• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan, Kendala Utama, dan Upaya Perbaikan

Seperti pada tahun sebelumnya, pelaksanaan berbagai kegiatan tahun 2011, masih menemui beberapa hambatan dan kendala, terutama: (1) adanya dinamika masyarakat dalam pembangunan ketahanan pangan; (2) perkembangan era otonomi daerah yang memberikan kesempatan kepada daerah untuk menyusun perangkat organisasi sesuai kebutuhannya; dan (3) peranan pemerintah yang lebih sebagai fasilitator dan mediator memerlukan pencerahan dan pencarian bentuk pola fikir dalam menata kesisteman ketahanan pangan.

Dari hasil evaluasi kinerja berbagai kegiatan jangka pendek tahunan dalam pemantapan ketahanan pangan, ditemui beberapa permasalahan dan kendala utama sebagai berikut:

1. Aspek pembangunan ketahanan pangan yang mencakup subsistem ketersediaan dan kerawanan pangan, subsistem distribusi pangan, dan subsistem konsumsi dan kemanan pangan cukup luas dan terkait dengan berbagai sektor serta subsektor, sehingga memerlukan kebijakan yang cukup kompleks, terpadu, dan terkoordinasi mulai dari pusat, propinsi, hingga kabupaten/kota. 2. Pemahaman daerah sebagai ujung tombak pembangunan ketahanan pangan cukup beragam

dalam ketahanan pangan, sehingga maih ada beberapa daerah propinsi dan kabupaten/kota belum membentuk Lembaga Ketahanan Pangan. Padahal, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 38 dan 41 Tahun 2007, bahwa Ketahanan Pangan menjadi urusan wajib di daerah. Selain itu, bagi daerah yang sudah membentuk lembaga ketahanan pangan, sebagian besar masih tergabung dengan unit kerja lain. Akibatnya program dan kegiatan yang telah direncanakan setiap tahun tidak terlaksana optimal dan kegiatan yang ditugaskan dari pusat ke daerah cukup banyak, sedangkan jumlah SDM yang tersedia cukup terbatas.

3. Pelaksana kegiatan atau struktur organisasi kelembagaan ketahanan pangan di daerah sering berubah akibat terjadinya perubahan kepemimpinan, sehingga DIPA daerah harus direvisi, pencairan dan penggunaan anggaran menjadi terlambat, dan akhir pelaksanaan kegiatan tidak dapat dilaksanakan secara optimal sesuai target dan sasaran yang diharapkan.

4. Kebijakan pembangunan ketahanan pangan yang sudah disepakati belum sinkron dengan kebijakan pembangunan daerah, sehingga berbagai kegiatan yang telah dirumuskan di pusat sering mengalami perubahan di daerah.

5. Terjadinya bencana alam yang beruntun, mengakibatkan fokus kegiatan menjadi berubah, terutama dalam penanganan bencana alam di daerah, dan disisi lain cadangan pangan daerah belum berkembang dan belum tertata dengan baik. Disisi lain, penanganan daerah rawan

pangan berdasarkan analisis SKPG belum dilaksanakan dengan baik karena kurangnya pemahaman aparat pelaksana bahwa dana PDRP dapat dicairkan jika analisis SKPG dilakukan dengan baik.

6. Pedoman umum yang telah disusun di pusat dan disebarluaskan ke daerah sering berubah dan belum dapat diimplementasikan oleh propinsi dan kabupaten/kota kedalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis), sehingga penyelenggaraan pembangunan ketahanan pangan melalui berbagai kegiatan menjadi lamban dan kurang sinkron.

Terpaut dengan berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam kinerja pembangunan ketahanan pangan tahun 2012, dalam upaya peningkatan kinerja ke depan diperlukan berbagai perbaikan dan inovasi dengan pendekatan antara lain:

1. Membangun dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dalam upaya perwujudan ketahanan pangan, guna:

a. Menggalang dan mendorong terwujudnya komitmen nasional dalam mewujudkan ketahanan pangan dengan memfokuskan kebijakan dan arah pembangunan kepada kelompok rawan pangan dan miskin;

b. Menyediakan forum dialog untuk mencari solusi terbaik dalam mewujudkan tujuan pembangunan ketahanan pangan melalui: pertukaran informasi, pengalaman, ide, dan berbagai bentuk informasi lainnya;

c. Meningkatkan kualitas peran masing-masing pemangku kepentingan dalam memberikan kontribusi dan tanggungjawabnya dalam: mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga, meningkatkan komitmen dan aksi, pengembangan dan memobilisasi sumberdaya, serta partisipasi dalam memantau situasi ketahanan pangan rumah tangga;

d. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kerjasama aksi seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan ketahanan pangan.

2. Peningkatan peranan eksekutif dan legislatif dalam penentuan kebijakan ketahanan pangan wilayah, serta peningkatan pemahaman daerah dalam pembangunan ketahanan pangan melalui sosialisasi, advokasi, pemanfaatan multi media yang tersedia, seminar/workshop, penyebaran bahan informasi berupa booklet dan leaflet yang praktis tentang ketahanan pangan, dan lainnya. Selain itu, kemampuan dan kualitas SDM Aparat perlu ditingkatkan, dengan: pendidikan dan pelatihan, pengembangan jejaring kerja melalui akses informasi ketahanan pangan, serta pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan kegiatan 3. Mensinkronkan kebijakan pembangunan ketahanan pangan Pusat dan daerah untuk berbagai

a. Pemberdayaan dalam pengembangan teknologi spesifik lokasi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing sesuai dengan ekosistem setempat, memanfaatkan input yang tersedia dilokasi, dan memperhatikan keseimbangan lingkungan;

b. Penyediaan fasilitas petani dalam pengadaan sarana produksi, informasi pasar, permodalan, dan pengembangan kemitraan;

c. Revitalisasi kelembagaan dan sistem ketahanan pangan masyarakat, melalui pengembangan kegiatan pengembangan Demapan, pemanfaatan potensi bahan pangan sesuai sumberdaya wilayah, dan peningkatan mutu pangan berdasarkan budaya lokal sesuai perkembangan selera masyarakat yang dinamis;

d. Penganekaragaman pangan melalui optimasi peran subsistem produksi, subsistem pengolahan, dan subsistem pemasaran, dengan langkah operasionalisasi antara lain: sosialisasi; promosi dan publikasi; pemantapan ketahanan pangan; pemantapan koordinasi antar pemangku kepentingan (stakeholder); pemantapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi; pemberdayaan masyarakat dalam penganekaragaman konsumsi pangan; pengembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) bagi pengembangan diversifikasi pangan; serta pemantauan dan evaluasi

e. Akselerasi peningkatan mutu dan keamanan pangan secara terpadu antara Tim Pusat melalui: pembinaan dan pemantau ke daerah propinsi guna sinkronisasi dan koordinasi, sosialisasi mutu dan keamanan pangan, pembinaan dan pelatihan mutu dan keamanan pangan, pengawasan dan pengujian makanan segar dan olahan yang beredar di masyarakat; f. Perlindungan kepada petani dan industri pangan skala kecil;

4. Mengembangkan sistem kordinasi dan pembinaan dalam pemupukan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat yang bersifat pokok sesuai pola pangan setempat, guna mengantisipasi terjadinya kasus kalaparan dan gizi pada saat terjadinya bencana alam.

5. Meningkatkan sosialisasi, advokasi, dan pembinaan bagi daerah dalam mengimplementasikan berbagai Pedoman Umum yang disusun di pusat dan disebarluaskan ke daerah.

Dokumen terkait