• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL KARTU INDONESIA SEHAT (JKN-KIS) DI LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL KARTU INDONESIA SEHAT (JKN-KIS) DI LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL KARTU INDONESIA SEHAT (JKN-KIS) DI LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Administrasi Publik Oleh :

APRILLIA RAHAYU NIM : 140903022

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(2)

ABSTRAK

Kebijakan Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke- 5 Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program Indonesia Sehat menjadi program utama pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui rencana STrategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 yang sasarannya yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung deng perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori Van Meter dan Carl Van Horn dimana yang menentukan keefektifan implementasi kebijakan adalah standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana, komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksana, disposisi atau sikap pelaksana, dan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik.

Implementasi Program JKN-KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang belum secara maksimal diimplementasikan dengan baik, hal ini disebabkan karena variabel yang menjadi tolak ukur penelitian belum terpenuhi secara maksimal, yaitu belum terpenuhinya sumber daya, komunikasi, karakteristik agen pelaksana dan respon dari pelaksana yang minim terkait JKN- KIS.

Kata Kunci : Kebijakan, Implementasi, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

(3)

ABSTRAC

The Card Healty Indonesia Program is one of the programs of the 5th Agenda of Nawa Cita, namely improving the quality of life of Indonesian people. The Card Healty Indonesia Program became the main program of health development which was then planned to achieve through the 2015-2019 Ministry of Health's Strategic Plan determined through the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number HK.02.02 / Menkes / 52/2015 which aims to improve the health and nutritional status of the community through health and community empowerment efforts supported by financial protection and equitable distribution of health services.

The method used in this study is qualitative descriptive by using the theory of Van Meter and Carl Van Horn which determines the effectiveness of policy implementation are policy standards and objectives, resources, characteristics of implementing organizations, communication between organizations related to implementing activities, disposition or attitude executor, and social, economic and political environment.

The implementation of the JKN-KIS Program in Lubuk Pakam Deli Serdang District has not been maximally implemented properly, this is because the variables that become the benchmark of research have not been maximally fulfilled, namely the lack of resources, communication, the characteristics of implementing agents and the lack of response from the implementers. related to JKN-KIS.

Keywords: Policy, Implementation, National Health Insurance

(4)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang” dengan baik dan tepat waktu.

Sholawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Publik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun segi bahasa dan penulisan yang digunakan karena masih terbatas nya kemampuan dan pengetahuan penulis. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepadas emua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Banyak masukan, motivasi dan do’a yang diberikan kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tersayang Ayah Sugiono, Mamak Sri Indah Kuncah Yani, serta keempat saudara kandung penulis Kakak Suci Ramadhani , Bayu Prasetyo dan Adik Firman, Fikri.

Mereka adalah orang-orang yang penulis cinta yang senantiasa sabar, tulus dan penuh kasih sayang membesarkan, mendidik, mendo’akan, membimbing dan mendukung secara moril dan materil penulis hingga saat ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

(5)

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

2. Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP.

3. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Asima Yanty S Siahaan, MA, Ph.D sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, serta sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen FISIP USU Program Studi Ilmu Administrasi Publik yang telah banyak memberikan pengetahuan dan petunjuk selama penulis mengikuti pendidikan sehingga memberikan wawasan yang luas dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh pegawa ipada Program Studi Ilmu Administrasi Publik.

Terimakasih kepada Kak Dian dan Bang Suhendrik yang telah banyak membantu penulis mulai dari proses penyusunan administrasi dari awal perkuliahan hingga saat ini dan juga selalu memberikan semangat.

7. Bapak Ikhwal Maulana selaku Kepala Bidang Humas, SDM dan Informasi Publik BPJS Cabang Lubuk Pakam yang telah memberikan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam

(6)

8. Seluruh pegawai BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam, Bidang Pelayanan Kepesertaan Ibu Pretty, Bapak Fredi Kurni Mustafa, Bidang PMR Ibu Tuty Yulianti serta Kak Rizky yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi dengan meluangkan waktu untuk bersedia diwawancarai dan memberikan data-data yang penulis butuhkan dalam menyusun skripsi ini.

9. Ibu Aftuny Faiz, ST selaku Ketua TIM BPJS Rumah Sakit yang telah memberikan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk wawancara serta memberikan informasi yang penulis butuhkan dalam menyusun skripsi ini.

10. Ibu Juliana dan Ibu Ruriko selaku Kepala Puskesmas Lubuk Pakam dan Kepala Puskesmas Pagar Jati yang telah bersedia diwawancarai oleh penulis.

11. Terimakasih teman seperjuangan ArrumCahya, Rizliyani dan Nurul Nazmi.

12. Terimakasih teman kos tersayang Ipeh, Dila, Heni dan Rini yang telah berjuang bersama di Kota Medan yang keras ini.

13. Terimakasih Teman SMA Vero, Sekar, Kakicak, Ria yang telah membantu penulis dan menghibu rpenulis dalam pengerjaan skripsi.

14. Kelompok PKL Ony, Ardina, Sipa, Riana, Yuliza, Aulia, Iji, Decky, Josua yang telah memberikan kesan selama PKL.

15. Seluruh teman-teman Ilmu Adminitrasi Publik Stambuk 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terkhusus DhitaPratiwi Ashifa Rizki, Murni Rahmaini, Novita Sari, Elviana, Jiah, Duma, Delfi, Nurhamidah (Midun). Semoga cita-cita dan harapan kita semua dapat terkabul.

(7)

16. Untuk keluarga besar penulis, Uak, Om, Ibu, sepupu-sepupu, terimakasih supportnya.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan motivasi kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Terimakasih.

Wassalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 31 Oktober 2018 Penulis

Aprillia Rahayu

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR TABEL ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Rumusan Masalah. ... 6

1.3 Tujuan Penelitian. ... 6

1.4 Manfaat Penelitian. ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Kebijakan... 8

2.2 Model Implementasi Kebijakan. ... 9

2.2.1. Model Implementasi George C. Edwards III. ... 9

2.2.2. Model Implementasi Merilee S. Grindle. ... 10

2.2.3. Model Implementasi Van Meter Van Horn. ... 14

2.3 Pelayanan Publik. ... 16

2.3.1 Prinsip Pelayanan Publik... 21

2.4 Pelayanan Kesehatan. ... 22

2.5 Perlindungan Sosial Jaminan Kesehatan ... 26

2.6 Defenisi Konsep. ... 27

2.7 Hipotesis Kerja. ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian.. ... 30

3.2. Lokasi Penelitian.. ... 31

3.3. Informan Penelitian. ... 31

3.4. Teknik Pengumpulan Data.. ... 34

(9)

3.5. Teknik Analisis Data. ... 35

3.6. Keabsahan data... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum BPJS Kesehatan cabang Lubuk Pakan. ... 38

4.1.1 Profil BPJS Cabang Lubuk Pakam ... 38

4.1.2 Sejarah Berdirinya BPJS Kesehatan ... 38

4.1.3 Visi Misi BPJS ... 42

4.2 Kebijakan Program Indonesia Sehat ... 43

4.2.1 Kartu Indonesia Sehat ... 44

4.3 Implementasi Program Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam ... 45

4.3.1 Standar dan Sasaran Kebijakan ... 45

4.3.2 Sumber Daya ... 51

4.3.3 Komunikasi Antar Organisasi ... 58

4.3.4 Karakteristik Agen Pelaksana ... 61

4.3.5 Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik... 65

4.3.6 Disposisi ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. ... 69

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA………...72

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1.1 Struktur Organisasi BPJS Cabang Lubuk Pakam . ... 53 Gambar 4.2.1 Sarana JKN KIS. ... 57 Gambar4.3.1 Alur Pelayanan JKN KIS ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1Informan Penelitian. ... 31 Tabel 4.1.1Komposisi Pegawai berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 55

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah Negara wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah sebagai aktor penyelenggara Negara yang diwujudkan dalam bentuk pelayanan publik harus melaksanakan seluruh kepentingan dan kebutuhan publik terutama dalam pemenuhan hak- hak sipil dan kebutuhan dari masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan yang layak karena kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan yang mencirikan kondisi yang baik dan sejahtera dalam menjalani kehidupan.

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya menanggulangi kemiskinan.

Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan Undang – Undang Nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya.

Pemerintah sebagai pelayan publik bertanggung jawab atas terselenggaranya kehidupan yang baik dan layak bagi seluruh penduduknya seperti pada pasal 28 H ayat (1) “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

(13)

batin , bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat”.

Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diselenggarakan dengan mekanisme Asuransi Sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Dalam SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya. Sebelum JKN, pemerintah telah berupaya merintis beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, antara lain Askes Sosial bagi pegawai negeri sipil (PNS), Penerima Pensiun dan Veteran, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi Pegawai BUMN dan Swasta, serta Jaminan Kesehatan bagi TNI dan Polri. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, sejak tahun 2005 Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang awalnya dikenal dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM), atau lebih populer dengan nama program Askeskin (Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, program ini berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan

(14)

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran.

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari ke-5 agenda Nawa Cita yaitu meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya, yaitu program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Program pelayanan kesehatan yang dibentuk oleh pemerintah dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang mampu menjangkau semua lapisan masyarakat terutama yang berada dibawah garis kemiskinan yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo, yaitu Kartu Indonesia Sehat. Program Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebagai suatu sistem perlindungan sosial untuk menjamin masyarakat yang tergolong miskin agar dapat memenuhi kebutuhan dasar layak yang akan sangat menentukan kualitas hidup warga Negara. Kartu Indonesia Sehat akan menyediakan layanan kesehatan dan jaminan pendapatan kepada masyarakat miskin disaat mengalami resiko hidup, sakit, melahirkan, dipecat dari pekerjaan kecelakaan dan lainnya (DepkesRI, 2016).

Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Azwar, 1996).

(15)

Pembiayaan kesehatan harus kuat, stabil, dan selalu berkesinambungan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency), dan efektifitas (effectiveness).

Pembiayaan kesehatan mengacu pada fungsi sistem kesehatan yang terkait dengan mobilisasi, akumulasi, dan alokasi uang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat, secara individu dan kolektif, dalam sistem kesehatan.

Tujuan pembiayaan kesehatan adalah untuk menghasilkan dana tersedia dan juga untuk memberikan insentif keuangan yang tepat kepada penyedia layanan, untuk memastikan bahwa semua individu memiliki akses terhadap perawatan kesehatan masyarakat dan kesehatan pribadi yang efektif (WHO 2000) (http://www.who.int/healthinfo/statistics/toolkit_hss/EN_PDF_Toolkit_HSS_Fina ncing.pdf di akses pada 10 Februari 2018 pukul 20.00WIB).

Di dalam Kartu Indonesia Sehat terdapat dua pendekatan, yaitu kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, ada tambahan peserta Penerima Bantuan Iaran yang saat ini tercatatdalam program JKN yang jumlahnya sekitar 86,4 Juta. Jika sebelumnya penyandang masalah kesejateraan keluarga (PMKS) belum terdaftar dalam peserta PBI, dengan KIS ini akan dikaver. Sementara dari segi kualitas, KIS mengintegrasikan layanan preventif, promotif, dan diagnosis dini didalam skim yang ada di Kementerian Kesehatan. Prosedur pelayanan kesehatan peserta KIS disesuaikan dengan prosedur yang selama ini diterapkan dalam program JKN yang dikelola BPJS kesehatan, yaitu berdasarkan sistem rujukan berjenjang, sesuai dengan indikasi medis, serta tidak ada batasan umur. Terdapat 19.682 fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas, klinik, dokter praktek perorangan, optic dsb) dan 1.574 rumah sakit se-indonesia, termasuk 620 rumah sakit swasta

(16)

yang siap melayani peserta KIS (https://news.detik.com/advertorial-news- block/2738252/bpjs-kesehatan-siap-layani-peserta-pemegang-kartu-indonesia- sehat di akses pada 2 Februari 2018).

Dalam pengimplementasian program JKN-KIS di Indonesia mengalami masalah, yaitu besaran iuran yang ditetapkan pemerintah belum memenuhi harga keekonomian yang dibutuhkan program JKN-KIS. Akibatnya, pelayanan faskes kurang memuaskan peserta.Rumah Sakit swasta pun berpikir ulang menjadi mitra BPJS Kesehatan karena besaran tarif belum sesuai. Pemerintah tidak memberikan

subsidi kepada Rumah Sakit swasta yang melayani peserta JKN-KIS (http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59bf96fb89c06/5-masalah-jkn-kis-

ini-jadi-perhatian-buruh diakses pada 21 Januari 2018 pukul 19:05WIB).

Di Jakarta Utara hampir 450.000 warga belum mendaftarkan diri dalam program JKN-KIS. Masyarakat di Jakarta Utara masih banyak yang belum paham dan belum tahu prosedur JKN-KIS(http://megapolitan.kompas.com/read/450-ribu- wargajakut-belum-daftar-program-kartu-indonesia-sehat di akses pada 2 Februari 2018).

Di Lubuk Pakam sendiri hingga saat ini jumlah peserta JKN-KIS di wilayah kerja BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam sudah mencapai 1.313.643 jiwa.Dari data yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan Cabang Lubuk Pakam untuk masyarakat Kabupaten Deli Serdang sudah ada 854.496 jiwa yang terdaftar menjadi peserta. Dari 1.313.643 jiwa itu 270.787 jiwa merupakan Peserta Mandiri.Di Lubuk Pakam terdapat masalah dimana masyarakat yang terdaftar dalam program JKN-KIS mandiri mengalami kendala dalam pembayaran iuran.

(17)

(medan. Tribun news.Compeserta-bpjs-kesehatan-menunggak - iuran di akses pada 2 Februari 2018).

Berdasarkan hasil pra penelitian dalam pelaksanaan JKN-KIS di Lubuk Pakam ditemukan adanya masalah, yaitu masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai program JKN, sulitnya masyarakat melakukan iuran pembayaran, serta masyarakat masih apatis terhadap program JKN-KIS di Lubuk Pakam.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat tersebut di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dan apa yang menjadi kendala-kendala yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat dalam mendapatkan akses pelayanan Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah di uraikan, maka masalah penelitian ini dirumuskan adalah Bagaimana Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (KIS) di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Suatu riset khusus dalam pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan

(18)

penelitian ini adalah: Mengetahui dan Memahami Implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Secara Subyektif, bermanfaat bagi peneliti untuk mengembangkan dan melatih kemampuan peneliti dalam menulis karya ilmiah ini, terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya dengan ilmu yang didapat didalam perkuliahan.

2) Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan secara akademik dan menjadi referensi tambahan dalam kajian keilmuan khususnya dalam bidang Administrasi Publik.

3) Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkanbeberapa masukan dan saran dalam hal memahami dan solusi terhadap persoalan yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah saat ini.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi Kebijakan

Pressman dan Wildasvky (dalam Putra, 2003:83) mengatakan implementasi sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. Menurut Wibawa (dalam Tangkilisan 2003:5) implementasi kebijakan merupakan pengejawantahan keputusan mengenai kebijakan mendasar, biasanya tertuang dalam satu undang-undang namun juga dapat berbentuk instruksi-instruksi eksekutif yang penting atau keputusan perundang. Idealnya keputusan tersebut menjelaskan masalah-masalah yang hendak ditangani, menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara

“menggambarkan struktur” proses implementasi tersebut.

Implementasi kebijakan merupakan bagian yang berat pelaksaannya dalam kebijakan, dikarenakan masalah yang ditemui dilapangan terkadang tidak ditemukan dalam konsep yang ditemukan di lapangan. Selain itu ancaman utamanya adalah konsistensi implementasi. Riant Nugroho (dalam Santosa, 2008:41) rencana adalah 20% keberhasilan, implementasi adalah 60%

keberhasilan dan 20% sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi.

Menurut Fullan (dalam Syaifuddin,2006:100) mengemukakan implementasi kebijakan sebagai proses menerapkan sebuah ide atau program baru dengan harapan akan terjadi sebuah perubahan. Sedangkan Van Meter dan van

(20)

Horn (dalam Winarno, 2002:102) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu dan kelompok- kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan- tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Dari definisi-definisi tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwasanya implementasi adalah sebuah pelaksaaan kebijakan yang bertujuan untuk pencapaian tujuan sesuai dengan sasaran kebijakan tersebut.

2.2 Model-Model Implementasi Kebijakan

2.2.1. Model Implementasi Goerge C. Edward III

Dalam tangkilisin (2003:120 Model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Edward menunjuk empat variable yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi yaitu :

1. Komunikasi.

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus di tranmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

2. Sumber Daya

Walaupun isu kebijakan sudah dikomunikasihkan secara jelas dan konsisten, tetapi bila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi kebijkan tidak akan berjalan dengan efektif . Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor dan sumber daya finansial.

(21)

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor, seperti kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar.

2.2.2 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

Model implementasi kedua adalah model Merilee S. Grindle (dalam Nugroho 2014:671). Model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh :

1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan 2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan

3. Derajat perubahan yang diinginkan 4. Kedudukan pembuatan kebijakan 5. (Siapa) pelaksana program 6. Sumberdaya yang dikerahkan

Sementara itu konteks implementasinya adalah:

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi actor yang terlibat 2. Karakteristik lembaga dan penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Keberhasilan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan oleh tingkatimplementability kebijakan itu sendiri, yaitu yang terdiri dari Content of Policyand Context of Policy, Grindle (dalam Agustino, 2006:1168).

1. Content of Policy

a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan, indikator

(22)

ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya.

b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh. Pada poin ini Content of Policy berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

c. Derajat perubahan yang ingin dicapai. Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

d. Letak pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang hendak diimplementasikan.

e. Pelaksana program. Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Hal ini harus terdata atau terpapar dengan baik pada bagian ini.

f. Sumber-sumber daya yang digunakan. Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber daya yang mendukung agar pelaksanaanya berjalan dengan baik.

2. Context of Policy

a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan program dari aktor yang terlibat.

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta program yang digunakan oleh para aktor guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang, besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh panggang dari api.

b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa. Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana. Maka yang hendakdijelaskan pada poin ini, sejauhmana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Pelaksanaan kebijakan yang ditentukan oleh isi atau konten dan lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka akan dapat diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai dengan apa yang

(23)

diharapkan juga dapat diketahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga tingkat perubahan yang diharapkan terjadi.

2.2.3 Model Van Meter dan Van Horn

Model Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno, 2002: 103) beranjak dari suatu argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya Van Meter

&Van Horn menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi, dan suatu model konseptual yang menghubungkan kebijakan dengan kinerja kebijakan. Mereka menegaskan bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep yang penting dalam prosedur implementasi.

Dengan memanfaatkan konsep-konsep tersebut maka permasalahan yang perlu dikaji dalam hubungan ini adalah:

a. Hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam mengenalkan perubahan dalam organisasi.

b. Seberapa jauhkan tingkat efektivitas mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap jenjang struktur, masalah ini menyangkut kekuasaan dari pihak yang paling rendah dalam organisasi yang bersangkutan.

c. Seberapa pentingkah rasa keterkaitan masing-masing orang dalam organisasi (masalah kepatuhan).

Dari pandangan tersebut maka Van Meter dan Van Horn membuat tipologi kebijakan menurut:

a. Jumlah masing-masing perubahan yang akan terjadi,

b. Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi.

Alasan dikemukakannya hal ini bahwa proses implementasi itu akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijakan semacam itu, dalam artian bahwa

(24)

implementasi akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit sementara kesepakatan terhadap tujuan terutama dari para implementor dilapangan relatif tinggi. Hal ini yang dikemukakan mereka bahwa yang menghubungkan kebijakan dan kinerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas yang saling berkaitan. Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut (dalam Subarsono, 2005: 95):

1. Sasaran Kebijakan (ukuran dasar dan tujuan kebijakan)

Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap sistem-sistem yang menentukan pencapaian kebijakan. Pencapaian ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Ukuran- ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna dalam menguraikan tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.

2. Sumber Daya (sumber-sumber kebijakan)

Sumber-sumber layak mendapat perhatian karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup dana atau perangsang (incentive) lain yang mendorong dan memperlancar implementasi yang efektif, serta siapa yang melaksanakan program.

3. Komunikasi (komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan)

Komunikasi antar organisasi-organisasi merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit. Dalam meneruskan pesan-pesan kedalam suatu organisasi ke organisasi lainnya, para komunikator dapat menyimpannya atau menyebarluaskan informasi, baik secara sengaja atau tidak sengaja. Lebih dari itu, jika sumber- sumber informasi yang berbeda memberikan interpretasi-interpretasi yang tidak konsisten terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan, serta jika sumber- sumber yang sama memberikan interpretasi-interpretasi yang bertentangan, para pelaksana akan menghadapi kesulitan yang lebih besar untuk melaksanakan maksud-maksud kebijakan.

4. Karakteristik Agen Pelaksana (badan-badan pelaksana)

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan informal yang mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi. Hal ini sangat penting karena kinerja kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri kebijakan yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen pelaksana yang terlibat didalamnya.

5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-

(25)

kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan yakni menolak atau mendukung, melihat bagaimana sifat opini publik yang ada dilingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi (sikap para pelaksana)

Pada tahap ini pengalaman-pengalaman subjektivitas individu-individu memegang peranan yang penting. Van Meter dan Van Horn mengidentifikasikan tiga unsur tanggapan pelaksana yang mungkin mempengaruhi kemampuan dan keinginan mereka untuk melaksanakan kebijakan yakni: a. respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemampuannya untuk melaksanakan kebijakan, b. kognisi (pemahaman) para agen pelaksana terhadap kebijakan, c.

intensitas disposisi implementor yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Dari beberapa model-model implementasi kebijakan di atas maka peneliti tertarik untuk menggunakan model dari Van Meter dan Van Horn yang dinilai lebih cocok dalam membahas permasalahan terkait implementasi kebijakan yang relevan dengan judul Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Dalam mengkaji suatu proses kebijakan yang sedang berjalan (implementasi) dapat dilakukan dengan berbagai model pendekatan seperti yang telah dijelaskan pada model-model implementasi kebijakan di atas. Sehingga pelaksanaan suatu kebijakan dapat dilihat melalui variabel-variabel yang ada dalam model pendekatan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn untuk menjawab permasalahan mengenai program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam.

Dengan demikian untuk memudahkan peneliti dalam menggambarkan penerapan program tersebut maka dapat dilihat dari variabel-variabel berikut ini:

(26)

1. Sasaran Kebijakan (ukuran dasar dan tujuan kebijakan)

Untuk mengukur kinerja implementasi kebijakan tentunya menegaskan standar dan sasaran tertentu yang harus dipakai oleh para pelaksana kebijakan.

Dengan adanya ketegasan standar dan sasaran kebijakan, maka implementor akan lebih mudah menentukan atau membuat strategi untuk mengarahkan bawahan dan mengoptimalkan fasilitas yang dibutuhkan.

2. Sumber Daya (sumber-sumber kebijakan)

Sumber daya yang memadai baik sumber daya manusia maupun sumber daya keuangan sangat penting dalam menjalankan kebijakan atau program.

3. Komunikasi (komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan) Komunikasi diperlukan agar terciptanya konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan, sehingga implementor mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan tersebut. Komunikasi antar organisasi juga menunjuk adanya tuntutan saling dukung antar institusi yang berkaitan dengan kebijakan atau program.

4. Karakteristik Agen Pelaksana (badan-badan pelaksana)

Sikap penerimaan dan penolakan dari agen pelaksana dapat mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja kebijakan publik tersebut. Hal ini dapat terlihat dari dukungan yang diberikan oleh organisasi formal maupun organisasi informal, yang termasuk didalam struktur organisasi dari program JKN KIS maupun yang berada diluar struktur organisasi program JKN KIS.

5. Kondisi Sosial dan Ekonomi

Kondisi sosial dan ekonomi merupakan kondisi dalam ranah implementasi yang dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi kebijakan itu sendiri.

(27)

6. Disposisi (sikap para pelaksana)

Sikap para implementor dibutuhkan dalam menjelaskan sebuah kebijakan atau program.

2.3 Pelayanan Publik

Secara umum kata pelayanan akibat adanya pelayan yang melayani kegiatan yang dilakukan oleh pelayan tersebut dinamakan pelayanan. Dengan demikian, ada dua istilah yang saling terkait yaitu pelayanan dan melayani. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan diartikan sebagai usaha melayani, sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang di perlukan seseorang (dalam Saiful Deni, 2006).

Untuk dapat bekerja dengan baik, maka suatu organisasi paling tidak harus memahami berbagai pendekatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat karena merupakan tanggung jawab birokrasi pemerintah kepada masyarakat.

Secara umum pelayanan publik di suatu negara dapat dipenuhi melalui 3 (tiga) jenis organisasi pelayanan publik yaitu pertama mekanisme pasar yang diserahkan pada organisasi swasta, kedua yaitu birokrasi pemerintah sendiri, serta yang ketiga adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).Pelayanan merupakan kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat barang / jasa.

Peranannya akan lebih besar dan bersifat menetukan manakala dalam kegiatan kegiatan khususnya penyediaan jasa yang diperuntukan bagi masyarakat terjadi kompetisi dalam usaha merebut pasar atau pelanggan.

Di lingkup birokrasi pemerintahan, peranan pelayanan lebih besar pengaruhnya karena menyangkut kepentingan umum yang melibatkan secara langsung aparatur negara yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

(28)

pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat, merupakan salah satu upaya dari Pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik. Oleh sebab itu, pelayanan yng baik kepada publik (masyarakat) merupakan hal tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Ivancevich, Skinner dan Crosby (dalam Ratminto, 2005 : 4) memberikan definisi sederhana tentang pelayanan yaitu produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan.

Gronross (dalam Ratminto, 2005 : 4) lebih lanjut memberikan definisi yang lebih rinci tentang pelayanan yaitu :

”Suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen / pelanggan.”

Menurut Mancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (dalam Ratminto, 2005:2) pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha manusia dan menggunakan peralatan. Sedangkan Luthans (dalam Saiful Deni, 2006), pengertian pelayanan adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa suatu kegiatan pelayanan itu memerlukan sebuah proses manajemen (mengatur, mengarahkan) dalam rangka mencapai tujuan organisasi itu sendiri.

Daviddow dan Utal (dalam Dewi, 2005:45) mengartikan pelayanan sebagai usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan (whatever enchanceacwfomef suf inaction). Pelayanan merupakan suatu perbuatan (deed),

(29)

suatu kinerja (performance) atau suatu usaha (effort), jadi secara akan pentingnyapenerima jasa pelayanan terlibat secara aktif dalam produksi atau penyampaian proses pelayanan itu sendiri (Warella, 1997:18). Proses pelayanan publik menurut Widodo (dalam Saiful Deni, 2006) diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah di tetapkan.

Menurut Sinambela (dalam Pasolong, 2008:128) pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik. Atau dapat dikatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan pemerintah sebagai penyedia pelayanan kepada publik dalam rangka pemenuhan kebutuhan baik berupa barang maupun jasa.

Pelayanan adalah cara melayani, membantu, menyiapkan, dan mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang, artinya objek yang dilayani adalah individu, pribadi, dan kelompok organisasi (Sianipar, 1998). Hal tersebut berbeda dengan yang dikemukakan Moenir (1997:17) yang berpendapat bahwa pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung merupakan konsep yang senantiasa aktual aspek kelembagaan bukan hanya pada organisasi.

Moenir (2000) mengemukakan bahwa pelayanan itu adalah :

1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan yakni pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan.

(30)

2. Memperoleh pelayanan secara wajar, yaitu pelayanan tanpa disertai kata- kata yang bernada meminta sesuatu kepada pihak yang dilayani dengan alasan apapun.

3. Memperoleh perlakuan yang sama dalam pelayanan, yaitu tanpa pilih kasih dimana aturan dan prosedur diterapkan sama.

4. Memperoleh perlakuan yang jujur dan terus terang. Ini menyangkut keterbukaan pihak yang melayani, seperti jika ada masalah yang dihadapi dalam pemberian pelayanan sebaiknya dikemukakan terus terang.

Sementara itu, istilah publik berasal dari Bahasa Inggris yaitu Public yang berarti umum, masyarakat, negara (Badudu dan Zain, 2001 : 781). Sedangakan menurut Ahmad Ainur Rohman (2010 : 25) publik dapat di artikan sebagai masyarakat atau rakyat.

Pelayanan publik yaitu pemberian jasa, baik oleh pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat (Santosa, 2008 : 57). Pelayanan publik di artikan pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (Karuniawan, 2005 : 4).

Dengan demikian maka, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik, tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapt memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat.

Bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat menurut Barata (2003 : 15) dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan yaitu :

(31)

1. Pelayanan Pemerintah yaitu jenis pelayanan msyarakat yang terkait dengan tugas-tugas umum pemerintahan.Contoh : Pelayanan KTP, SIM, pajak dan keimigrasian

2. Pelayanan Pembangunan yaitu suatu jenis pelayanan masyarakat yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarna untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam melakukan aktivitasnya sebagai warga negara yang meliputi penyediaan jalan, jembatan, pelabuhan, dan lain-lain.

3. Pelayanan Utilitas yaitu Jenis pelayanan yang terkait dengan utilitas bagi masyarakat.Contoh : penyediaan listrik, air, telepon, dan transportasi masal.

4. Pelayanan Sandang, Pangan dan Papan yaitu jenis pelayanan yang menydiakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan.

contoh : beras, gula, minyak, gas, tekstil, dan perumahan murah.

5. Pelayanan Kemasyarakatan yaitu jenis pelayanan masyarakat yang dilihat dari sifat dan kepentingannya lebih ditekankan pada kegiatan–kegiatan sosial kemasyarakatan. contoh : pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, penjara, rumah yatim piatu dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya, setidaknya ada tiga perspektif pelayanan publik yang berkembang dari masa ke masa. Ketiga perspektif tersebut adalah Administrasi Publik Lama (Old Public Administration/OPA), Manajemen Publik Baru (New Publik Management/NPM), dan Pelayanan Publik Baru (New Publik Service/NPS) menurut Denhardt dan Denhardt (Dwiyanto, 2008 : 138).

Paradigma New Public Service memberikan pandangan yang berkaitan dengan pelayanan, bahwa administrasi publik harus melayani warga masyarakatnya bukan pelanggan, mengutamakan kepentingan publik, dan

(32)

melayani dari pada mengendalikan. Dasar teoritis pelayanan publik yang ideal, menurut paradigma New Public service yaitu pelayanan publik harus responsive terhadap berbagai kepentingan dan nilai-nilai publik yang ada. Tugas pemerintah adalah melakukan begosiasi dan mengelaborasi berbagai kepentingan warga negara dan kelompok komonitas (Dwiyanto, 2008).

New Public Service memandang bahwa birokrasi adalah alat rakyat yang harus tunduk kepada apapun suara rakyat, sepanjang suara itu rasional dan legimate secara normative dan konstitusional. Konsep New Public Service pemerintah harus mendengar suara publik dalam pengelolaan tata pemeritahan.

Pandangan tersebut mengandung makna karakter dan nilai yang terkandung di dalam pelayanan publik tersebut harus berisi prefensi nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Karena masyarakat bersifat dinamis, maka karakter pelayanan publik juga harus selalu berubah mengikuti perkembangan masyarakat. Selain itu pelayanan publik model baru ini harus bersifat non-diskriminatif sebagaimana dimaksud oleh dasar teoritis yang digunakan yaitu teori demokratis yang yang menjamin adanya persamaan warga negara tanpa membeda-bedakan asal-usul, kesukuan, ras, etnik, agama, dan latar belakang kepartaian.

2.3.1 Prinsip Pelayanan Publik

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik menurut Ridwan dan Sudrajat (2010: 101-102) perlu untuk memperhatikan dan menerapkan prinsip pelayanan publik. Adapun prinsip pelayanan publik adalah sebagai berikut:

1. Kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbellit- belit,mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan, memuat tentang:

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.

(33)

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian Waktu, di mana dalam pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi, di mana produk pelayanan publik diterima dengan benar,tepat dan sah.

5. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung jawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam melaksanakan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai, termasuk penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan akses, dimana tempat dan lokasi serta sarana pelayananyang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, dimana pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10. Kenyamanan, yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, kesediaan ruangan tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

2.4 Pelayanan Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam suatu negara.Bahkan kesehatan suatu masyarakat di suatu negara menjadi salah satu tolak ukur kesejahteraan negara tersebut. Namun kenyataannya saat untuk mendapatkan pelayanan yang baik diberbagai unit instansi kesehatan sangatlah sulit. Jumlah penduduk yang banyak mengakibatkan negara harus mengeluarkan biaya yang besar pula, sedangkan sumber biaya yang dimiliki oleh negara untuk pelayanan publik bidang kesehatan tidaklah besar. Maka dari itu diperlukan langkah strategis untuk menyikapinya.

(34)

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pemerima pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Ismail Mohammad (2002:2) permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Sedangkan pelayanan berkualitas itu sendiri sangat tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya, dukungan sumber daya manusia dan kelembagaan.

Dalam suatu negara pelayanan publik dibidang kesehatan merupakan salah satu hal vital yang harus dipikirkan dan direncanakan secara matang sebab akan berhubungan langsung dengan kesejahteraan rakyatnya sendiri. Memperbaiki tingkat kesehatan rakyat secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerja para sumber daya manusia didalam suatu negara. Secara perlahan juga akan mempercepat laju pembangunan negara itu sendiri.

Ada dua jenis pelayanan publik yang menjadi permasalahan terbesar di masyarakat yaitu dibidang pendidikan dan kesehatan, oleh karena itu tidak mengherankan adanya tuntutan pembenahan bidang kesehatan mendapat perhatian luas untuk dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Pelayanan kesehatan menjadi penting mengingat bahwa sebuah Negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.

(35)

Pelayanan kesehatan (health care service) sebagai bagian dari pelayanan publik yang merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara keseluhuran (Koemalawati, 1989) sehingga pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Kristiadi (1994:23) bahwa tugas pemerintah yang paling dominan adalah menyediakan barang-barang publik (public utility) dan memberikan pelayanan (public service) misalnya dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, perkembangan perlindungan tenaga kerja, pertanian, keamanan dan sebagainya. Menurut Pohan (2007:5), pelayanan kesehatanyang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang selalu berupaya memenuhi harapan pasien sehingga akan selalu merasa berhutang budi serta sangat berterima kasih.

Pelayanan kesehatan bagi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan optimal. Menurut Levey dan Loomba, dalam Health Care a Managerial Perspective, yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggrakan sendiri atau secara bersama- sama dalam suatu organisasi untuk memeilihara dan meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah (preventif) dan menyembuhkan penyakit (kuratif), serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok ataupun masyarakat (rehabilitative) (Azwar, 2002 : 35).

Secara umum penyelenggara pelayanan kesehatan memiliki kesamaan, yakni setiap masalah kesehatan diselesaikan melalui penerapan kemajuan ilmu teknologi kedokteran serta kemajuan ilmu dan teknologi administrasi (Azwar,

(36)

2002 : 1). Berkat adanya perkembangan ilmu dan teknologi, dan juga kehidupan masyarakat, bentuk dan jenis penyelenggara pelayanan kesehatan memiliki keragaman. Dalam (Azwar, 2002 : 36) Keragaman bentuk dan jenis pelayanan kesehatan ditentukan oleh :

1. Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan sendiri atau bersama- sama dalam suatu organisasi

2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang bagaimana mekanisme atau prosedur pelayanan publik yang kini sedang diterapkan di Indonesia juga menjadi salah satu kendala yang harus segera di atasi. Hal tersebut seharusnya tidak perlu terjadi apabila terdapat terdapat hubungan sinkronisasi antara pemerintah, paramedik yang berada di unit pelayanan kesehatan di setiap daerah serta dengan masyarakat sekitar. Ini juga merupakan salah satu dari dampak dari sosialisasi yang kurang menyeluruh pada masyarakat disetiap lapisan. Sehingga masyarakat tidak terlalu memahami bagaimana mekanisme yang cepat dan efisien yang telah menjadi kebijakan pemerintah yang di berlakukan di unit pelayanan kesehatan saat ini cukup sulit mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan harapa mereka.

Pelayanan publik bidang kesehatan menajdi salah satu perhatian serius dari pemerintah Indonesia karena pelayanan publik bidang kesehatan merupakan salah satu bidang pelayanan publik terbesar yang dilakukan pemerintah setelah pelayanan publik bidang pendidikan. Hal ini disebabkan karena pelayanan publik bidang kesehatan menyangkut hajat orang banyak dan berhubungan langsung dengan aspek sosial kemanusiaan. Maka fasilitas dan pelayanan publik bidang kesehatan harus lebih dipermudah lagi sehingga masyarakat bisa mendapatkan kepuasan dengan pelayanan yang diberikan yang diberikan oleh pemerintah.

(37)

2.5 Perlindungan Sosial Jaminan Kesehatan

Perlindungan sosial merupakan elemen penting dalam strategi kebijakan publik untuk menurunkan tingkat kemiskinan serta memperkecil kesenjangan multi dimensional. Perlindungan sosial adalah seperangkat kebijakan dan program yang dirancang untuk mengurangi kemiskinan (poverty), kerentahan (vulnerability), ketidakmerataan (inequality). Program perlindungan sosial dapat mencegah individu-individu tergelincir kepada kemiskinan, memberikan kesempatan-kesempatan, ketika terjadi perubahan di komunitas dan masyarakat melalui investasi modal manusia dan kesehatan. Hal ini mencakup asuransi sosial, pelayanan sosial, dan kebijakan pasar kerja.

Asia Development Bank menjelaskan bahwa perlindungan sosial pada dasarnya merupakan sekumpulan kebijakan dan program yang dirancang untuk menurunkan kemiskinan dan kerentanan melalui upaya peningkatan dan perbaikan kapasitas penduduk dalam melindungi diri mereka dari bencana dan kehilangan pendapatan. Tidak berarti bahwa perlindungan sosial merupakan keseluruhan dari kegiatan pembangunan di bidang sosial, bahkan perlindungan sosial tidak termasuk upaya penurunan resiko.

Menurut ILO (2002) perlindungan sosial merupakan konsep yang luas yang juga mencerminkan perubahan-perubahan ekonomi dan sosial pada tingkat internasional. Sistem perlindungan sosial dibedakan dalam 3 lapis. Lapis Pertama, merupakan jejaring pengaman sosial yang didanai penuh oleh pemerintah. Lapis kedua, merupakan skema asuransi sosial yang didanai dari kontribusi pemberi kerja dan pekerja. Lapis Ketiga, merupakan provisi suplementari yang dikelola penuh oleh swasta. Sedangkan, Conway, De Haan dan Norton (Barrientos dan

(38)

hulme, 2008:5), Perlindungan sosial terutama dipahami sebagai kerangka kebijakan yang dianggap tidak dapat diterima secara sosial dalam pemerintahan atau masyarakat.

Menurut Thabrany (Triwibowo dan Subono, 2009:103) bahwa tugas pemerintah harus makin jelas, yaitu secara eksplisit menempatkan kesehatan sebagai bagian utama dari pembangunan rakyat yang harus tersedia secara merata bagi seluruh rakyat. Adam, Hauff, dan John (2002:17) dengan tegas mengatakan bahwa aktor utama yang harus menjalankan perlindungan sosial adalah negara, khususnya menyangkut skema jaminan sosial dan kebijakan pasar kerja.

Kebijakan perlindungan sosial menurut Wiranto (2002:30) adalah berkaitan dengan upaya memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin, utamanya kelompok masyrakat yang paling miskin (fakir miskin, orang jompo, anak terlantar, cacat) kelompok masyarakat miskin yang disebabkan oleh bencana alam, dampak negative krisis ekonomi dan konflik sosial. Yang diarahkan melalui mekanisme kelompok.

2.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial ( Singarimbun, 1995:37). Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing- masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari penelitian ini yaitu :

(39)

1. Implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan dari kebijakan publik yang telah dirumuskan oleh pembuat kebijakan (policy maker) yang bertujuan untuk pencapaian tujuan yang diharapkan sesuai dengan sasaran kebijakan tersebut. Implementasi juga berarti keseluruhan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan kebijakan publik biasanya melalui program- program yang telah dibuat agar program tersebut.

2. Model implementasi kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikemukakan oleh Van meter dan Van Horn dimana dalam menilai suatu implementasi kebijakan berdasarkan standar dan sasaran kebijakan atau ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana, komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksana, disposisi atau sikap pelaksana, dan lingkungan sosial, ekonomi dan politik.

3. Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan, mencegah, memulihkan, menyembuhkan penyakit baik perorangan, kelompok maupun masyarakat.

4. Kartu Indonesia Sehat merupakan pelaksanaan dari amanat beberapa regulasiterkait dengan kewajiban penyelenggara Jaminan Kesehatan dalam memberikan identitas tunggal kepada peserta dan anggota keluarganya.

(40)

2.7 Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang sangat menentukan peneliti di dalam jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, penulis merumuskan fenomena yang terjadi dalam penelitian “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang” meliputi :Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Hubungan antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, Disposisi Implementor, Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik .

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis memilih dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, bertujuan untuk menggambarkan sifat peristiwa yaitu implementasi program JKN-KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Yang ditinjau dari model Van Meter dan Van Horn. Model ini terdiri dari beberapa variable yakni Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Komunikasi, Karakteristik Badan-Badan Pelaksana, Kondisi-kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik, dan Disposisi atau Sikap Para Pelaksana.

Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan berbagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambar tentang kondisi, situasi atau fenomena tertentu (Bungin, 2007).

Oleh karena itu bentuk penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Jelasnya bentuk penelitian ini, yaitu bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data terkait dengan peristiwa Implementasi Program JKN-KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

Bentuk penelitian ini akan mengumpulkan informasi atau data tentang implementasi program JKN-KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang ditinjau dari segi Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Komunikasi, Karakteristik Badan-Badan pelaksana, Kondisi-kondisi ekonomi, social dan politik, Sikap Pelaksana yang biasa disebut Model Van Meter dan Van Horn.

(42)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Lubuk Pakam Kabupaten Deli Derdang. Termasuk Rumah Sakit Umum Deli Serdang, Pusekesmas Lubuk Pakam, Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam. Peneliti memilih lokasi tersebut karena Lubuk Pakam merupakan salah satu kota yang memiliki banyak Faskes dan telah menerima Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat, dan untuk memperoleh informasi data sebagai bahan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini juga dilakukan di Kantor BPJS Cabang Lubuk Pakam sebagai implementor dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)

3.3 Informan Penelitian

Penelitian Kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Dalam hal ini, informan dikatakan sebagai seseorang yang benar-benar mengetahui persoalan atau permasalahan tertentu dan dapat memperoleh informasi yang terakurat, terpercaya, baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut.

Tabel 3.1.1 Informan Penelitian No. Informan Informasi yang Ingin

Diperoleh

Metode Jumlah Informan 1. Kepala Bidang

SDM, Humas dan

Komunikasi Publik BPJS Cabang Lubuk

Informasi terkait kebijakan-kebijakan

ataupun peraturan-

peraturan dalam

implementasi program JKN-KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan

Wawancara 1

(43)

Pakam sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor.

2. Kepala Bidang Pelayanan Kepesertaan BPJS Cabang Lubuk Pakam

Informasi terkait kebijakan- kebijakan ataupun peraturan-

peraturan dalam

implementasi program JKN- KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Kabupaten meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor.

Wawancara 1

3. Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Primer BPJS Cabang Lubuk Pakam

Informasi terkait kebijakan- kebijakan ataupun peraturan-

peraturan dalam

implementasi program JKN- KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor.

Wawancara 1

4. Staff Kantor BPJS Cabang Lubuk Pakam

Informasi terkait kebijakan- kebijakan ataupun peraturan-

peraturan dalam

implementasi program JKN- KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana,

Wawancara 2

(44)

kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor.

5. Ketua Tim BPJS RSU Deli Serdang

Informasi terkait kebijakan- kebijakan ataupun peraturan-

peraturan dalam

implementasi program JKN- KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor.

Wawancara 1

6. Kepala Puskesmas di Lubuk Pakam

Informasi terkait kebijakan- kebijakan ataupun peraturan-

peraturan dalam

implementasi program JKN- KIS di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang meliputi; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor.

Wawancara 2

7. Masyarakat yang

memakai dan tidak

memakai JKN KIS

1. Manfaat

yang dirasakan oleh masyarakat melalui Program JKN-KIS

2. Informasi

dan sosialisasi terkait dengan pengetahuan masyarakat mengenai adanya program BSPS di Kabupaten Langkat.

3. Pemahama

n masyarakat terkait adanya Program BSPS.

4. Kendala

yang dihadapi oleh

Wawancara 7

(45)

masyarakat dalam mendapatkan bantuan BSPS.

15

Dari informan diatas, diharapkan nantinya akan mendapatkan informasi lebih banyak mengenai Program Jaminan Kesehatan nasional Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam. Melalui informan peneliti mendapat informasi lebih rinci mengenai impelementasi program Program Jaminan Kesehatan nasional Kartu Indonesia Sehat di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena berujuan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang diharapkan (Sugiyono, 2016:101). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :

1.Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dapat dilakukan dengan instrument sebagai berikut : a. Wawancara

Metode wawancara yakni dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan

b. Observasi

Gambar

Tabel 3.1.1 Informan Penelitian  No.  Informan  Informasi yang Ingin
Gambar : 4.1.1 Struktur Organisasi BPJS Cabang Lubuk Pakam
Tabel 4.1.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan jenjang Pendidikan  dan  Jenis Kelamin.
Gambar 4.2.1 Sarana JKN-KIS
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil identifikasi dan perhitungan kelimpahan predator yang terdapat pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari secara keseluruhan kelimpahan

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Diet Rendah Purin Terhadap Kepatuhan Penderita Asam Urat Adapun skripsi ini bukan milik

<#>Melakukan supervisi ke lokasi Pre Dietetic Internship FSM 1 kali dalam 1 minggu selama berlangsungnya kegiatan Pre Dietetic Internship FSM.¶ <#>Membimbing

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari gambaran deskriptif pasien kelainan refraksi di Rumah Sakit PHC Surabaya periode Januari-Juni 2015

 Telah dilakukan uji petik atau pemeriksaan kayu bulat hutan negara di pabrik PT KLI tanggal 16 Juni 2020, dimana hasil uji petik stock bahan baku kayu bulat hutan negara di

TINJAUAN YURIDIS PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP ANAK YANG MENGAKIBATKAN ANAK MELAKUKAN TINDAK PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK NO.35 TAHUN 2014

Empu yang membahas implementasi kebijakan jaminan sosial yang diwujudkan dalam program Kartu Indonesia Sehat, kebijakan perlindungan hak-hak perempuan di tempat penahanan yang

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 08/PER/M.KOMINFO/01/2009 tentang Penetapan Pita Frekuensi Radio untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel