• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permendagri Nomor 77 Tahun 2014

Dalam dokumen DAFTAR ISI. DAFTAR ISI ii (Halaman 37-40)

INDEKS KINERJA LEMBAGA DEMOKRASI

CAPAIAN KINERJA SASARAN

26 Permendagri Nomor 77 Tahun 2014

Perubahan Atas Permendagri Nonor 26 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Permendagri No. 26 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan

Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik

15-25 Provinsi Cukup Baik

Sumber data: Bagian Perundang-Undangan dan Kepegawaian, Desember 2014

Berdasarkan data tersebut diatas, telah dilakukan analisis dan pembobotan berdasarkan pada masing-masing kebijakan/regulasi yang dihasilkan Direktorat Jenderal

Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri LAKIP 2014

35

Kesatuan Bangsan dan Politik selama kurun waktu 2010-2014 dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kategori Kebijakan/Regulasi yang dilaksanakan Pemerintah daerah dan Pemangku Kepentingan Lainnya

No. Nilai Kebijakan/Regulasi yang dilaksanakan

Daerah Kategori Nilai

1. > 25 Provinsi Baik

2. 15-25 Provinsi Cukup Baik

3. 10-15 Provinsi Kurang

4. < 10 Provinsi Buruk

Dari total 26 peraturan yang dihasilkan selama kurun waktu 2010-2014 terdapat 10 peraturan yang telah diimplementasikan dan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya melalui berbagai regulasi yang ada di daerah baik dalam bentuk penyusunan Peraturan Daerah maupun penyusunan RPJMD, Renstrada dan Rencana Kerja Daerah yaitu sebanyak lebih dari 25 Provinsi dengan penilaian kategori “baik”. Adapun provinsi yang belum optimal melaksanakan implementasi terkait 10 (sepuluh) kebijakan/regulasi bidang kesatuan bangsa dan politik yaitu Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Kalimantan Utara. Sedangkan 10 (sepuluh) peraturan bidang kesatuan bangsa dan politik lainnya dilaksanakan oleh 15-25 Provinsi dengan penilaian kategori “cukup baik”. Provinsi yang menindaklanjuti terkait dengan peraturan tersebut yaitu Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan Lampung, Aceh, Bali, Gorontalo, NTT, Maluku Utara, Kepri, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan kemudian terkait dengan 5 peraturan yang terbit tahun 2013 dan 2014 berada pada kategori penilaian “kurang” sebagai akibat dari peraturan tersebut ditindaklanjuti oleh 10 provinsi dalam bentuk penyusunan rencana kerja daerah yaitu melalui kegiatan sosialisasi di daerah. Terkait dengan 1 peraturan yaitu Permendagri No. 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika hanya ditindaklanjuti oleh kurang dari 10 Provinsi yaitu BNNP Jawa Barat, BNNP DKI Jakarta sebagai akibat peraturan dimaksud baru terbit pada tahun 2013 dan baru efektif dilakukan sosialisasi pada TA 2014.

Adapun metode yang digunakan dalam rangka pengumpulan data dan Informasi terkait implementasi kebijakan/regulasi bidang kesatuan bangsa dan politik yaitu melalui review media dan dokumen perencanaan daerah (RPJMD, Renstrada dan Rencana Kerja Daerah); penyebaran kuesioner pada saat pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional bidang Kesatuan Bangsa dan Politik terakhir dilaksanakan pada tanggal 27-30 Januari 2013 dan 5-7

Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri LAKIP 2014

36

Desember 2013 di Jakarta; wawancara mendalam kepada pejabat terkait di daerah; dan monitoring dan evaluasi secara terus menerus melalui berbagai kegiatan di daerah.

Dari sisi capaian kinerja dari jumlah 26 regulasi/kebijakan bidang kesbangpol yang telah dihasilkan selama kurun waktu 2010-2014 dapat dikatakan tercapai 96,15% atau terealisasi 76,92% dari target 80% yang telah ditetapkan di dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra). Hal tersebut sebagai akibat terdapat 6 peraturan perundangan yang dikeluarkan tahun 2013 dan 2014 belum maksimal terimplementasi di daerah, sehingga hanya kurang dari 10 provinsi yang menindaklanjuti dalam bentuk pelaksanaan sosialisasi di daerah.

Adapun permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja implementasi kebijakan/regulasi bidang kesbangpol sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal yaitu:

1. Kurangnya koordinasi dan sinkronisasi serta konsolidasi dalam implementasi kebijakan/peraturan perundangan-undangan. Hal ini juga disebabkan adanya kekosongan dalam penyelenggaraan urusan-urusan lintas sektor yang tidak ditangani secara utuh oleh salah satu instansi termasuk SKPD Kesbangpol di daerah;

2. Masih adanya tumpang tindih peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Implementasi/tindaklanjut terkait peraturan perundang-undangan bidang kesbangpol di daerah mengalami kesulitan dikarenakan adanya “political will” Kepala Daerah yang berbeda-beda dalam presepsinya serta belum adanya komitmen pemangku kepentingan; 4. Terbatasnya kemampuan APBD dan SDM yang memadai dalam rangka sosialisasi dan

monitoring pelaksanaan peraturan perundang-undangan tersebut terutama untuk Kabupaten/Kota;

5. Belum adanya penegasan untuk penyesuaian struktur organisasi/nomenklatur Kesbangpol Provinsi/Kabupaten/Kota dimana didalam amanat PP 38 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kesbangpoldagri merupakan salah satu urusan wajib namun dalam PP No. 41 Tahun 2007 masih disebutkan nomenklatur Kesbangpol dan Linmas sementara amanat PP No. 6 Tahun 2010 bahwa linmas penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Satpol PP, terkait hal tersebut PP No. 41 Tahun 2007 perlu direvisi kembali.

Langkah-langkah yang perlu diambil dalam pemecahan permasalahan tersebut diatas adalah:

1. Perlu pengaturan yang lebih tegas terkait penyelenggaraan urusan kesbangpol dalam konteks urusan pemerintahan umum sehingga dapat dilaksanakan secara lintas sektor. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan urusan tersebut maka diperlukan penataan kembali pada organisasi penyelenggara urusan di pusat maupun di daerah. Gubernur, Bupati dan Walikota selain selaku kepala daerah juga perlu ditempatkan sebagai wakil pemerintah di wilayah (Kepala Wilayah) sehingga dapat meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi serta

Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri LAKIP 2014

37

konsolidasi pemerintahan di daerah. Untuk mendukung tugas Kepala Wilayah dimaksud, perlu dibantu oleh unit kerja aparatur pusat yang menangani urusan tersebut;

2. Inventarisasi data yang akurat terkait kebijakan/peraturan perundangan Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik;

3. Perlunya sosialisasi dan pemahaman terhadap pejabat politik di daerah terutama kepada Kepala Daerah;

4. Perlunya simplifikasi dalam rangka penyusunan kebijakan/peraturan perundang-undangan sehingga tidak terjadi duplikasi/tumpang tindih antara satu kebijakan/peraturan dengan kebijakan/peraturan lain;

5. Perlunya peningkatan kegiatan seperti pelaksanaan Bimbingan Teknis, Pendidikan dan Pelatihan, Rapat Koordinasi dan Seminar yang melibatkan Kesbangpol Provinsi/Kabupaten/Kota;

6. Penyesuaian kembali terkait struktur organisasi maupun nomenklatur Kesbangpol yang ada di Provinsi/kabupaten/Kota sehingga ada kejelasan baik secara hierarki maupun tupoksinya dengan harapan hal tersebut akan mampu memperjelas dalam penyusunan kebijakan maupun perbaikan mekanisme, prosedur penyelenggaraan kebijakan publik;

7. Pemantauan dan monitoring secara berkala terhadap implementasi pelaksanaan kebijakan/peraturan perundangan oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

SASARAN 3

Meningkatnya komunikasi dan dialog yang konstruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian persoalan kemasyarakatan

CAPAIAN KINERJA SASARAN

Tabel 3.5

Pengukuran Kinerja Sasaran 3

Meningkatnya komunikasi dan dialog yang konstruktif antar anggota masyarakat dalam penyelesaian persoalan kemasyarakatan

No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

1. Persentase forum dialog publik yang

Dalam dokumen DAFTAR ISI. DAFTAR ISI ii (Halaman 37-40)

Dokumen terkait