• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUH

6.3. Produktivitas Gula Hablur Indonesia

6.6.3. Permintaan Gula Domestik

Permintaan gula domestik merupakan persamaan identitas dari penjumlahan permintaan gula rumahtangga dan permintaan gula industri. Secara matematis persamaan identitas dari permintaan gula domestik dapat dirumuskan sebagai berikut :

QDGTt = QDGRt + QDGIt

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi permintaan gula rumahtangga atau permintaan gula industri akan mempengaruhi permintaan gula domestik. Selanjutnya perubahan permintaan gula domestik akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

6.7. Volume Impor Gula

Koefisien determinasi (R2) dari persamaan volume impor gula sebesar 0.76155. Hal ini berarti bahwa 76.155 persen keragaman volume impor gula dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 23.845 persen keragaman volume impor gula dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen volume impor gula yaitu dengan nilai prob-F sebesar <.0001 (Tabel 26).

Tabel 28. Hasil Estimasi Parameter Volume Impor Gula di Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob > T Nama Variabel SR LR Intercept 934125.9 - - 0.0807 Intercept

QDGT 0.39981 1.21453 - 0.0035 Permintaan gula domestik (Ton)

PMER -0.10443 -0.60490 - 0.0006 Perkalian harga riil gula impor dengan nilai tukar riil (Rp/Ton)

LTMGT -30161.5 -0.39574 - 0.0087 Tarif impor gula tahun sebelumnya (%)

R-Sq 0.76155 F Value 19.16

Adj R-Sq 0.72181 Pr > F <.0001

DW Stat 1.9906 DH Stat - Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15

Hasil estimasi parameter volume impor gula menunjukkan bahwa dari tiga variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, seluruhnya berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Ketiga variabel penjelas tersebut yaitu permintaan gula domestik, harga riil gula impor yang dikali dengan nilai tukar riil, dan tarif impor gula tahun sebelumnya.

Permintaan gula domestik berpengaruh positif terhadap volume impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.39981. Hal ini berarti bahwa peningkatan permintaan gula domestik sebesar satu ton akan meningkatkan volume impor gula sebesar 0.49404 ton, ceteris paribus. Respon permintaan gula domestik bersifat elastis dalam jangka pendek yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 1.21453 artinya jika permintaan gula domestik naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume impor gula sebesar 1.21453 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus. Harga riil gula impor yang dikali dengan nilai tukar riil berpengaruh secara negatif terhadap volume impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.10443. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula impor sebesar Rp 1/ton akan menurunkan volume impor gula sebesar 0.10443 ton, ceteris paribus. Tarif impor gula tahun sebelumnya berpengaruh secara negatif terhadap volume impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 30161.5. Hal ini berarti bahwa peningkatan tarif impor gula tahun sebelumnya sebesar satu persen akan menurunkan volume impor gula sebesar 30161.5 ton, ceteris paribus.

6.8. Harga Riil Gula Impor

Koefisien determinasi (R2) dari persamaan harga riil gula impor sebesar 0.93559. Hal ini berarti bahwa 93.559 persen keragaman harga riil gula impor dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 6.441 persen keragaman harga riil gula impor dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel- variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen harga riil gula impor yaitu dengan nilai prob-F sebesar <.0001 (Tabel 27).

Hasil estimasi parameter harga riil gula impor menunjukkan bahwa dari tiga variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, seluruhnya berpengaruh

nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Ketiga variabel penjelas tersebut yaitu pertumbuhan volume impor gula, harga riil gula dunia, dan harga riil gula impor tahun sebelumnya.

Tabel 29. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Gula Impor di Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob > T Nama Variabel SR LR Intercept -301.300 - - 0.0202 Intercept

GMGTT 0.07070 0.01690 0.05135 0.1121 Pertumbuhan volume impor gula (%)

PWGR 1.30219 0.63423 1.92750 0.0064 Harga riil gula dunia (US$/Ton)

LPMGR 0.67096 - - <.0001 Harga riil gula impor tahun sebelumnya (US$/Ton)

R-Sq 0.93559 F Value 87.15

Adj R-Sq 0.92485 Pr > F <.0001

DW Stat 1.6784 DH Stat 0.8131

Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15

Pertumbuhan volume impor gula berpengaruh positif terhadap harga riil gula impor dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.07070. Hal ini berarti bahwa peningkatan pertumbuhan volume impor gula sebesar satu persen akan meningkatkan harga riil gula impor sebesar 0.07070 US$/ton, ceteris paribus. Harga riil gula dunia berpengaruh positif terhadap harga riil gula impor dengan nilai koefisien dugaan sebesar 1.30219. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula dunia sebesar 1 US$/ton akan meningkatkan harga riil gula impor sebesar 1.30219 US$/ton, ceteris paribus. Respon harga riil gula dunia bersifat bersifat inelastis dalam jangka pendek, namun bersifat elastis dalam jangka panjang yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 1.92750 artinya jika harga riil gula dunia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan harga riil gula impor sebesar 1.92750 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Variabel harga riil gula impor tahun sebelumnya berpengaruh nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga riil gula impor memerlukan tenggat waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik dan dunia.

6.9. Harga Riil Gula di Tingkat Konsumen

Koefisien determinasi (R2) dari persamaan harga riil gula di tingkat konsumen sebesar 0.75090. Hal ini berarti bahwa 75.090 persen keragaman harga riil gula di tingkat konsumen dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 24.910 dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen harga riil gula di tingkat konsumen yaitu dengan nilai prob-F sebesar <.0001 (Tabel 28). Tabel 30. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Gula Tingkat Konsumen di

Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob > T Nama Variabel SR LR Intercept 469104.1 - - 0.2551 Intercept

LQSGT -0.08379 -0.07787 -0.16078 0.3354 Penawaran gula Indonesia tahun sebelumnya (Ton) QDGT 0.65029 0.47967 0.99033 0.0216 Permintaan gula domestik

(Ton)

LPKGR 0.51565 - - 0.0134 Harga riil gula di tingkat konsumen tahun sebelumnya (Rp/Ton)

R-Sq 0.75090 F Value 18.09

Adj R-Sq 0.70939 Pr > F <.0001

DW Stat 2.1864 DH Stat -

Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15

Hasil estimasi parameter harga riil gula di tingkat konsumen menunjukkan bahwa dari tiga variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, terdapat dua variabel yang berpengaruh nyata yaitu permintaan gula domestik dan harga riil gula di tingkat konsumen tahun sebelumnya. Penawaran gula Indonesia tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap harga riil gula di tingkat konsumen pada taraf α sebesar 15 persen.

Permintaan gula domestik berpengaruh positif terhadap harga riil gula di tingkat konsumen dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.65029. Hal ini berarti bahwa peningkatan permintaan gula domestik sebesar satu ton akan meningkatkan harga riil gula di tingkat konsumen sebesar Rp 0.65029/ton, ceteris paribus. Variabel harga riil gula di tingkat konsumen tahun sebelumnya berpengaruh nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga riil gula di tingkat konsumen

memerlukan tenggat waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik dan dunia.

Penawaran gula Indonesia tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap harga riil gula di tingkat konsumen. Hal ini berarti peningkatan penawaran gula Indonesia tidak menjadi tolak ukur bagi peningkatan harga riil gula di tingkat konsumen.

6.10. Harga Riil Gula di Tingkat Pedagang Besar

Koefisien determinasi (R2) dari persamaan harga riil gula di tingkat

pedagang besar sebesar 0.58735. Hal ini berarti bahwa 58.735 persen keragaman harga riil gula di tingkat pedagang besar dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 41.265 persen keragaman harga riil gula di tingkat pedagang besar dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen harga riil gula di tingkat pedagang besar yaitu dengan nilai prob-F sebesar 0.0002 (Tabel 29). Tabel 31. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Gula Tingkat Pedagang

Besar di Indonesia Tahun 1990-2012

Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob > T Nama Variabel SR LR Intercept 1753341 - - 0.0110 Intercept

PKGR 0.33486 0.35990 0.48455 0.0004 Harga riil gula di tingkat konsumen (Rp/Ton) LPBGR 0.25724 - - 0.0677 Harga riil gula di tingkat

pedagang besar tahun sebelumnya (Rp/Ton)

R-Sq 0.58735 F Value 13.52

Adj R-Sq 0.54391 Pr > F 0.0002

DW Stat 1.7594 DH Stat 0.8904

Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15

Hasil estimasi parameter harga riil gula di tingkat pedagang besar menunjukkan bahwa dari dua variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, seluruhnya berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Kedua variabel penjelas tersebut yaitu harga riil gula di tingkat konsumen dan harga riil gula di tingkat pedagang besar tahun sebelumnya.

Harga riil gula di tingkat konsumen berpengaruh positif terhadap harga riil gula di tingkat pedagang besar dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.33486.

Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula di tingkat konsumen sebesar Rp 1/ton akan meningkatkan harga riil gula di tingkat pedagang besar sebesar Rp 0.33486/ton, ceteris paribus. Variabel harga riil gula di tingkat pedagang besar tahun sebelumnya berpengaruh nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga riil gula di tingkat pedagang besar memerlukan tenggat waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik dan dunia.

6.11. Harga Riil Gula di Tingkat Petani

Koefisien determinasi (R2) dari persamaan harga riil gula di tingkat petani

sebesar 0.74574. Hal ini berarti bahwa 74.574 persen keragaman harga riil gula di tingkat petani dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 25.426 persen keragaman harga riil gula di tingkat petani dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen harga riil gula di tingkat petani yaitu dengan nilai prob-F sebesar <.0001 (Tabel 30).

Tabel 32. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Gula Tingkat Petani di Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob > T Nama Variabel SR LR Intercept 516406.7 - - 0.2016 Intercept

PBGR 0.75396 0.81837 0.86992 <.0001 Harga riil gula di tingkat pedagang besar (Rp/Ton) LPPGR 0.05925 - - 0.3340 Harga riil gula di tingkat

petani tahun sebelumnya (Rp/Ton)

R-Sq 0.74574 F Value 27.86

Adj R-Sq 0.71897 Pr > F <.0001

DW Stat 2.0306 DH Stat -0.0932

Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15

Hasil estimasi parameter harga riil gula di tingkat petani menunjukkan bahwa dari dua variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, terdapat satu variabel yang berpengaruh nyata yaitu harga riil gula di tingkat pedagang besar. Harga riil gula di tingkat petani tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap harga riil gula di tingkat petani pada taraf α sebesar 15 persen.

Harga riil gula di tingkat pedagang besar berpengaruh positif terhadap harga riil gula di tingkat petani dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.75396. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula di tingkat pedagang besar sebesar Rp 1/ton akan meningkatkan harga riil gula di tingkat petani sebesar Rp 0.75396/ton, ceteris paribus.

Dokumen terkait