• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum terhadap Penata Laksana Rumah Tangga Asal Indonesia yang Bekerja di Hong Kong

METODE PENELITIAN

B. Perlindungan Hukum terhadap Penata Laksana Rumah Tangga Asal Indonesia yang Bekerja di Hong Kong

a. Perlindungan dari Negara Asal - Indonesia

Dalam membahas perlindungan hukum terhadap TKI yang bekerja sebagai PLRT di Hong Kong, maka sesuai dengan pendapat Satjipto Rahardjo yang menyatakan bahwa perlindungan hukum itu merupakan pemberian pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dapat dirugikan oleh orang lain; perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Juga berdasarkan pendapat Lili Rasyidi dan I.B. Wysa Putra yang mengemukakan bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel melainkan prediktif dan antisipatif yang ditambah dengan pendapat Sunaryati Hartono, di mana dikatakan bahwa hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum

kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.64 Oleh karena itu,

mengidentifikasi hukum positif yang berlaku di Indonesia di lakukan, kemudian dianalisis berdasarkan pendapat-pendapat ahli tentang perlindungan hukum apakah dalam hukum positif yang berlaku tersebut telah melindungi atau masih terdapat kelemahan-kelemahan

untuk dilaksanakan. Adapun hukum positif di Indonesia untuk melindungi TKi yang bekerja di luar negari adalah Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Pasal-pasal yang eksplisit mengatur tentang perlindungan terhadap TKI tercantum dalam Bab VI tentang Perlindungan TKI, yang terdiri dari pasal 77 sampai dengan pasal 84. Dari ke delapan pasal tersebut yang terkait dengan perlindungan ketika di negara tujuan adalah pasal 78 sampai dengan pasal 80. Pasal-pasal tersebut pada dasarnya mengatur kewajiban Pemerintah Indonesia yang dalam hal ini ditentukan menjadi kewajiban Kementerian Luar Negeri, di mana dalam pasal-pasal tersebut dieksplisitkan menjadi “Perwakilan Republik Indonesia” dan/atau “Atase Ketenagakerjaan pada Perwakilan Republik Indonesia”. Bagian berikut akan memerinci pasal-pasal yang dimaksud:

Pasal 78

(1) Perwakilan Republik Indonesia memberikan perlindungan terhadap TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta hukum dan kebiasaan internasional.

(2) Dalam rangka perlindungan TKI di luar negeri, Pemerintah dapat menetapkan jabatan Atase Ketenagakerjaan pada Perwakilan Republik Indonesia tertentu. (3) Penugasan Atase Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 79

Dalam rangka pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri, Perwakilan Republik Indonesia melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perwakilan pelaksana penempatan TKI swasta dan TKI yang ditempatkan di luar negeri.

Pasal 80

(1) Dengan pertimbangan selama masa penempatan TKI di luar negeri dilaksanakan antara lain:

a. pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di negara tujuan sserta hukum dan kebiasaan internasional; b. pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja

dan/atau peraturan perundang-undangan di negara TKI ditempatkan. (2) Ketentuan mengenai pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di

luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 78 menegaskan tentang instansi mana yang wajib menjalankan perlindungan terhadap BMI (TKI dalam undang-undang). Penyebutan “perwakilan” memang lebih umum, karena bisa kedutaan bisa pula konsulat, tergantung yang ada di negara atau di daerah dalam negara tersebut yang paling dekat dengan BMI (dalam hal ini PLRT yang bekerja di Hong Kong) yang memerlukan perlindungan. Selain itu bisa pula untuk daerah-daerah tertentu yang jumlah BMI-nya banyak, maka diadakan Atase Ketenagakerjaan. Pasal 79 mengatur tentang

perlindungan secara preventif sebagaimana yang dikemukakan oleh Philipus Hadjon,65

karena “pembinaan dan pengawasan perwakilan penempatan TKI swasta dan TKI” merupakan salah satu cara untuk menghindarkan perwakilan penempatan TKI swasta dari pelanggaran maupun kejahatan terhadap TKI dengan mematuhi peraturan dari negara asal (Indonesia) maupun negara tujuan (Hong Kong). Tetapi pembinaan dan pengawasan terhadap TKI yang bekerja sebagai PLRT tidak terlalu sulit apabila dilaksanakan di Hong Kong, karena setiap minggu, pada hari Sabtu atau Minggu mereka mendapat libur satu hari.

Pasal 80 merupakan pasal yang melindungi TKI/PLRT yang mengalami masalah, karena dalam pasal tersebut pada ayat (1)-nya mengatur tentang pemberian bantuan hukum oleh Perwakilan Republik Indonesia, walaupun dalam pemberian bantuan tersebut harus mengindahkan peraturan di negara tempat bekerja baik hukum material maupun hukum formalnya, serta mengindahkan pula kebiasaan internasional, sebagaimana yang tercantum dalam huruf a-nya. Sedangkan pada huruf b-nya dikemukakan tentang dasar pembelaan atas pemenuhan hak-haknya sesuai dengan perjanjian kerjanya dan/atau peraturanperundang-undangan di negara tujuan bekerja tersebut, dalam hal ini peraturan yang ada di Hong Kong. Selain pengaturan kewajiban Perwakilan Republik Indonesia, maka UU PPTKILN juga mengatur kewajiban Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) dan TKI/PLRT. Pasal-pasal 82-83 mengatur hal tersebut:

Pasal 82

Pelaksana penempatan TKI swasta bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan kepada calon TKI/TKI sesuai dengan perjanjian penempatan.

Pasal 83

Setiap calon TKI/TKI yang bekerja ke luar negeri baik secara perseorangan maupun yang ditempatkan oleh pelaksana penempatan TKI swasta wajib mengikuti program pembinaan dan perlindungan TKI.

Pasal 82 secara eksplisit mengatur tentang kewajiban PPTKIS untuk bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan terhadap TKI/PLRT yang masih calon dan ketika mereka bekerja di negara tujuan. Dasar yang digunakan dalam pemberian perlindungan tersebut adalah semua yang diatur dalam perjanjian penempatan. Karena itu penting dari awal Dinas Tenaga Kerja di daerah asal mengawasi pembuatan perjanjian penempatannya sesuai dengan pasal 52 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), di mana pada ayat (3)-nya memuat isi minimal

dari perjanjian penempatan tersebut.66 Pada ayat (2) tersebut huruf e dan huruf f serta huruf, i

dan j merupakan isi perjanjian kerja yang paling penting di mana harus memuat: jabatan dan jenis pekerjaan calon TKI, jaminan pelaksana penempatan TKI swasta kepada calon TKI dalam hal ini Pengguna tidak memenuhi kewajibannya kepada TKI, tanggung jawab pengurusan penyelesaian musibah; dan akibat atas terjadinya pelanggaran perjanjian penempatan TKI oleh salah satu pihak.

Pasal 8 UU PPTKILN merupakan pasal yang mengatur tentang hak-hak seorang calon TKI dan TKI sebagaimana yang dikemukakan berikut:

Pasal 8

Setiap calon TKI/TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk; a. Bekerja di luar negeri;

66 Pasal 52 ayat (2): Perjanjian penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya memuat: (a) nama dan alamat pelaksana penempatan TKI swasta; (b) nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan alamat calon TKI; (c) nama dan alamat calon Pengguna; (d) hak dan kewajiban para pihak dalam rangka penempatan TKI di luar negeri yang harus sesuai dengan kesepakatan dan syarat-syarat yang ditentukan oleh calon Pengguna tercantum dalam perjanjian kerjasama penempatan; (e) jabatan dan jenis pekerjaan calon TKI sesuai permintaan pengguna; (f) jaminan pelaksana penempatan TKI swasta kepada calon TKI dalam hal ini Pengguna tidak memenuhi kewajibannya kepada TKI sesuai perjanjian kerja; (g) waktu keberangkatan calon TKI; (h) hanya penempatan yang harus ditanggung oleh calon TKI dan cara pembayarannya; (i) tanggung jawab pengurusan penyelesaian musibah; (j) akibat atas terjadinya pelanggaran perjanjian penempatan TKI oleh salah satu pihak; dan (k) tanda tangan para pihak dalam perjanjian penempatan TKI.

b. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri;

c. Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan luar negeri; d. Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan

untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama keyakinannya yang dianutnya; e. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di Negara tujuanl f. Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga

kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan yang sama yang diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara tujuan; g. Memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnyya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan seusai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan di luar negeri

h. Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal

i. Memperoleh naskah perjanjian kerja asli

Mengenai kewajiban calon TKI/TKI tertuang dalam pasal 9 UU. No 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri;

Pasal 9

Setiap calon TKI/TKi mempunyai kewajiban untuk;

a. menaati peraturan perundang-undangan baik di dalam negeri maupun di Negara tujuan

b. menaati dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja;

c. membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan

d. memberitahukan atau melaporkan kedatangan, keberangkatan dan kepulangan TKI

Dalam pasal 8 hak-hak TKI dijamin mulai dari sebelum bekerja sampai dengan kepulangannya. Pada pasal 8 tersebut huruf d, e, f, g dan h merupakan hak-hak TKI yang terkait dengan ketika mereka bekerja di negara tujuan bekerja, sedangkan pasal 9 merupakan pasal yang mengatur tentang kewajiban TKI.

b. Hak Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja Sebagai Penata Laksana Rumah Tangga di Hong Kong Bedasarkan Employment Ordinance

Employment Ordanance Hong Kong pada awalnya hanya mengatur tentang

perlindungan hokum yang menyangkut hak dan kewajiban tenaga kerja formal, yang bekerja di Hong Kong. Namun dengan seiring berjalanannya waktu karena Hong Kong banyak kedatangan tenaga kerja Asing yang bekerja di sektor terutama pekerjaan jenis PLRT akhirnya sebagian dari peraturan EO juga menyangkut tentang perlindungan terhadap PLRT meskipun pengaturan tentang PLRT diatur secara khusus dalam perjanjian kerja bersama (Form 407). Adapun hak secara umum yang diberikan EO tertuang dalam article Employment

Ordinance at a Glance . Part 1;

All employees covered by the Employment Ordinance, irrespective of their hour of work, are entitled to basic protection under the ordinance including payment of wages, restrictions on wages deducations and the granting of statutory holdays, etc

(Semua pekerja yang dilindungi oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan ini baik pekerja purna waktu maupun paruh waktu dan tidak memandang waktu kerja mereka, berhak atas perlindungan dasar dalam Undang-Undang ini seperti pembayaran upah, larangan atas pengurangan upah, dan pemberian hari libur menurut undang-undang dan sebagainya.)

Sementara itu, secara khusus hak-hak menurut kontrak kerja standar (Form 407), PLRT asing berhak atas:

a. Gaji umum yang dijanjikan (klausula 5(a))

b. Tunjangan makan bila tidak disediakan makan oleh majikan c. Akomodasi yang gratis (klausula 5(b))

d. Perawatan dokter cuma-cuma (klausula 9 (a))

e. Cuti pulang yang dibayar atau tidak dibayar dengan ongkos perjalanan atas tanggungan majikan (klausula 13)

Dan untuk kewajiban bagi PLRT asing yang bekerja di Hong Kong juga termuat dalam kontrak kerja standart (Form 407) yakni

Lampiran Perjanjian kerja 407 (Untuk Penata Laksana Rumah Tangga yang di rekrut dari luar Hong Kong)

1. Pembantu akan dipekerjakan oleh Majikan sebagai pembantu rumah tangga untuk jangka waktu dua tahun dimulai sejak tanggal

kedatangan Pembantu di Hong Kong

2. Pembantu akan dipekerjakan oleh majikan sebagai seorang pembantu rumah tangga untuk jangka waktu dua than dimulai sejak tanggal saat Direktur Imigrrasi menyetujui permintaan Pembantu untuk tetap tinggal di Hong Kong untuk memulai pekerjaan atas dasark kontrak ini.

3. Pembantu akan dipekerjakan di rumah majikan

4. Pembantu hanya akan menjalankan tugas-tugas rumah tangga seperti yang terdapat pada daftar Akomodasi dan Tugas-tugas Rumah Tangga terlampir bagi majikan,

Dokumen terkait