• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Internasional Terhadap PenKungsi

30 tunjuk adanya peristiwa politik

PERANAN PBB DALAM MASALAH PENGUNGSI

1- Perlindungan Internasional Terhadap PenKungsi

Persoalan besar yang dihadapi dunia menyangkut ten-tang pengungsi bukan suatu hal yang baru. Lewat sejarah, ma-nusia dipaksa oleh keadaan untuk meninggalkan rumahnya guna mencari kehidupan yang bebas dari ketakutan dan memperoleh kebutuhan. Ratusan ribu pengungsi mencari perlindungan dan

pemukiman menyebar di seluruh Eropa pada akhir Perang Dunia II. Samp&i saat ini menurut perkiraan ado kurang lebih 12 juta

pengungsi di seluruh dunia. ^

Akar dari sebab-sebab eksodus massal itu sangat banyak dan sering kompleks. Mereka bisa disebabkan oleh karena

kon-flik politik dan militer baik di dalam negeri ataupun seng-keta dengan negara lain, penuntutan atau bentuk-bentuk lain yang berkaitan dengan pelanggaran hak-hak asasi manusia ser­ ta menyangkut hak-hak politik, ekonomi, sosial dan kultural.

Apapun sebabnya eksodus massal tersebut telah memo-tivasi masyarakat internasional untuk mencari penyelesaian secara global agar tidak menimbulkan ketegangan diantara negara-negara dan tujuan pokok PBB yaitu dalam usaha

mewu-judkan perdamaian dan keamanan internasional. Dengan demiki-an masalah pengungsi adalah menjadi tugas pokok PBB, mengi-ngat PBB merupakan salah satu organisasi Internasional yang mempunyai banyak negara anggota, maka beban yang berat

34

dalam memproses pengungsi itu adalah menjadi tanggungjawab bersama negara anggota.

Kewajiban-kewajiban negara yang berkaitan dengan pengu­ ngsi dan perpindahan orang-orang yang melintas batas suatu negara secara bertahap telah diatur dalam berbagal instrumen internasional dc^n hukurn kebiasaan internasional, Hal terse­

but dimaksudkan untuk raelindungi perdaraaian dan ketertiban dunia, serta memelihara kondisi-kondisi yang mungkin terjadi apabila timbul arus pengungsi dimasa raendatang,

Masalah-masalah yang berkaitan dengan status hukum pe­ ngungsi dalam hukum internasional dibahas secara mendalam oleh para sarjana terkenal Eropa sepertl Francisco de Vitoria

(1480-1560), Francisco Suarez (1>48-Ibl7)» Hugo Grotius (11?83-1645), Samuel Pufendorf (1632-1694), Christian Wolf (1679-I7i?4) dan Emiricn Vattel (1714-17b7)

Hugo Grotius dalam bukunya "The Laws of War and Peace" menyatakan bahwa, :

Things which belong to men in common were the right of temporary sojourn of permanent residence for refugees, expelled from their homes, the right of

foreigner to be free of discriminations on the basis of nationality and the right to such ^necessities of life as food, clothing and m e d i c i n e . ^

Hal yang paling penting dari pendapat tersebut di atas yang berkaitan dengan pengungsi adalah bahv/a mereka mempunyai suatu hak perlindungan yang lama dikarenakan mere­ ka "expelled from their homes submit themselves to the

established government and observe any regulations.... . necesary to avoid

strife,"^-1-—► /

y~>

Emerich de Vattel juga mengakui nak migrasi ke negara lain dengan syarat-syarat tertentu. Beliau mengatakan bahwa,

"If the s o v e r g e m undertakes to interfere with those v/ho have the right to migrate he does then wrong, and such person may lawfully ask for the protection of the state which is

L ?

willing to recieve them."r Ia lebih jauh mengatakan bahv/a ketika suatu negara memaksa keluar salah satu warga negaranya, dan tidak dapat melindunginya kemanapun ia pergi, maka kewe-nangannya teriiadapnya telah lenyap. Namun demikian, suatu ne­ gara menurut Vattel, "Whose land scarcely sufficient to look

after tfte needs of its citizens is not obligated to receive refugees or exiles into its territory." ^f‘3

Perkembangan sejarah menunjukan adanya kecendrungan setelah akhir Perang Duni& II untuk memberikan perlindungan kepada manusia dan mengakui hak-nak asaslnya. Usafta-usafta yang dilakukan PbJfcs selama ini dalam rangka hal-' tersebut antara laiir adalaft Deklarasi PB13 tentang Hak-Hak Asaei Manu­ sia 19*+8 (Universal Declaration of Human Rights).

Salah satu ketentuan yang berkaitan dengan perlindung­ an pengungsi tertera dalam pasal 13 :

(1) Everyone has the right to freedom of movement and residence within the borders . of each state.

(2) Everyone nas the rignt to leave any country, including m s own, and to return to his country. Dan pasal 14 :

(1) Everyone has tne right to seek and to enjaoy in other countries asylum from persecution.

(2) This right may not be invoke in the case of

persecution genuinely arising from non-political crimes or from acts contrary to the purpose--and principles of the United Nations.

Sehubungan dengan Deklarasi PBB tentang Hak-hak Asasi tersebut diatas, suatu deklarasi yang mengatui? mengenai Suaka Teritorial yang telah disetujui oleh najelis Umum PBB pada

tanggal I k Desember 1967, menyatakan bahwa pemberian suaka

terhadap orang yang mencari suaka adalah merupakan tindakan kemanusiaan dan damai. Selanjutnya Majelis Umum menganjurkan setiap negara dalam menjalankan pelaksanaanpya harus menganutt asas-asas .bahwa suaka itu dijamin oleh negara dan negara lain harus menghormati kedauladan negara p e m b e n suaka yang membeiri suaka kepada peminta suaka

Tindakan ini tidak berlaku terhadap pemlnta suaka yang melakukan perbuatan kriminal yang;tidak berkaitan dengan po­ litik atau perbuatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan PJ3B atau juga yang melanggar hukum perang, perdamaian serta kejahatan terhadap kemanusiaan.

Sementara itu Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Pengungsi (uNHCK) dalam laporannya didalam sidang Mao«lia umum PBB k«-38 mernj elaekan bahwa pencari suaka ada-lah^bagian. dari skala gelombang besar orang-orang yang ter-masuk pengungsi. Dalam pada itu Komi'te.Eksekutif UNHCR mem-pertimbangkan bahwa dalam situasi dimana gelombang besar orang-orang yang mencari suaka seharusnya diterima dengan baik di negara dimana mereka pertama kali mencari tempat perlindungan. Dan jilca suatu negara tidak dapat menampung mereka dalam jangka waktu lama, selayaknya negara tersebut dapat menerima mereka untuk semen-tara waktu dengan menghor­ mati prinsip "Non-Refoulment" yaitu seseorang tidak akan

dikembalikan ke negara asalnya kerena alasan yang menyangkut keselamtannya^Prinsip ini sesuai dengan pasal 1^ Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia dan pasal 33 (1) Konvensi 1951

tentang Status Para Pengungsi yang menyatakan : "No contracting state shall expel or return ("refouler") a refugee in any manner whatsoever to the frontier of the territories where his life or freedom would be threatened on account of his race, religion, nationally, membership of particular social graup or political opinion,"

Ada kecendrungan yang raeningkat diantara negara-negara terhadap pandangan mengenai pemberian suaka hanya sebagai ijin tinggal sementara saja, karena itu negara pada umumnya enggan untuk menerima pencari suaka tinggal di negaranya. Alasan ini tirabul disebabkan kerena para pencari suaka yang melntasi ba-tas negara ingin tinggal sementara, sainpai negara yang dituju mernberinyan suaka yang tetap. Oleh karena itu sebuah negara bisa menolak permohonan suaka yang diminta seseorang atas da-sar beberapa hal, termasuk fakta bahwa perlindungan masih bisa diperoleh di negara lain/^

Dalam Konvensi 1951 yang berkaitan dengan status pengu-t ngsi tidak mengatur tentang pencari suaka, pemberl suaka dan suaka itu sendiri sehingga pengaturannya diserahkan pada kewe-nangan pemerintah negara dlmana pencari suaka berada. Jadi un­ tuk pencari suaka belum ada sarana hukum internasional yang mengatur secara tegas dan mempunyai kekuatan berlaku yang sail yang berlaku secara universal. Pengaturannya kebanyakan

bera.-fat regional atau bilateral saja.

38

2. Peranan UNHCR Dalam Menanganl Pengungsi

Dokumen terkait