• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Ringkas Kerajaan Siantar.

3. Proses Pembentukan Kota Madya Pematang Siantar.

3.3. Perluasan Wilayah.

15

Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1986, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Madya Pematang Siantar, hal 8.

16

Master Plan Kota Madya Pematang Siantar Tahun Rencana 1975-2000, Dinas Tata Kota DATI II Pematang Siantar, 1975, hal 76.

Perkembangan kota-kota di Indonesia terutama di Sumatera Utara dapat dikategorikan dalam tiga periode yang tidak dapat terlepas dari perkembangan sejarah Indonesia. Periode pertama, perkembangan kota-kota hanya bertujuan untuk kepentingan kekuasaan colonial, yang di tuangkan melalui pembentukan pemerintahan kota atau stadsgemente dengan undang-undang desentralisasi dan selanjutnya di atur dengan stadsgemente ordonantie tahun 1926 17.

aan semesta berenca

Periode kedua, perkembangan kota-kota masa setelah perang kemerdekaan, sampai dengan berakhirnya masa perencanaan semesta berencana, dimana pada masa itu sama sekali tidak ada pengarahan terhadap pembinaan fisik maupun pemerintahan. Masa perencanaan ini di mulai semenjak Tahun 1949-1965. Kota-kota yang berkembang pada masa ini contohnya adalah Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Palembang, Mojokerto, Makasar, dll.

Periode ketiga, yaitu perkembangan kota-kota setelah masa perencan

na. Maksud dari periode ini adalah perkembangan kota-kota sesuai dengan REPELITA NASIONAL dan REPELITA DAERAH. Dalam rencana ini telah di mulai pengarahan garis besar mengenai perkembangan kotaContohnya adalah : Bengkulu, Depok, Kisaran, Ambon, Irian Jaya, dan lain-lain. Sekarang ini perkembangan kota-kota di Indonesia harus sesuai dengan Repelita Nasional dan Repelita Daerah, jadi bukan hanya untuk daerah-daerah yang disebutkan pada periode ketiga.

Perkembangan Kota Madya Pematang Siantar ditinjau dari ketiga periode di atas, termasuk kedalam periode kedua dimana pengembangan kota mulai di laksanakan pada tahun 1955. Karena tidak adanya perencanaan mengenai pengembangan kota,

17

menyebabkan keadaan Kota Pematang Siantar menjadi semrawut atau tidak terkendali. Akibat kecepatan perkembangan penduduk yang lebih tinggi daripada kecepatan memba

g dan kondisi lingkungan 18. kem

meningkatnya yang tersedia daerah ini terutam Pematang Sia faktor yaitu :

1.

penduduk di Kota

ngun sarana-sarana kebutuhan masyarakat, menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas fasilitas kebutuhan masyarakat di dalam kota. Fasilitas-fasilitas kebutuhan masyarakat yang di maksud disini adalah : kebutuhan perumahan, air minum, pusat kesehatan, sarana jalan dan juga angkutan umum. Dengan kata lain pembangunan yang di laksanakan hanya terfokus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa memperhatikan penataan ruan

Per bangan pembangunan di Kota Madya Pematang Siantar menyebabkan fungsi dan peranan Kota Madya Pematang Siantar, sehingga areal tanah tidak dapat lagi menampung segala kegiatan dan kebutuhan masyarakat di a untuk kegiatan pembangunan. Melihat kondisi tersebut, maka Kota ntar perlu adanya pemekaran. Perlunya pemekaran itu mengingat beberapa

Kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Kota Pematang Siantar di Tahun 1970-1980 mengalami peningkatan sampai 8,6 %. Jika di tahun 1971 jumlah

Pematang Siantar sebanyak 129.200 jiwa, maka pada tahun 1980 mencapai 150.700 jiwa. Kemudian pada tahun 1981-1990 jumlah penduduk Kota Pematang Siantar meningkat rata-rata 2,75 % pertahun sehingga jumlah penduduk Kota Madya Pematang

18

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Daerah Tingkat II Pematang Siantar, Pemerintah Daerah Tingkat II Pematang Siantar, 1994, hal.IV.1.

Siantar pada tahun 1990 tercatat sebanyak 224.562 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 32 jiwa /hektar.

Penyediaan tanah yang tidak memungkinkan lagi bagi peningkatan aktifitas pembanguan. Pembangunan gedung-gedung Sekolah Dasar Inpres maupun Puskesmas dan lain sebagainya berlokasi di luar batas administrasi kota akibat tidak tersedianya lagi tanah untuk membangun sarana tersebut.

Batas administratif Kota Madya Pematang Siantar dengan Kabupaten Simalungun yang mengapitnya sudah kabur diakibatkan padatnya bangunan-bangunan. Hal ini j

2.

3.

elas menjadi

utan biaya-biaya seperti Ipeda, listrik, air, gas, maupun fasilitas perkantoran lainnya cukup

di masa yang akan dating. Selain itu juga mempercepat suatu maslah baik bagi Kota Pematang Siantar maupun bagi Kabupaten Simalungun, contohnya : perumahan penduduk dan perkantoran yang terdapat di Kecamatan Siantar Marihat dan Siantar Utara. Akibatnya sering terjadi satu bangunan yang terletak di dua daerah Tingkat II, sehingga pemung

menyulitkan bagi kedua Pemerintah Daerah tersebut.

4. Pemekaran diperlukan untuk menampung pertambahan penduduk

perkembangan pembangunan kota terutama sarana dan pendidikan, perdagangan, perindustrian, maupun fasilitas olah raga, pembangunan jalan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Pemerintah Daerah Kota Madya Pematang Siantar mengusulkan kepada Pemerintah Pusat agar luas wilayah Pematang Siantar di perluas.

Usaha ini sebenarnya telah di rintis semenjak Pematang Siantar di pimpin oleh seorang Wali Kota Rakoetta Sembiring, pada tahun 1962. Kemudian usaha ini di lanjutkan pada masa kepemimpinan M.J.T. Sihotang pada tahun 1979-1984, dan pada masa p

a siding dewan pada tanggal 28 Agustus 1985.

Pe tar

Su

yang terd

n 1 ) y

emerintahan Jabanten Damanik usulan perluasan wilyah baru dapat dilaksanakan. Hal ini di karenakan harus menungga keputusan dari DPRD Kabupaten Simalungun. Untuk membahas masalah ini DPRD Simalungun membentuk Panitia Khusus (Pansus) yang diketuai oleh Horpe Purba. Akhirnya DPRD Simalungun secara aklamasi menyetujui sembilan desa diserahkan untuk perluasan Kota Madya Pematang Siantar. Persetujuan ini di keluarkan dengan SK Dewan Perwakilan Rakyat Daerah SImalungun secara aklamasi pad

Permohonan ini direalisasikan oleh Pemerintah Pusat dengan keluarnya Peraturan merintah No. 15 Tahun 1986, sehingga luas wilayah Kota Madya Pematang Sian menjadi 7.023 Hektar. Walaupun luas Kota Madya Pematang Siantar sudah ditambah, namun belum mampu menampung kepadatan penduduk. Oleh sebab itu berdasarkan rat Keputusan Bersama antar DPRD Kabupaten Simalungun dengan Pemerintah Kota Pematang Siantar, luas wilayah Kota Madya Pematang SIantar menjadi 7.997,06 Hektar,

iri dari :

1. Wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II Pematang Siantar sebelum perluasan ( Peraturan Pemerintah N0. 15 Tahu 986 , aitu seluas =1.248 Ha. 2. Desa SIopat Suhu = 187 Ha.

3. Desa Bah Kapul di gabungkan de gan b kas bagian wilayah Desa nagori n e

k d sebagian bekas wilayah Desa

Silampuyang = 891,76 Ha.

= 1.203,84 Ha.

.4.

Daerah Kota Madya Pematang Siantar

mbu Master Plan kota telah

Pemata melaku

pada ti

Unit Concept, Multiple Nuclei Concept 19.

Bosar = 2.276,26 Ha.

4. Desa Simarimbun digabung an engan

5. Desa Martoba

6. Desa Tambun Nabolon = 598,40 Ha.

7. Desa Naga Huta = 400,40 Ha.

8. Desa Pematang Marihat = 547,36 Ha. 9. Desa Suka Raja = 199,56 Ha. 10.Desa Baringin Pancur Nauli = 448,48 Ha.

Dokumen terkait