• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1. Permasalahan Pembangunan

Permasalahan pembangunan merupakan permasalahan pada penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang relevan yang berdasarkan analisis yang merujuk pada identifikasi permasalahan pembangunan daerah. Pada bagian atau tahap perumusan isu-isu strategis, permasalahan-permasalahan pembangunan prioritas saja yang menjadi agenda utama rencana pembangunan daerah dalam 5 (lima) tahun kedepan.

Pada bidang pendidikan, Beberapa permasalahan yang cukup mendasar, antara lain (1) putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah karena bekerja membantu orang tua, (2) ketersediaan Ruang kelas untuk siswa SMP dan SMA belum berbanding lurus dengan jumlah lulusan. (3), kualitas dan relevansi serta tata kelola pendidikan belum sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dalam rangka peningkatan daya saing . Permasalahan bidang

kesehatan, antara lain : (1) belum optimalnya akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan, sebagai implikasi kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dasar, jumlah puskesmas beserta alat kesehatan, tenaga kesehatan dan jaminan pembiayaan kesehatan serta pemerataannya data ; (3) masalah apa .. Angka kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan yang masih relatif tinggi; Masalah masih kurangnya jumlah tenaga bidan desa dan layanan dasar bagi ibu hamil mengakibatkan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) melahirkan yang masih relatif tinggi; (4) Lingkungan hidup yang tidak sehat serta pola hidup yang tidak sesuai dengan sosial budaya serta agama penyebab tingginya kasus yang disebabkan oleh penyakit menular, seperti flu burung, AIDS, dan HIV positif.

Bidang Lingkungan Hidup, Tingkat cakupan pelayanan pengelolaan air limbah

domestik hingga akhir tahun 2012 secara umum masih rendah, dimana hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Meningkatnya pertumbuhan penduduk belum diimbangi oleh prasarana dan sarana air limbah; (3) Rendahnya kepedulian masyarakat dan swasta/dunia usaha terhadap bidang kesanitasian, (4). Rendahnya partisipasi sektor industri dalam program EPCM dan produksi bersih adalah penyebab tingkat pencemaran lingkungan di tujuh sungai utama Jawa Barat masih tinggi (4) Belum optimalnya pemanfaatan fasilitas pengolahan limbah yang ada. (5) serta belum optimalnya upaya penegakkan hukum di dalam memberikan efek shock theraphy terhadap pelaku pencemar.

Kondisi air tanah di Jawa Barat, beberapa cekungan air tanah kritis secara umum memperlihatkan kondisi ketersediaan air tanah yang semakin menurun dari tahun ke tahun sebagai implikasi dari meningkatnya pengambilan air tanah untuk keperluan industri, domestik, serta komersial. Permasalahan tersebut disebabkan oleh rendahnya partisipasi sektor industri dan masyarakat dalam mengembangkan sumur resapan dalam di kawasan industri dan perilaku pengguna yang tidak hemat air.

Jumlah emisi CO2 di Indonesia tergolong tinggi, jika tidak dilakukan mitigasi atau kegiatan berjalan seperti biasanya (business as usual), kondisi ini menjadi permasalahan dalam mengantisipasi perubahan iklim di Jawa Barat.

Permasalahan lingkungan lainnya yang dihadapi di Jawa Barat adalah belum tertanganinya kerusakan kawasan pesisir. Di wilayah pesisir utara Jawa Barat, kerusakan kawasan ditandai oleh kerusakan hutan bakau, abrasi pantai, penambangan pasir besi serta pendangkalan muara sungai yang berdampak pada produksi perikanan.

Bidang Pekerjaan Umum, Permasalahan pada aspek infrastruktur sumber daya air

dan irigasi, antara lain: (1) Potensi sumber daya air di Jawa Barat yang besar belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang kegiatan pertanian, industri, dan kebutuhan domestik; (2) Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dan sistem informasi sumber daya air dirasakan masih belum memadai; (3) Bencana banjir dan kekeringan juga masih terus terjadi antara lain akibat menurunnya kapasitas infrastruktur sumber daya air dan daya dukung lingkungan serta tersumbatnya muara sungai karena sedimentasi yang tinggi; dan (4) Kondisi jaringan irigasi juga belum memadai mengingat jaringan irigasi dalam kondisi rusak berat dan ringan masih sebesar 35%. Permasalahan Waduk Jatigede yang belum selesai pada beberapa periode pembangunan. Menyebabkan rasio jumlah irigasi yang kondisinya baik sangat rendah.

Masalah terbatasnya sumber air baku khususnya di wilayah perkotaan, tarif/retribusi air yang belum berorientasi pada cost recovery, masih rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana air minum, serta terbatasnya sumber dana yang dimiliki oleh pemerintah. menybabkan cakupan pelayanan air bersih perkotaan masih rendah. Rumah tangga yang menggunakan sumber air minum yang berasal dari air kemasan/ledeng/pompa masih rendah. Rendahnya cakupan pelayanan air minum disebabkan oleh masih tingginya angka kehilangan air (rata-rata 38%), terbatasnya sumber air baku khususnya di wilayah perkotaan, tarif/retribusi air yang belum berorientasi pada cost recovery, masih rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana air minum, serta terbatasnya sumber dana yang dimiliki oleh pemerintah.

Tingkat cakupan pelayanan pengelolaan air limbah domestik secara umum juga masih rendah, dimana hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Keterbatasan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana pendukung pengelolaan limbah domestik; (2) Meningkatnya pertumbuhan penduduk belum diimbangi oleh prasarana dan sarana air limbah yang memadai akibat terbatasnya dana pembangunan; (3) Rendahnya kepedulian masyarakat dan swasta/dunia usaha terhadap bidang kesanitasian; (4) Belum optimalnya pemanfaatan fasilitas pengolahan limbah yang ada. Pada Bidang Penataan Ruang,

Permasalahan penyimpangan pemanfaatan ruang ditunjukkan oleh tingginya alih fungsi lahan produktif karena (1) pengaruh kegiatan ekonomi, perkembangan penduduk maupun kondisi sosial budaya. (2) belum berfungsinya aspek pengendalian dalam pelaksanaan penataan ruang, serta terkait dengan kewenangan perijinan pemanfaatan ruang yang sepenuhnya berada di tingkat Kabupaten dan Kota (3) masih sering dilaksanakan sebagai bagian dari target Pendapatan Asli Daerah (PAD). (4) Selain itu keterpaduan RTRW Kabupaten dan Kota dengan RTRW Provinsi Jawa Barat masih perlu ditingkatkan. Integrasi antar provinsi baik PKN dan PKW masih rendah, Implementasi pengembangan PKN secara fungsi dan peran yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Jawa Barat belum optimal terutama yang terkait dengan skala kegiatan ekonomi, pelayanan infrastruktur, serta daya dukung dan daya tampung ruangnya. Sementara itu kondisi PKW secara umum menunjukkan masih diperlukan perbaikan dan dukungan bagi peningkatan kinerjanya di Jawa Barat.

BidangPerencanaan Pembangunan,Masalah optimalnya kebijakan umum anggaran pembangunan daerah hal ini terlihat dari jumlah silpa dari kegiatan masih sangat tinggi. Sinkronisasi antara rencana kerja pembangunan dengan dokumen recana tata ruang daerah belum optimal, serta Sinkronisasi antara rencana pembangunan daerah dengan anggaran pembangunan daerah belum maksimal terlihat dari adanya anggaran yang tidak tercantum dalam rencana.

BidangPerumahan,Untuk aspek perumahan, permasalahan yang mendasar adalah tingginya backlog rumah, masih adanya kawasan kumuh di wilayah perkotaan dan permukiman nelayan, dan implementasi pengembangan kasiba/lisiba di daerah masih cukup rendah. Adapun Bidang Kepemudaan dan Olahraga, Permasalahan pembangunan keolahragaan saat ini berkaitan dengan pembinaan olah raga yang belum tertata secara sistematis antara olahraga pendidikan di lingkungan sekolah, masyarakat, dan olahraga prestasi. Sedangkan permasalahan dibidang kepemudaan masih terbatasnya sarana dan prasana untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri. Sarana dan prasarana, atlit olahraga provinsi jawa barat belum sepenuhnya

Bidang Penanaman Modal, Iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing merupakan faktor penting untuk meningkatkan usaha ekonomi lokal dan kesempatan kerja. Permasalahan yang dihadapi dan perlu segera diselesaikan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing tinggi, di antaranya, adalah: (1) belum efisien dan efektifnya birokrasi, (2) belum adanya kepastian hukum dan kepastian berusaha serta jaminan keamanan berusaha dalam bidang penanaman modal, (3) kurang memadainya kapasitas dan kualitas infrastruktur untuk mendukung investasi yang sudah ada dan investasi baru.

Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan koperasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih belum optimal, sehingga perlu ditumbuh kembangkan.. Permasalahan dalam KUMKM adalah : (1) Rendahnya tingkat partisipasi anggota dalam pengembangan kegiatan usaha koperasi. (2) Keterbatasan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam mengakses peningkatan kapasitas SDM, akses pembiayaan, pasar, TTG, informasi dan kelembagaan.(3) Tingginya tingkat kredit konsumsi dibandingkan kredit investasi, sehingga menghambat kontribusi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terhadap pertumbuhan ekonomi yang menopang sektorriil (4) Era perdagangan bebas, menyebabkan lemahnya daya saing produk Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dibandingkan dengan produk impor. (5) Iklim usaha yang belum sepenuhnya memberikan dukungan terhadap pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinamika perkembangan penduduk Jawa Barat juga dipengaruhi oleh migrasi penduduk, yang terus meningkat dari waktu ke waktu, penduduk migran belum terdokumentasikan secara baik. Bidang Ketenagakerjaan,

Permasalahan ketenagakerjaan yang dihadapi Jawa Barat meliputi (1) Rendahnya kualitas tenaga kerja karena tingkat pendidikan masih rendah; (2) Jumlah angkatan kerja jauh lebih tinggi dibanding dengan kesempatan kerja; (3) Persebaran tenaga kerja yang tidak merata.

Bidang Ketahanan Pangan, Permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan dasar makanan pokok adalah Rendahnya akses masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan, merupakan pokok persoalan dalam pembangunan Ketahanan Pangan di Jawa Barat yang disebabkan: (1) Belum efektifnya pola pendistribusian dan sistem informasi harga pangan, sehingga pangan belum terdistribusikan dengan baik dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat atau belum merata. (2) Tingginya ketergantungan penduduk Jawa Barat terhadap pangan pokok beras, yang mencapai 112/kg/kapita/tahun, sementara penganekaragaman/diversifikasi pangan masih terbatas. (3) Rendahnya kemampuan daya beli masyarakat, khususnya mas yarakat yang hidup dalam kemiskinan. (5) Masih tingginya prosentase daerah rawan pangan.

Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemberdayaan perempuan masih sangat terbatas terutama yang terkait dengan kesempatan usaha, akses terhadap pendidikan, seringnya perempuan dan anak menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, serta belum optimalnya peran lembaga sosial masyarakat terhadap perlindungan perempuan dan anak.

BidangPerhubungan,Permasalahan perhubungan antara lain (1) transportasi darat : belum optimalnya tingkat kemantapan jalan, rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastuktur jaringan jalan penyebab jumlah kendaraan tidak berbanding lurus dengan jumlah sarana infrastruktur transportasi, kurangnya ketersediaan dan perlengkapan jalan dan fasilitas lalu lintas, belum optimalnya kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat pertukaran moda transportasi, dan jumlah pergerakan yang terjadi khususnya pergerakan di wilayah tengah Jawa Barat belum terakomodasikan dengan optimal; (2) Transportasi udara, antara lain: keberadaan bandar udara di Jawa Barat termasuk perintis masih belum memadai untuk menampung penumpang dan barang baik domestik maupun internasional; dan (3) Transportasi laut, antara lain: kondisi fisik pelabuhan dan fasilitas kurang memadai serta adanya keterbatasan pengembangan karena kondisi alam yang tidak mendukung, permasalahan lain yang mendasar adalah pembangunan Bandara Kertajati, Tol Seroja, Tol Cisundawu, Tol Ciawi – Sukabumi yang berlum selesai dalam beberapa periode pembangunan.

Bidang Komunikasi dan Informatika, Cepatnya pertumbuhan dunia komunikasi belum bisa di imbangi oleh masyarakat maupun pemerintah baik dilihat dari sisi infrastruktur maupun sumberdaya manusia serta kesiapan moral. Pada aspek telekomunikasi, cakupan layanan untuk infrastruktur telekomunikasi belum bisa menjangkau setiap pelosok wilayah. Khusus untuk layanan jasa telepon kabel untuk daerah kabupaten kondisi teledensitasnya masih rendah, terutama di wilayah perdesaan. Bidang

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri, Menurunnya partisipasi masyarakat dalam pemilu merupakan masalah dalam pembangunan politik yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu calon yang tidak layak, banyak terjadi kecurangan dan konflik, dan aspek kinerja yang buruk dari anggota DPRD/Eksekutif yang dipilih masyarakat. Permasalahan krisis kepercayaan terhadap pemerintah mengakibatkan berkurangnya kewibawaan pemerintah daerah dan rendahnya respon masyarakat dalam menangkal berbagai friksi sosial politik yang bernuansa kepentingan kelompok maupun golongan. Tingkat kriminalitas dan pelanggaran hukum lainnya masih tinggi mengingat Jawa Barat sebagai daerah penyangga ibu kota negara dan berada pada jalur lintas Jawa–Sumatera, salah satu penyebab karena kurangnya penanganan secara kuratif dibanding dengan upaya prepentif.

muncul, yaitu berkembangnya modus-modus kejahatan baru dengan memanfaatkan teknologi canggih.

Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian,Pembangunan Bidang Hukum terkendala pada proses demokratisasi yang mendorong penggantian berbagai aturan perundang-undangan di tingkat nasional pada akhirnya berdampak terhadap daerah. Berbagai perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah pusat pada implementasinya mengalami berbagai kendala karena belum didukung oleh sistem hukum yang mapan, aparatur hukum yang bersih serta prasarana dan sarana yang memadai. Akibatnya, penegakkan hukum menjadi lemah dan perlindungan hukum dan hak asasi manusia (HAM) belum dapat diwujudkan. Peraturan daerah masih banyak yang belum disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang baru, sehingga menghambat penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap pelayanan kepada masyarakat. Permasalahan lain adalah belum optimalnya kapasitas dan kompetensi aparat hukum baik secara kualitas maupun kuantitas dan lemahnya budaya hukum masyarakat.

Permasalahan yang masih ada dalam pembangunan Bidang Aparatur antara lain: kelembagaan pemerintah masih belum sepenuhnya berdasarkan prinsip organisasi yang efisien dan rasional, sehingga struktur organisasi kurang proporsional, sistem manajemen kepegawaian belum mampu mendorong peningkatan profesionalitas, kompetensi, dan remunerasi yang adil dan layak sesuai dengan tanggung jawab dan beban kerja. Peningkatan Kapasitas dan profesionalisme SDM aparatur melalui pendidikan dan pelatihan sebagai bagian dari pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah belum dilakukan secara terarah, terkoordinasi, terpadu, dan berkesinambungan. Sistem dan prosedur kerja di lingkungan aparatur negara belum efisien, efektif, dan berperilaku hemat. Praktek penyimpangan yang mengarah pada penyalahgunaan wewenang (korupsi) belum teratasi, dan pelayanan publik belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.

Dikaitkan dengan peningkatan daya guna kekayaan dan asset pemerintah daerah masih ditemukan permasalahan pendataan aset yang belum terselesaikan dan adanya asset-aset yang belum tersertifikasi karena berada pada penguasaan perorangan atau masyarakat. Selain itu, sumber pendapatan daerah relatif terbatas karena adanya peraturan baru yang cenderung mengurangi sumber pendapatan dan tidak diperkenankannya Pemerintah Daerah menggali sumber pendapatan lain di luar ketentuan yang berlaku.

Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Permasalahan yang dihadapi dalam bidang pemerintahan dan pembangunan desa antara lain masih rendahnya keterlibatan masyarakat perdesaan dalam kegiatan ekonomi produktif, yang disebabkan rendahnya kemampuan mengakses kesempatan berusaha, kurangnya kesempatan ekonomi dan

kesempatan berusaha, disebabkan oleh terbatasnya kepemilikan produktif, lemahnya sumberdaya modal usaha, terbatasnya pasar dan informasi pasar, serta rendahnya tingkat kewirausahaan.

Bidang Sosial, Permasalahan bidang sosial adalah adanya kecenderungan peningkatan

jumlah dan jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Hal ini tampak dari merebaknya kasus-kasus permasalahan sosial seperti perdagangan manusia (trafficking), HIV AIDS, dan penyalahgunaan narkoba, anak jalanan, fakir miskin gelandangan dan pengemis serta penyandang masalah sosial lainnya. Peran serta masyarakat dalam penanganan masalah sosial masih relatif rendah sebagai akibat pola pikir masyarakat yang masih menganggap tabu untuk mengungkap permasalahan sosial. Kondisi dinamis-multi dimensional yang melekat pada kemiskinan . penyebab masih tingginya jumlah penduduk miskin di Jawa Barat, sehingga perlu penanganan yang komprehensif dari berbagai pihak dengan berbagai program yang tepat pada sasaran. Jawa Barat memiliki struktur geologi yang bersifat kompleks menjadikan sebagian wilayahnya memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dari ancaman bencana alam. Sumber penyebab bencana lainnya adalah tingginya intensitas curah hujan yang memicu gerakan tanah terutama di wilayah Jawa Barat bagian selatan, serta banjir di wilayah pantai utara dan Cekungan Bandung.

Bidang Kebudayaan, Permasalahan bidang kebudayaan adalah masih rendahnya ketahanan budaya masyarakat, kuatnya pengaruh budaya asing / barat kepada generasi muda melalui perkembangan teknologi serta perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sehingga akan mengikis budaya lokal dan belum banyaknya pengakuan HAKI terhadap budaya Jawa Barat.

Bidang Statistik, Permasalahan menyangkut data yang di susun sebagai landasan dari pengambilan sebuah kebijakan. dalam menyusunan data baik primer maupun skunder yaitu dana dibutuhkan sangat mahal. BPS dalam hal ini merupakan instansi yang berwenang mengeluarkan data, akan tetapi tidak banyak data yang dikeluarkan BPS bisa memenuhi kebutuhan.

BidangKelautan dan Perikanan,Percepatan pembangunan perikanan dan kelautan dihadapkan kepada permasalahan yang perlu ditangani secara komprehensif, terarah dan berorientasi kedepan. Beberapa permasalahan yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha perikanan dan kelautan, yakni faktor Internal dan Eksternal.

Faktor Internal: (1) Penyediaan pakan dan benih dengan harga yang terjangkau melalui kerjasama pusat dan daerah (2) Pemberian kesempatan memperoleh dukungan permodalan untuk usaha perikanan (3) Meningkatkan penyediaan bahan baku dalam rangka optimalisasi kapasitas Unit Pengolahan Ikan. (5) akses terhadap pelatihan dan

perikanan (8) kurangnya kapasitas kelembagaan dan SDM penyuluh perikanan di provinsi dan kab/kota (9) kurangnya kapasitas kelembagaan Kelompok Usaha Kelautan dan Perikanan (KUKP) dan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) di daerah (10) kurangnya institusi karantina ikan melalui pembentukan check point di wilayah perbatasan antar provinsi (11) kurangnya kelembagaan pengelola kawasan konservasi perairan di daerah. Faktor eksternal: (1) Tata ruang dan pengendalian pencemaran belum kondusif. (2) Masalah keamanan dan kepastian serta penegakan hukum dalam berusaha masih lemah. (3) Kesadaran publik tentang arti penting dan nilai strategis sumberdaya perikanan dan kelautan masih rendah.

Bidang Pertanian, Permasalahan dalam pengembangan pertanian mencakup,

antara lain: (1) Pengembangan agroindustri yang belum optimal dalam pengolahan dan pemasaran; (2) Pengembangan pertanian masih bersifat parsial pada sistem pertanian; (3) belum siap dalam menghadapi persaingan global; (4) Ketersediaan input produksi pertanian relatif terbatas; (5) Kondisi infrastruktur jalan ke sentra produksi belum memadai; (6) tata niaga bahan pangan pokok belum terkendali dengan baik; (7) Semakin tingginya alih fungsi lahan; (8) Menurunnya kesuburan tanah (lahan) pertanian dan Kerusakan infrastruktur jaringan irigasi; (9) Menurunnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian TPH; (10). Aksesibilitas petani terhadap sarana produksi dan permodalan terbatas; dan (11) Tingkat kehilangan produksi hasil masih tinggi.

Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Permasalahan pada aspek infrastruktur listrik dan energi adalah rasio elektrifikasi rumah tangga belum memadai, permasalahanya adalah ketersediaan sarana jaringan listrik dari PLN belum maksimal serta penyediaan sumber-sumber energi alternatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) mikro hidro, surya, dan angin masih sangat terbatas. Eksploitasi sumber daya mineral di Jawa Barat terutama yang tergolong bahan Galian C, yaitu penambangan pasir dan batu di sepanjang alur sungai, basalt dan andesit dari daerah pegunungan, tanah lempung-liat dari endapan alluvial yang digunakan sebagai bahan dan/atau konstruksi bangunan dan juga batugamping. Penambangan emas dan perak dan sumber daya mineral lainnya di Jawa Barat masih terbatas. Eksploitasi minyak dan gas telah dilakukan di kawasan pantai utara antara Kabupaten Karawang dan Cirebon. Permasalahan eksploitasi bahan galian C, pasir besi dan kegiatan penambangan lainnya ialah sering menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan seperti hilangnya tegakan tumbuhan, tanah longsor, abrasi, erosi, sedimentasi/pendangkalan saluran dan sungai serta meningkatnya kekeruhan air.

BidangPariwisata, Potensi budaya dan keindahan alam di Jawa Barat belum digali dan dikembangkan secara optimal sebagai potensi wisata Jawa Barat. permasalahan yang dihadapi, antara lain, adalah (1) belum optimalnya pengembangan sistem informasi dan

pemanfaatan media elektronik sebagai sarana pemasaran dan promosi pariwisata; (2) lemahnya pengelolaan objek dan daya tarikwisata (ODTW); (3) belum meratanya pembangunan pariwisata, (5) belum optimalnya dukungan sektor lain dan kerjasama pelaku ekonomi, sosial, dan budaya dengan pelaku pariwisata dan masyarakat; serta (6) masih terbatasnya SDM yang profesional di bidang pariwisata; (7) Potensi Pariwisata yang sangan beragam jenis dan jumlahnya mencapai 510 objek mengakibatkan belum fokusnya perencanaan kepariwisataan. (8) Belum semua ODTW memiliki infrastruktur jalan yang memadai (9) Belum ditetapkan kawasan wisata unggulan di Jawa Barat, (10) Sarana prasarana di ODTW belum seluruhnya memadai (11) Masyarakat di sekitar ODTW belum sepenuhnya sadar wisata.

BidangPerdagangan,Pada sektor perdagangan, permasalahan yang dihadapi antara lain, adalah (1) masih lemahnya pengawasan di bidang ekspor dan impor; (2) masih terbatasnya sarana perdagangan/distribusi; (3) masih kurang memadainya jumlah maupun kualitas SDM; dan (4) masih adanya berbagai pungutan yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.

Dokumen terkait