BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Perlindungan Sosial Jaminan Kesehatan
Perlindungan sosial merupakan elemen penting dalam strategi kebijakan publik untuk menurunkan tingkat kemiskinan serta memperkecil kesenjangan multi dimensional. Perlindungan sosial adalah seperangkat kebijakan dan program yang dirancang untuk mengurangi kemiskinan (poverty), kerentahan (vulnerability), ketidakmerataan (inequality). Program perlindungan sosial dapat mencegah individu-individu tergelincir kepada kemiskinan, memberikan kesempatan-kesempatan, ketika terjadi perubahan di komunitas dan masyarakat melalui investasi modal manusia dan kesehatan. Hal ini mencakup asuransi sosial, pelayanan sosial, dan kebijakan pasar kerja.
Asia Development Bank menjelaskan bahwa perlindungan sosial pada dasarnya merupakan sekumpulan kebijakan dan program yang dirancang untuk menurunkan kemiskinan dan kerentanan melalui upaya peningkatan dan perbaikan kapasitas penduduk dalam melindungi diri mereka dari bencana dan kehilangan pendapatan. Tidak berarti bahwa perlindungan sosial merupakan keseluruhan dari kegiatan pembangunan di bidang sosial, bahkan perlindungan sosial tidak termasuk upaya penurunan resiko.
Menurut ILO (2002) perlindungan sosial merupakan konsep yang luas yang juga mencerminkan perubahan-perubahan ekonomi dan sosial pada tingkat internasional. Sistem perlindungan sosial dibedakan dalam 3 lapis. Lapis Pertama, merupakan jejaring pengaman sosial yang didanai penuh oleh pemerintah. Lapis kedua, merupakan skema asuransi sosial yang didanai dari kontribusi pemberi kerja dan pekerja. Lapis Ketiga, merupakan provisi suplementari yang dikelola penuh oleh swasta. Sedangkan, Conway, De Haan dan Norton (Barrientos dan
hulme, 2008:5), Perlindungan sosial terutama dipahami sebagai kerangka kebijakan yang dianggap tidak dapat diterima secara sosial dalam pemerintahan atau masyarakat.
Menurut Thabrany (Triwibowo dan Subono, 2009:103) bahwa tugas pemerintah harus makin jelas, yaitu secara eksplisit menempatkan kesehatan sebagai bagian utama dari pembangunan rakyat yang harus tersedia secara merata bagi seluruh rakyat. Adam, Hauff, dan John (2002:17) dengan tegas mengatakan bahwa aktor utama yang harus menjalankan perlindungan sosial adalah negara, khususnya menyangkut skema jaminan sosial dan kebijakan pasar kerja.
Kebijakan perlindungan sosial menurut Wiranto (2002:30) adalah berkaitan dengan upaya memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin, utamanya kelompok masyrakat yang paling miskin (fakir miskin, orang jompo, anak terlantar, cacat) kelompok masyarakat miskin yang disebabkan oleh bencana alam, dampak negative krisis ekonomi dan konflik sosial. Yang diarahkan melalui mekanisme kelompok.
2.6 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial ( Singarimbun, 1995:37). Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari penelitian ini yaitu :
1. Implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan dari kebijakan publik yang telah dirumuskan oleh pembuat kebijakan (policy maker) yang bertujuan untuk pencapaian tujuan yang diharapkan sesuai dengan sasaran kebijakan tersebut. Implementasi juga berarti keseluruhan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan kebijakan publik biasanya melalui program-program yang telah dibuat agar program-program tersebut.
2. Model implementasi kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikemukakan oleh Van meter dan Van Horn dimana dalam menilai suatu implementasi kebijakan berdasarkan standar dan sasaran kebijakan atau ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana, komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksana, disposisi atau sikap pelaksana, dan lingkungan sosial, ekonomi dan politik.
3. Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan, mencegah, memulihkan, menyembuhkan penyakit baik perorangan, kelompok maupun masyarakat.
4. Kartu Indonesia Sehat merupakan pelaksanaan dari amanat beberapa regulasiterkait dengan kewajiban penyelenggara Jaminan Kesehatan dalam memberikan identitas tunggal kepada peserta dan anggota keluarganya.
2.7 Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang sangat menentukan peneliti di dalam jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, penulis merumuskan fenomena yang terjadi dalam penelitian “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang” meliputi :Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Hubungan antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Disposisi Implementor, Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik .
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis memilih dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, bertujuan untuk menggambarkan sifat peristiwa yaitu implementasi program JKN-KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Yang ditinjau dari model Van Meter dan Van Horn. Model ini terdiri dari beberapa variable yakni Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Komunikasi, Karakteristik Badan-Badan Pelaksana, Kondisi-kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik, dan Disposisi atau Sikap Para Pelaksana.
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan berbagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambar tentang kondisi, situasi atau fenomena tertentu (Bungin, 2007).
Oleh karena itu bentuk penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Jelasnya bentuk penelitian ini, yaitu bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data terkait dengan peristiwa Implementasi Program JKN-KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Bentuk penelitian ini akan mengumpulkan informasi atau data tentang implementasi program JKN-KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ditinjau dari segi Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Komunikasi, Karakteristik Badan-Badan pelaksana, Kondisi-kondisi ekonomi, social dan politik, Sikap Pelaksana yang biasa disebut Model Van Meter dan Van Horn.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Lubuk Pakam Kabupaten Deli Derdang. Termasuk Rumah Sakit Umum Deli Serdang, Pusekesmas Lubuk Pakam, Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam. Peneliti memilih lokasi tersebut karena Lubuk Pakam merupakan salah satu kota yang memiliki banyak Faskes dan telah menerima Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat, dan untuk memperoleh informasi data sebagai bahan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini juga dilakukan di Kantor BPJS Cabang Lubuk Pakam sebagai implementor dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)
3.3 Informan Penelitian
Penelitian Kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Dalam hal ini, informan dikatakan sebagai seseorang yang benar-benar mengetahui persoalan atau permasalahan tertentu dan dapat memperoleh informasi yang terakurat, terpercaya, baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut.
Tabel 3.1.1 Informan Penelitian No. Informan Informasi yang Ingin
Diperoleh Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan
Wawancara 1
Pakam sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik Kabupaten Deli Serdang Kabupaten meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor. Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana,
Wawancara 2
kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor. Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor. Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor.
n masyarakat terkait adanya Program BSPS.
4. Kendala
yang dihadapi oleh
Wawancara 7
masyarakat dalam mendapatkan bantuan BSPS.
15
Dari informan diatas, diharapkan nantinya akan mendapatkan informasi lebih banyak mengenai Program Jaminan Kesehatan nasional Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam. Melalui informan peneliti mendapat informasi lebih rinci mengenai impelementasi program Program Jaminan Kesehatan nasional Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena berujuan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang diharapkan (Sugiyono, 2016:101). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
1.Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dapat dilakukan dengan instrument sebagai berikut : a. Wawancara
Metode wawancara yakni dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan
b. Observasi
Yaitu suatu bentuk tindakan untuk mencari dan mengumpulkan data serta informasi dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, serta melihat sendiri situasi, kondisi dan keadaan dilokasi penelitian. Kemudian dari kegiatan observasi tersebut penulis akan membuat catatan ataupun gambar nyata dari lokasi penelitian.
Observasi yang dilakukan yakni dengan melihat bagaimana pengimplementasian JKN-KIS yang dilakukan oleh pihak BPJS.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, diperoleh dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen, foto-foto, gambar dan sumber-sumber lain yang ada dilokasi penelitian yang terkait dengan objek penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis dapat digunakan penulisan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu-satunya, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nilai peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2007:247).
Menurut Miles dalam Ezmir (2016 : 129-135) ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan selama proses penelitian berlangsung 2. Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara khusus atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif selama ini adalah naratif
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan muncul dari data yang telah teruji kepercayaannya, kekuatannya, konfirmabilitasnya yaitu validitasnya.
3.6 Teknik Keabsahan Data
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330). Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data, juga dilakukan untuk memperkaya data. Adapun triangulasi meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut:
a. Triangulasi Metode
Teknik ini dilakukan dengan membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
b. Triangulasi Sumber Data
Teknik ini dilakukan dengan cara menggali kebenaran informasi tertentu berbagai metode dan sumber perolehan data. Contohnya selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat langsung, dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar. Masing-masing cara ini akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.
c. Triangulasi Teori
Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi.
Informasi tersebut akan dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan.
Selain itu triangulasi teori dapat meningkatkan pemahaman peneliti, jika peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik secara lebih mendalam atas hasil analisis data yang diperoleh
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam 4.1.1 Profil BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam
BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam nerupakan salah satu kantor cabang dari BPJS Kesehatan yang berada dipusat. BPJS Kesehatan Kantor cabang Lubuk Pakam membawahi wilayah kerja yaitu Tebing Tinggi, Serdang Bedagai, dan Deli Serdang .
BPJS Kesehatan Cabang Lubuk pakam terletak di Jl. Diponegoro No. 111 B-C Deli Serdang dengan bangunan fisik gedung 3 lantai.
4.1.2 Sejarah Berdirinya BPJS Kesehatan
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum publik berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehatihatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesar-besarnya untuk kepentingan Peserta.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional maka dibentuk Badan penyelenggara Jaminan Sosial melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dengan Undang-Undang ini dibentuk 2 (dua)
BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 dan merupakan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero).
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr.
G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai embrio Asuransi Kesehatan Semesta.
Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya.
Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perusahaan Umum (Perum) diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada
Pemerintah dapat dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri. Pada tahun 2004 sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, PT Askes (Persero) sebagai salah satu calon Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1241/Menkes/XI/2004 PT Askes (Persero) ditunjuk sebagai penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM).PT Askes (Persero) mendapat penugasan untuk mengelola kepesertaan serta pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Di tahun 2008, Pemerintah mengubah nama Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) menjadi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). PT Askes (Persero) berdasarkan Surat Menteri Kesehatan RI Nomor 112/Menkes/II/2008 mendapat penugasan untuk melaksanakan Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas yang meliputi tatalaksana kepesertaan, tatalaksana pelayanan dan tatalaksana organisasi dan manajemen.
Untuk mempersiapkan PT Askes (Persero) bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan atas diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka dilakukan pemisahan Program Askes Sosial dan Askes Komersial.
Dan tahun 2008 dibentuk anak perusahaan PT Askes (Persero) yaitu PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia, yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 2 Tahun 2008, tanggal 6 Oktober 2008 dengan perubahan Nomor 7 tanggal 18 Desember 2008 dengan Akta Nomor 4 tanggal 13 Maret 2009. Pada tanggal 20 Maret 2009 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
Kep-38/KM.10/2009 PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia selaku anak perusahaan dari PT Askes (Persero) telah memperoleh ijin operasionalnya. Dengan dikeluarkannya ijin operasional ini maka PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia mulai beroperasi secara komersial pada 1 April 2009.
PT Askes (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2009 ditugaskan untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi para menteri dan pejabat tertentu (Program Jamkesmen). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan ditugasi untuk:
a. menyiapkan operasional BPJS Kesehatan untuk program jaminan kesehatan.
b. menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial maka pada tanggal 1 Januari 2014 PT Askes (Persero) bertransformasi kelembagaan menjadi BPJS Kesehatan. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban. Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan, Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan
tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden dan PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan.
4.1.3 Visi, Misi BPJS Kesehatan 1. Visi BPJS Kesehatan
Seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
2. Misi BPJS Kesehatan
a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
b. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan .
c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program.
d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul.
e. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.
f. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung keseluruhan operasionalisasi BPJS Kesehatan.
4.2 Kebijakan Program Indonesia Sehat
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program Indonesia sehat menjadi program utama pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Kepetusan Menteri Kesehatan R.I Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasarannya sendiri yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finasial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Tiga pilar utama dalam kebijakan Indonesia sehat yaitu, penerapan paradigm sehat, penguatan pelayanan kesehatan.Dan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, pengutamaan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of caredan intervensi berbasis risiko kesehatan.Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat, serta kendali mutu dan biaya.
4.2.1 Kartu Indonesia Sehat
Kartu Indonesia Sehat (KIS) muncul untuk memenuhi kemaslahatan/hajat hidup orang banyak sehingga patut kita dukung dan realisasikan. KIS memberikan jaminan pada pemegangnya untuk mendapat manfaat pelayanan kesehatan seperti yang dilaksanakan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Yang bertujuan untuk meringankan beban masyarakat miskin terhadap kesehatan. KIS akan diberikan kepada anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga tidak menggeser Sistem JKN.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah telah menunjuk BPJS Kesehatan sebagai penyelenggaranya. Dipilihnya KIS karena masih banyak masyarakat miskin yang belum mempunyai kartu BPJS sehingga dengan ini diharapkan semua lapisam masyarakat bisa menikmati akses kesehatan dengan mudah. Para penerima KIS tidak memerlukan adminitrasi yang sulit karena para gelandangan, pengamen, serta pengemis pun dapat memilikinya meskipun mereka tidak mempunyai data yang lengkap. Dengan KIS ini diharapkan semua pihak tidak ada lagi diskriminasi dalam penanganan kesehatan.
Implementasi dari KIS adalah Negara akan siap menjamin hak dari setiap masyarakatnya untuk mendapatkan akses kesehatan tanpa terkecuali. KIS Pada tahap pertama sampai akhir 2014 akan dibagikan ke 19 provinsi. Sedangkan provinsi lainnya akan disalurkan pada tahap selanjutnya. Pada 2015, diharapkan seluruh penduduk prasejahtera di Indonesia sudah memiliki kartu tersebut.
Pendistribusian akan dibantu oleh PT Pos Indonesia dan perbankan nasional yaitu Bank Mandiri. Adapun keluarga miskin yang menjadi penerima bantuan iuran JKN, yaitu sebanyak 86,4 jiwa, akan tetap ditanggung dengan Kartu Indonesia
Sehat. Namun, anak dari keluarga miskin bisa langsung menggunakan Kartu Indonesia Sehat tanpa harus mendaftar lagi.
4.3 Implementasi Program Jaminan Kesehatan Kartu Indonesia Sehat (JKN KIS) di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang
Implementasi merupakan bagian dari rangkaian kebijakan publik yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu kebijakan atau program.
Wahab (dalam Bahri,dkk 2004) menyatakan bahwa rumusan kebijakan yang telah dibuat tidak akan mempunyai arti apa-apa atau hanya akan merupakan rangkaian kata-kata yang indah dan baku yang tersimpan rapi dalam sebuah dokumen kalau tidak diimplementasikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model
Wahab (dalam Bahri,dkk 2004) menyatakan bahwa rumusan kebijakan yang telah dibuat tidak akan mempunyai arti apa-apa atau hanya akan merupakan rangkaian kata-kata yang indah dan baku yang tersimpan rapi dalam sebuah dokumen kalau tidak diimplementasikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model