• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN HUKUM ATAS PEMBERIAN REHABILITASI

D. Manfaat Pemberian Rehabilitasi Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana

1. Permasalahan Substansi Hukum Pemberian Rehabilitasi Yang

Membicarakan tentang putusan pengadilan, termasuk putusan pengadilan terhadap kasus-kasus anak, tentu tidak lepas dari administrasi peradilan. Dalam proses peradilan pidana anak, tahapan-tahapan yang dilakukan dari awal ketika anak diselidik dan disidik aparat kepolisian pada tingkat pra ajudikasi sampai pada vonis pengadilan, tentu pada garis besarnya sama yang dilakukukan terhadap orang dewasa yang melakukan kejahatan. Sebenarnya, terhadap kasus penyalahgunaan narkoba yang dilakukan, akan lebih bijak kalau hakim menjatuhkan putusan berupa rehabilitasi, karena ada kerugian-kerugian yang muncul apabila dijatuhkan pidana penjara.

Anak pelaku penyalahguna narkotika yang dijatuhkan pidana penjara merupakan bentuk pengabaian terhadap hak-hak sipil bagi anak untuk dapat mengembangkan dirinya secara sehat dan berkualitas, dapat menghambat

perkembangan fisik, sosial, dan terutama mental anak secara baik dan benar, dapat terkontaminasi dari teman-teman sesama anak didik pemasyarakatan yang memang mempunyai bakat kriminal, dan dari sudut kelembagaan bahwa lembaga pemasyarakatan tentu akan bertambah beban.

Berdasarkan tipologi korban yang diidentifikasi menurut keadaan dan status korban, yaitu:117

1. Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pelaku dan menjadi korban karena memang potensial.

2. Provocative victims, yaitu seseorang atau korban yang disebabkan peranan korban untuk memicu terjadinya kejahatan.

3. Participating victims, yaitu seseorang yang tidak berbuat, akan tetapi dengan sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban.

4. Biologically weak victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki kelemahan yang menyebabkan ia menjadi korban.

5. Sosially weak victims, yaitu mereka yang memiliki kedudukan sosial yang lemah yang menyebabkan ia menjadi korban.

6. Self victimizing victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang dilakukannya sendiri.

Anak pelaku tindak pidana dan pecandu narkotika merupakan self victimizing victims, karena pecandu narkotika menderita sindroma ketergantungan akibat dari penyalahgunaan narkotika yang dilakukannya sendiri. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika menyatakan bahwa “pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi terhadap anak pecandu narkotika adalah suatu proses pengobatan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan, dan masa menjalani

117 Rena Yulia, Viktimologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), hlm. 53-54

rehabilitasi tersebut diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.118 Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan pecandu narkotika ke dalam tertib sosial agar tidak lagi melakukan penyalahgunaan narkotika.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, terdapat setidaknya dua jenis rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pasal 1 butir 16 Undang Undang Nomor 35 tahun 2009 menyatakan bahwa

“rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.” Pasal 1 butir 17 Undang Undang Nomor 35 tahun 2009 menyatakan bahwa “rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental, maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.”

Amir Syarifudin menyatakan bahwa pidana penjara tidak akan membawa perubahan ke dalam diri pengguna narkoba. Solusi terbaik adalah merehabilitasi pengguna narkoba agar mereka menjadi sadar dan bisa berubah, dan memang itulah menjadi tujuan penjatuhan pidana bagi pengguna narkoba, agar sanksi yang dijatuhkan lebih bermanfaat bagi mereka dan bukan sanksi yang berupa pembalasan.

Tentu alam fikiran yang serupa ini adalah akibat pengaruh aliran modern atau positif dimana payung filsafatnya adalah determinstis.

118 Pasal 103 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Ada beberapa landasan pemikiran yang melatarbelakangi seorang pengguna narkoba mendapatkan hak untuk direhabilitasi, yaitu:

1. Bahwa setiap korban berhak atas hak-haknya sebagai korban.

2. Bahwa hak atas pemulihan korban salah satunya adalah hak rehabilitasi.

3. Bahwa istilah rehabilitasi adalah istilah yang sudah umum digunakan bila menyangkut pada pemulihan/reparasi korban, baik oleh hukum nasional maupun oleh hukum internasional

4. Bahwa istilah rehabilitasi yang digunakan sebagai salah satu hak pemulihan dari korban baik dalam hukum nasional maupun dalam hukum internasional, dari definisi yang ada tidak ditemukan indikasi pelemahan hak-hak korban ataupun penurunan derajat korban sebagai manusia. Justru sebaliknya pengertian rehabilitasi yang ada secara substansial adalah dalam upaya menjunjung harkat dan martabat korban sebagai manusia.119

Dalam ketentuan sistem peradilan pidana anak dijelaskan mengenai pemberian rehabilitasi didasarkan pada:

(1) Selain hak yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 89, anak sebagai korban dan anak sebagai saksi berhak atas:

a. Upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, baik di dalam lembaga maupun di luar lembaga.

b. Jaminan keselamatan, baik fisik, mental, maupun sosial, dan

c. Kemudahan dalam mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.120

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan hak anak sebagai korban dan anak sebagai saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan presiden.

Masyarakat juga dapat berperan serta dalam perlindungan anak mulai dari pencegahan sampai dengan reintegrasi sosial anak dengan cara:

a. Menyampaikan laporan terjadinya pelanggaran hak anak kepada pihak yang berwenang.

119 Badan Narkotika Nasional, Surat Edaran Mahkamah Agung Pemakai Narkoba Perlu Direhabilitasi Bukan Dipenjara, Jurnal BBNN, Edisi 2 tahun 2009, (Jakarta: BNN, 2009), hlm. 5

120 Pasal 90 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

b. Mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan anak.

c. Melakukan penelitian dan pendidikan mengenai anak.

d. Berpartisipasi dalam penyelesaian perkara anak melalui diversi dan pendekatan keadilan restoratif.

e. Berkontribusi dalam rehabilitasi dan reintegrasi sosial anak, anak korban dan/atau anak saksi melalui organisasi kemasyarakatan.

f. Melakukan pemantauan terhadap kinerja aparat penegak hukum dalam penanganan perkara anak, atau

g. Melakukan sosialisasi mengenai hak anak serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan anak.121

Rehabilitasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menaggulangi penyalahgunaan narkotika. Upaya ini merupakan upaya atau tindakan alternatif, karena pelaku penyalahgunaan narkotika juga merupakan korban kecanduan narkotika yang memerlukan pengobatan atau perawatan. Pengobatan atau perawatan ini dilakukan melalui fasilitas rehabilitasi. Penetapan rehabilitasi bagi pecandu narkotika merupakan pidana alternatif yang dijatuhkan oleh hakim dan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.

2. Permasalahan Pada Aparat Penegak Hukum Mengenai Perbedaan