• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan dalam Pengelolaan Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur untuk Kegiatan Pertanian Mungkur untuk Kegiatan Pertanian

commit to user Tabel 5.4. Mata Pencaharian Responden

C. Permasalahan dalam Pengelolaan Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur untuk Kegiatan Pertanian Mungkur untuk Kegiatan Pertanian

Permasalahan pengelolaan lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur untuk kegiatan pertanian merupakan permasalahan yang dihadapi responden dalam pengelolaan lahan pasang surut yang meliputi: permasalahan dalam mengajukan permohonan untuk mengelola lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian, permasalahan dalam menentukan lahan pasang surut yang boleh ditanami, permasalahan dalam menentukan jenis tanaman yang boleh ditanam pada lahan pasang surut, dan permasalahan dalam menggarap tanah. Ada atau tidak permasalahan yang dialami responden dalam pengelolaan lahan pasang

Pihak Perusahaan Umum Jasa Tirta memberikan sosialisasi mengenai pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian di tingkat Kecamatan Pihak kecamatan memberikan sosialisasi mengenai pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian yang telah disosialisasikan di tingkat kecamatan kepada pihak desa

Pihak desa bersama pengawas memberikan sosialisasi di dusun-dusun mengenai pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian kepada petani pengelola lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian

commit to user

surut untuk kegiatan pertanian berdasarkan penelitian di Desa Gebang dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14 Permasalahan yang dialami Responden dalam Mengajukan Permohonan Mengelola Lahan Pasang Surut, Menentukan Lahan Pasang Surut yang Boleh ditanami, Menentukan Jenis Tanaman yang Boleh ditanam pada Lahan Pasang Surut, dan Permasalahan dalam Menggarap Tanah

No Jenis Permasalahan Ada Permasalahan Tidak Ada Permasalahan Jumlah Persentase

(orang) (%) (orang) (%) Jumlah Persentase

1. Permasalahan dalam

mengajukan

permohonan untuk

mengelola lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian

0 0 40 100

2. Permasalahan dalam

pengelolaan lahan

pasang surut untuk kegiatan pertanian

a. Permasalahan dalam

menentukan daerah pasang surut yang boleh ditanami

0 0 40 100

b. Permasalahan dalam

menentukan jenis

tanaman yang boleh ditanam pada lahan pasang surut

0 0 40 100

c. Permasalahan dalam

menggarap tanah

lahan pasang surut 0 0 40 100 Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden (100%) mengatakan bahwa mereka tidak mengalami permasalahan dalam mengajukan permohonan untuk mengelola lahan pasang surut. Permohonan untuk mengelola lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian dilakukan dengan cara responden mendaftar secara langsung kepada pengawas lahan pasang surut, kemudian pengawas melakukan pendataan dan pengecekan lahan apakah masih terdapat lahan pasang surut yang kosong. Apabila masih terdapat lahan yang kosong, pengawas lahan pasang surut melaporkan kepada pihak terkait yaitu Perusahaan Umum Jasa Tirta untuk meminta ijin mengelola

commit to user

lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian. Setelah mendapatkan ijin dari pihak Perusahan Umum Jasa Tirta, maka responden langsung dapat mengelola lahan pasang surut tersebut untuk kegiatan pertanian dengan memperhatikan ketentuan pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian yang sudah ditetapkan.

Sebanyak 40 responden (100%) mengatakan bahwa mereka tidak mengalami permasalahan dalam menentukan lahan yang boleh ditanami, karena lahan yang ditanami sudah ditentukan oleh pengawas lahan pasang surut sehingga masyarakat yang ingin mengelola lahan tinggal mendaftar dan menentukan letak lahan yang akan dikelola.

Sebanyak 40 responden (100%) tidak mengalami permasalahan dalam menentukan jenis tanaman yang akan ditanam pada lahan pasang surut, karena tanaman yang diperbolehkan untuk ditanam pada lahan pasang surut menurut responden sesuai dengan kebutuhan responden. Tanaman yang ditanam oleh responden adalah padi.

Sebanyak 40 responden (100%) tidak mengalami permasalahan dalam penggarapan tanah, karena ketentuan yang ditetapkan mengenai cara penggarapan tanah pada lahan pasang surut menurut responden sudah sesuai dengan yang responden lakukan, sehingga responden tidak mengalami permasalahan dalam penggarapan tanah. Tanah yang digarap oleh responden landai/datar, penggarapan tanah secara terasering, responden membuat batas lahan garapan dengan galengan, dan responden juga membuang sampah sisa tanaman ke luar dari wilayah waduk. Biasanya responden yang mempunyai hewan ternak, sisa tanaman oleh responden dibawa pulang untuk pakan ternak. Tetapi, bagi responden yang tidak mempunyai hewan ternak sisa tanaman tersebut dijual. Responden melakukan olah tanah dengan menggunakan traktor.

Menurut pengawas lahan pasang surut Desa Gebang, masalah pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian yang sering terjadi adalah pada waktu air pasang besar, hal tersebut dapat menyebabkan tanaman yang belum waktu panen tergenang air sehingga tidak bisa panen. Tetapi,

commit to user

masyarakat (responden) tidak menganggap itu sebagai suatu permasalahan karena mereka sudah menyadari bahwa itu sudah menjadi resiko yang harus mereka hadapi dalam pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian dan masyarakat (responden) sudah ikhlas apabila tanamannya tergenang air.

Sebenarnya, pihak pengelola waduk yaitu Perusahaan Umum Jasa Tirta sudah mengantisipasi apabila air sudah melebihi 136 meter di atas permukaan air laut, maka pintu air keluar waduk akan dibuka. Tetapi, terkadang pintu air tidak dapat segera dibuka karena kondisi bawah (DAS Bengawan Solo) dalam keadaan penuh (banjir), sehingga pihak Perusahaan Umum Jasa Tirta tidak berani membuka pintu air. Hal tersebut yang dapat menyebabkan tanaman pada lahan pasang surut tergenang air.

commit to user

D. Manfaat Pengelolaan Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur untuk Kegiatan Pertanian

Manfaat pengelolaan lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur untuk kegiatan pertanian merupakan manfaat yang dirasakan responden dalam pengelolaan lahan pasang surut yang meliputi: manfaat terhadap kehidupan sosial, manfaat terhadap ekonomi, dan manfaat terhadap lingkungan sekitar waduk. Ada atau tidak manfaat yang dirasakan responden dalam pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Gebang dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15 Manfaat Pengelolaan Lahan Pasang Surut untuk Kegiatan Pertanian terhadap Kehidupan Sosial Responden, Ekonomi Responden dan Lingkungan

No Jenis Manfaat Jumlah Persentase Ada Manfaat Tidak Ada Manfaat (orang) (%) (orang) (%) Jumlah Persentase 1. Manfaat sosial

a. Teknologi pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian yang ditetapkan dapat diterima dengan baik oleh responden

b. Tidak pernah terjadi konflik dalam pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian 40 100 40 100 0 0 0 0 2. Manfaat ekonomi a. Terdapat keuntungan dari pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian b. Hasil pengelolaan lahan pasang surut dapat untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari hari 40 100 9 22,5 0 0 31 77,5 3. Manfaat lingkungan: Pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian tidak menyebabkan pendangkalan waduk (sedimentasi) 40 100 0 0

commit to user

Berdasarkan Tabel 5.15 dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden (100%) mengatakan bahwa pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian bermanfaat terhadap kehidupan sosial responden. Responden mengatakan bahwa teknologi pengelolaan lahan pasang surut yang ditentukan dapat diterapkan dan diterima dengan baik oleh responden karena sudah sesuai dengan yang biasa mereka lakukan, dengan teknologi yang ada dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian responden dalam pelestarian fungsi Waduk Gajah Mungkur. Sebanyak 19 responden (47,5%) mengatakan bahwa teknologi pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian yaitu mengenai cara panen dahulu kurang dapat diterima dengan baik oleh responden. Karena cara panen yang dilakukan pada lahan pasang berbeda dengan cara panen yang dilakukan pada lahan bukan pasang surut, cara panen pada lahan pasang surut adalah dengan memangkas batang tepat di atas permukaan tanah. Cara tersebut dianggap di luar kebiasaan responden, tetapi sekarang responden sudah terbiasa dengan cara panen yang dilakukan pada lahan pasang surut sehingga teknologi tersebut dapat diterima dan diterapkan dengan baik oleh responden.

Selain itu berdasarkan Tabel 5.15 juga dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden (100%) mengatakan bahwa selama melakukan pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian tidak pernah terjadi konflik diantara pengelola lahan pasang surut, karena dalam pengelolaan lahan pasang surut responden sudah mempunyai bagian lahan garapan masing-masing. Walaupun luas lahan pasang surut yang dikelola berbeda-beda, responden tidak mempunyai rasa iri karena lahan yang dikelola sudah sesuai dengan kemampuan mereka, sehingga tidak terjadi perebutan lahan yang dapat menyebabkan konflik.

Berdasarkan Tabel 5.15 dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden (100%) mengatakan bahwa pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian bermanfaat terhadap ekonomi responden. Pengelolaan lahan pasang surut masih memberikan keuntungan bagi responden. Sebanyak 9 responden (22,5%) mengatakan bahwa hasil dari pengelolaan lahan pasang surut untuk

commit to user

kegiatan pertanian dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan sebanyak 31 responden (77,5%) mengatakan bahwa hasil dari pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian tidak dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, karena lahan pasang surut yang dikelola hanya sedikit sehingga hasil yang diperoleh hanya dapat digunakan untuk menambah mencukupi kebutuhan sehari-hari. Keuntungan rata-rata yang diperoleh responden dalam satu kali musim tanam dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16 Keuntungan Rata-rata Pengelolaan Lahan Pasang Surut yang diperoleh Responden Luas Lahan (m2) Keuntungan (Rp) 500 260 250 1000 597 450 1500 1.203 650 2000 1.874 900 2500 2.484 150 3000 2.450 350 4000 2.881 800 5500 4.769 450 6000 5.347 700

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 5.15 sebanyak 40 responden (100%) mengatakan bahwa pengelolaan lahan pasang surut bemanfaat terhadap lingkungan sekitar waduk. Responden mengatakan bahwa pengelolaan lahan pasang surut untuk kegiatan pertanian yang mereka lakukan dapat mengurangi pendangkalan (sedimentasi) waduk, karena tanaman yang mereka tanam pada lahan pasang surut sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan sehingga tidak menyebabkan pendangkalan waduk dan seresah sisa tanaman oleh responden dibawa pulang untuk pakan ternak dan untuk dijual agar pada saat air pasang seresah sisa tanaman tidak hanyut terbawa air ke waduk.

commit to user