengetahuan seputar perlindungan anak. hal ini ditujukan agar dalam perlindungan anak tidak membuat anak tidak kehilangan hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari – hari Siti Nur Laela 2006: 23 – 24). Berikut akan dijelaskan sembilan pengetahuan yang dapat membantu dalam memberikan perlindungan anak.

1) Setiap anak harus mempunyai kesempatan untuk tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengn harkat martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Jika keluarga tidak mampu memelihara dan mengasuh anak, pihak pemangku kepentingan harus melakukan upaya untuk mengetahui penyebabnya dan menjaga keutuhan keluarga.

2) Setiap anak mempunyai hak untuk mempunyai nama dan

kewarganegaraaan. Pencatatan kelahiran (akta kelahiran)

untuk membantu kepastian hak anak untuk mendapatkan,

pendidikan, kesehatan, serta layanan – layanan hukum,

sosial, ekonomi, hak waris, dan hak pilih. Pencatatan

(37)

kelahiran adalah langkah pertama untuk memberikan perlindungan kepada anak.

3) Anak perempuan dan laki – laki harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Termasuk ketelantaran fisik, seksual, dan emosional, pelecehan, dan pelakuan yang merugikan bagi anak seperti perkawinan anak usia dini dan pemotongan atau perusakan alat kelamin pada anak perempuan. Keluarga, masyarakat, dan pemerintah berkewajiban untuk melindungi mereka.

4) Anak – anak harus mendapat perlindungan dari semua pekerjaan yang membahayakan. Bila anak bekerja, dia tidak boleh sampai meninggalkan sekolah. Anak – anak tidak boleh dilibatkan dalam bentuk pekerjaan yang terburuk seperti, perbudakan, kerja paksa, produksi obat – obatan, atau perdagangan anak.

5) Anak permpuan dan laki – laki beresiko mengalami pelecehan seksual dan eksploitasi dirumah, sekolah, tempat bekerja, atau masyarakat. Hukum harus ditegakkan untuk mencegah pelecehan seksual dan eksploitasi. Anak – anak yang mengalami pelecehan seksual dan eksploitasi perlu bantuan segera.

6) Anak – anak rentan terhadap perdagangan orang jika tidak ada perlindungan yang memadai. Pemerimtah, swasta, masyarakat madani, dan keluarga yang bertanggung jawab mencegah perdagangan anak sekaligus menolong anak yang menjadi korban untuk kembali kekeluarga dan masyarakat.

7) Tindak hukum yang dikenakan pada anak harus sesuai

dengan hak anak. menahan atau memenjarakan anak

seharusnya menjadikan pilihan terakhir. Anak yang menjadi

korban dan saksi tindakan kriminal harus mendapatkan

prosedur yang ramah anak.

(38)

8) Dukungan dana pelayanan kesejahteraan sosial dapat membantu keutuhan keluarga dan anak – anak yang tidak mampu untuk tetap tidak bersekolah serta mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

9) Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan usianya, didengarkan, dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka. Pemenuhan hak anak seharusnya memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif dalam perlindungan diri mereka sendiri dari pelecehan, kekerasan dan eksploitasi sehingga mereka dapat menjadi warga masyarakat yang aktif.

2. Pengetahuan Guru

a. Pengertian Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah kemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali (Redno Utari Widyaiswara Madya, Pusdiklat PNPK, n.d). Sedangkan menurut Bejamin S Bloom pengetahuan adalah yang berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, defenisi, fakta – fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi prinsip dasar dsb. (1956, p.

2).

Menurut Mulyadi pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus – rumus dan sebagainya. Tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakanyya. Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses berpikir yang paling rendah ( 2014, p. 3).

Jadi, dari pendapat teori di atas pengetahuan menurut peneliti

kemampuan menyebutkan atau menjelaskan untuk mengenali

dan mengingat definisi, pola dan urutan.

(39)

Adapun ranah kognitif mengurutkan keahlian berfikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berfikir menggambarkan tahaap berfikir yang harus dikuasai oleh seseorang agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif ini terbagi atas enam level yaitu, (1)knowledge (pengetahuan), (2)comprehension ( pemahaman atau persepsi), (3) application ( penerapan), (4) analysis ( penguraian atau penjabaran), (5) synthesis ( pamaduan), (6) evaluation ( penilaian).

Adapun penjelasan dalam ranah kognitif yaitu :

b) Pengetahuan merupakan kemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali.

c) Pemahaman merupakan kemampuan memahami instruksi / masalah menginterprestasikan dan menyatakan kembali dengan kata - kata sendiri.

d) Penerapan merupakan kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.

e) Analisa merupakan kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen – komponen terhadap konsep tersebut secara utuh.

f) Sintesa merupakan kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen – komponen dalam rangka menciptakan arti / pemahaman / struktur baru.

g) Evaluasi merupakan kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria.

(Redno Utari Widyaiswara Madya, Pusdiklat PNPK, n.d).

b. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik yang mana guru sebagai panutan,

tauladan bagi peserta didiknya. Oleh karena itu guru harus

memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencangkup

(40)

tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Menurut Jamil Suprihatiningrum guru dikenal dengan al mu’alam atau al- ustadz dalam bahasa arab, yang bertugas memberikan ilmu dalam majlis taklim. Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru (2014, p. 23). Sedangkan menurut Bahri dalam Skripsi Cici Yulianti (2016, p. 6) “guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya”.

Berdasarkan dari uraian diatas, guru adalah seseorang yang menjadi panutan, memiliki tanggung jawab memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru diharapkan memiliki kompetensi, keterampilan, berwawasan serta kreatif disamping secara normatif tetap sebagai sosok yang “diguguh dan ditiru” mampu membangun citra guru yang baik, seperti yang tertera didalam undang – undang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 tahun 2005, yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mnedidik, mengajar, membmbing atau mengarah, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah (Ade Dwi Utami, 2013, p. 8).

Tugas pendidik PAUD yaitu bertgas diberbagai jenis

layanan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal

seperti, TK / RA, KB, TB dan bentuk lain sederajat. Pendidik

PAUD pada jaluru pendidikan formal terdiri atas guru dan guru

pendamping. Sedangkan pendidik PAUD pada jalur nonformal,

terdiri atas guru, guru pendamping dan pengasuh (Muhammad

Fadillah, 2012, p. 80). Sementara itu dalam Peraturan

PemerintahNo. 19 Tahun2005 dikatakan bahwa seorang guru

(41)

haruslah memiliki empat kompetensi, yakni kompetesni pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Adapun untuk kompetensi guru PAUD di Indonesia sudah dibuatkan standar tersendiri, diantaranya seorang guru PAUD hendaknya memiliki rasa seni (sense of art) dan berbagai bentuk disiplin agar dapat mengenali pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak, selain itu seorang guru PAUD diharapkan memiliki pemahaman teori perkembangan dan implikasinya secara praktis terlebih lagi guru PAUD harus memahami bahwa anak belajar dalam bermain.

3. Kompetensi Guru

a. Jenis-jenis Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan prilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisiyang diharapkan.Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan.Empat kompetensi guru Pendidik Anak Usia DiniUndang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 (Yuslam, Riris

& Almi 2017:155-156)sebagai berikut:

1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Sub kompetensi dalam kompetensi pedagogik meliputi :

(42)

a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

b) Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik

c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

j) Melakukan tindakan relektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi : a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum sosial

dan kebudayaan nasional indonesia.

(43)

b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur berakhlak mulia, dan teladan bagi pserta didik dan masyarakat c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,

dewasa, arif dan berwibawa.

d) Menunjukan etos kerja,tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi pendidik, dan rasa percaya dewi e) Menjunjung tinggi kode etik profesi pendidik.

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Sub kompetensi dalam kompetensi sosial meliputi :

a) Bertindak inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.

b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4) Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup

penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan

substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta

penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

(44)

Sub kompetensi dalam kompetensi profesional meliputi : a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir

keilmuwan yang mendukung pelajaran.

b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran.

c) Mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif.

d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dan mengembangkan diri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, apabila seorang pendidik memenuhi kualifikasi, kriteria dan kompetensi sebagaimana yang dimaksud di atas, maka dapat diperankan guru sebagai sumber pembelajaran, yang berperan sebagai motivator, fasilitator dan pemberi inspirasi untuk peserta didiknya, dan guru mampu menjadi yang terbaik untuk peserta didik dan masyarakat sekitar.

b. Peran Guru Dalam Perlindungan Anak

Ketentuan pasal 54 ayat 2 Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak menempatkan guru sebagai aparatur perlindungan anak disekolah, yang dimana peran guru melindungi anak dari segala macam bentuk :

1) Perlindungan dari bentuk kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang melibatkan kontak langsung dan dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan intimidasi, cedera, atau penderitaan fisik lain atau kerusakan tubuh.

2) Perlindungan dari bentuk kekerasan psikis

Kekerasan psikologis, atau dalam pasal 7 Undang –

Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Referensi

Dokumen terkait

Data primer yang digunakan merupakan pengakuan, pendapat atau persepsi responden terhadap komponen kelompok acuan, budaya, sikap dan loyalitas yang terkait dengan

Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk mengeliminasi kelainan yang memiliki gejala seperti stoke (hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat pula menunjukka penyakit

(2) Pelaksana cukup efektif dilihat dari pembagian tugas dan kewenangan meskipun memiliki keterbatasan sumberdaya manusia, (3) Target belum efektif karena target

Akan tetapi pada lahan yang terdegradasi, seperti pada hutan yang telah banyak dibuka menjadi kebun kelapa sawit dan agrofrest karet di Batang Serangan, Sumatera Utara, daya

Kedua , dari sisi metodologi, metode Bint al-Shāṭi’ ini mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya: a) pada metode ketiga, jika pemahaman lafazh al-Qur’an harus

Pemilihan metode peramalan dilakukan dengan membandingkan nilai error , dimana metode peramalan dengan nilai error terkecil dipilih sebagai metode peramalan terbaik

(1) Permohonan perubahan jenis bidang penyelenggara pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf (b) dilakukan lembaga pelatihan dengan

Latar belakang dari permasalahan ini yaitu dengan melihat dari tugas dan fungsi yang diemban oleh setiap individu dalam organisasi maka dituntut kinerja yang