• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Aspek Pasar

6.1.1. Permintaan dan Penawaran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Number One Fish Farm permintaan hanya untuk benih patin yang berukuran 2 cm. Berdasarkan wawancara dengan penanggung jawab produksi Number One Fish Farm, permintaan tersebut belum mampu terpenuhi oleh perusahaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal dan jumlah akuarium yang dimiliki perusahaan. Number One Fish Farm berencana menambah akuarium menjadi 70, yang kondisi awal perusahaan hanya memiliki akuarium sebanyak 60. Satu akuarium dapat menghasilkan 5000 ekor benih. Sehingga dalam satu periode, perusahaan mampu menghasilkan 300.000 benih. Dengan penambahan akuarium maka perusahaan mampu menambah 50.000 ekor benih patin, sehingga total benih yang diperoleh dalam satu periode menjadi 350.000. Dalam satu periode ada dua bulan, jadi dalam satu tahun ada enam periode produksi benih patin.

Permintaan benih patin terhadap perusahaan sebanyak 400.000 benih, sedangkan perusahaan saat ini hanya mampu memenuhi permintaan sebanyak 300.000 benih patin. Selisih antara permintaan dan penawaran yang terjadi saat ini yaitu sebesar 100.000 benih ikan per periode. Dengan penambahan akuarium perusahaan dapat memenuhi setengah dari selisih penawaran dan permintaan

benih patin tersebut. Kekurangan yang masih belum terpenuhi menjadi salah satu peluang besar bagi Number One Fish Farm yang nantinya akan dimanfaatkan.

Target pasar Number One Fish Farm sendiri hanya untuk memenuhi permintaan nasional saja. Benih patin dipasarkan di luar pulau Jawa yaitu ke Palembang, Lampung, Medan, dan Kalimantan. Sedangkan daerah Jawa barat dipasarkan ke waduk Jati Luhur dan waduk Saguling, sedangkan Jawa Timur tepatnya di Tulung Agung. Sejauh ini Number One Fish Farm menjual hasil produknya kepada konsumen yang mengambil langsung ke perusahaan. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Number One Fish Farm dalam penetapan harga sama untuk semua pelanggan. Sistem pembayaran dilakukan di Number One Fish Farm saat pembeli mengambil benih ikan patin. Resiko pengiriman benih jika terjadi kematian benih patin maka perusahaan tidak bertanggung jawab, karena telah ada kesepakatan diawal oleh pembeli.

6.1.2. Strategi Pemasaran

Number One Fish Farm tidak melakukan promosi baik di media cetak maupun media elektronik dalam memasarkan produknya, tetapi dilakukan melalui penjualan langsung ke konsumen yang selanjutnya menjadi pelanggan tetap perusahaan. Strategi yang dilakukan oleh Number One Fish Farm adalah dengan

personal selling yang dilakukan hanya melalui para petani sejenis.

Produk yang dihasilkan oleh Number One Fish Farm hanya benih ikan patin yang berukuran 2 cm. Setelah benih telah mencapai ukuran 2 cm, benih langsung dijual kepada pelanggan. Perusahaan akan mengetahui pendapatan yang diterima dengan melakukan penetapan harga jual. Number One Fish Farm menetapkan harga jual benih ikan patin yang berukuran 2 cm sebesar Rp 100,00 per ekor.

Berdasarkan hasil dari analisis aspek pasar yang terdiri dari permintaan dan penawaran, produk, dan harga bahwa usaha pembenihan ikan patin yang dilakukan Number One Fish Farm layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan permintaan benih ikan patin yang tinggi menyebabkan berapapun jumlah benih yang dihasilkan maka benih akan habis terjual.

6.2. Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan penyediaan input usaha dan output produksi berupa barang dan jasa. Hasil penelitian di lapangan dan beberapa literatur menyebutkan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan input utama yaitu dari segi lahan, indukan, bahan baku, proses produksi dan sumberdaya manusia.

6.2.1 Lokasi Usaha

Pemilihan lokasi merupakan faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan dalam pengusahaan benih ikan patin. Lokasi usaha terletak di Kapling Uska, Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah sebagai berikut: 1) Ketersediaan Bahan Baku

Number One Fish Farm dalam melakukan usahanya mendapatkan pengadaan sarana produksinya diperoleh dari Jawa Barat. Bahan baku utama yang digunakan oleh Number One Fish Farm berupa ikan induk jantan dan betina. Untuk harga indukan ikan patin jantan sebesar Rp 15.000 /kg, sedangkan untuk indukan betina Rp 25.000/kg. Pengadaan sarana produksi yang berasal dari Bogor adalah sarana yang hanya bersifat pendukung diantaranya pengadaan pakan ikan (pelet dan artemia), selang air, kompor gas, alat pemeliharaan larva, alat suntik, pompa air, genset,obat-abatan dan blower.

2) Tenaga Listrik, Air dan Kondisi Alam

Tenaga listrik yang digunakan untuk kegiatan produksi benih ikan patin sudah menjangkau lokasi usaha. Sehingga untuk penggunaan listrik tidak ada masalah. Tenaga listrik untuk usaha ini berasal dari PLN dan jika terjadi gangguan listrik maka antisipasi dengan menggunakan genset.

Sementara untuk ketersediaan air dalam kegiatan budidaya ikan patin sangat melimpah di sekitar lokasi usaha. Pada kegiatan pembenihan ikan patin, air yang digunakan adalah ait tanah. Hal ini sangat membantu. Kualitas air yang memenuhi persyaratan untuk usaha pembenihan ikan patin yaitu dengan pH 6,5- 7,5. Kegiatan pembenihan tidak dapat dilakukan dengan pH di bawah 6,5 karena telur tidak dapat menetas sempurna dan banyak parasit maupun mikroba air yang

mengganggu perkembangan benih ikan patin. Kondisi iklim di daerah Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea cukup mendukung untuk dilakukan pengusahaan benih ikan patin. Suhu untuk kegiatan budidaya ikan patin berkisar 29-31ºC.

3) Suplai Tenaga Kerja

Number One Fish Farm dikelola oleh satu penanggung jawab produksi dan satu karyawan tetap bagian produksi. Tenaga kerja di Number One Fish Farm tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Karyawan yang bekerja di Number One Fish Farm berasal dari penduduk sekitar didirikannya usaha pembenihan ikan patin.

4) Fasilitas Transportasi

Lokasi usaha Number One Fish Farm terletak diperkampungan namun telah memiliki fasilitas jalan aspal. Untuk alat transpotasi tersedia ojek dan angkutan umum (angkot). Lokasi Number One Fish Farm sekitar sekitar 600 meter dari jalan Desa Ciampea yang dilewati jalur angkutan umum.

6.2.2. Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan oleh Number One Fish Farm hanya terfokus pada kegiatan pembenihannya saja. Setelah benih patin berukuran 2 cm kemudian benih dijual.

6.2.2.1. Kegiatan Pembenian Ikan Patin

Pada pengusahaan pembenihan ikan patin, kegiatan yang dilakukan adalah penebaran induk, pemeliharaan dan pemijahan induk untuk menghasilkan benih yang berukuran 2 cm. Tahapan kegiatan pembenihan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pemiliharaan Calon Induk

Pengelolaan induk memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan. Induk yang baik adalah modal dasar untuk mencapai keberhasilan dalam memproduksi benih. Induk patin yang baik untuk dipijahkan adalah induk yang telah berumur antara 2,5 – 5 tahun dengan berat antara 3 – 6 Kg. Induk ukuran ini mudah ditangani, memerlukan sedikit hormon dan tingkat ovulasinya lebih tinggi dibanding dengan induk yang lebih tua dan berukuran lebih besar.

Kualitas air ideal untuk induk patin yaitu pada suhu antara 25 – 30 ºC, pH 6,0 – 8,5 dan kandungan oksigen terlarut minimal 4 mg/L.

2. Pengelolaan Pakan Induk

Waktu pemberian pakan tidak hanya untuk memberi pakan tetapi juga waktu untuk mengamati dan mengevaluasi kondisi ikan dan air. Pakan yang diberikan jangan terlalu banyak atau sampai tersisa karena akan menyebabkan turunnya kualitas air. Pakan yang umum diberikan pada induk patin adalah pelet komersial dengan kadar protein 30 – 35 %. Jumlah pemberian pakan maksimum adalah 2 - 3 % dari berat tubuh dan diberikan 2 - 3 kali perhari pada pagi, sore dan atau malam hari.

3. Persiapan Induk

Sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, hal pertama yang dipersiapkan adalah jumlah induk yang akan disuntik. Setelah diketahui jumlah induk yang akan direncanakan untuk disuntik maka dua hari sebelum induk diseleksi induk dipuasakan terlebih dahulu. Jika induk tidak di puasakan dan dipaksakan diseleksi maka akan dapat menyebabkan induk luka dan stres, yang akhirnya akan menyebabkan gagalnya ovulasi telur.

4. Seleksi Induk

Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan, langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan sehingga harus dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Pada umumnya, induk betina yang telah matang gonad memiliki ciri- ciri yang mudah dibedakan dengan induk jantan. Postur tubuh induk betina cenderung melebar dan pendek, perut lembek, halus dan membesar kearah anus. Urogenital membengkak dan membuka serta berwarna merah tua.

Gambar 5. Kelamin Induk Betina Gambar 6. Kelamin Induk Jantan Sedangkan postur tubuh induk jantan relatif lebih langsing dan panjang, apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan putih kental (cairan sperma).

5. Penyuntikan Hormon

Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur sperma dan telur. Bahan yang digunakan merangsang ovulasi pada ikan patin yang sudah dikenal seperti ovaprim. Standar dosis ovaprim yang diberikan untuk induk betina adalah 0,5 ml/kg sedangkan untuk induk jantan adalah 0,2 ml/kg. Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali pada bagian intramuscular di punggung atas kanan/kiri sudut penyuntikan 45º, dengan interval waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6-12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian lagi diberikan pada penyuntikan kedua. Setelah penyuntikan kedua, 6-8 jam kemudian dilakukan pengecekan ovulasi induk, pengecekan ini akan menentukan saat pengeluaran telur untuk proses pembuahan. Bila pengeluaran telur dilakukan sebelum ovulasi (terlalu cepat waktu), maka pengeluaran telur tidak akan lancar dan biasanya persentase keberhasilan pembuahan akan rendah. Sedangkan bila terlalu lambat, pembuahan biasanya juga gagal karena air sudah masuk ke dalam kantung telur yang menyebabkan lubang mikrofil pada telur sudah tertutup. Pengecekan ovulasi dilakukan dengan cara melakukan pengurutan pada bagian dekat urogenital secara perlahan dan hati-hati.

Gambar 7. Penyuntikan 6. Stripping

Jika induk siap ovulasi, tahapan selanjutnya adalah stripping, proses

stripping sampai memasukan telur kedalam corong penetasan harus dilakukan dengan cepat dan lembut. Setelah enam jam penyuntikan kedua dilakukan pengecekan terhadap induk betina apakah sudah ovulasi atau belum. Langkah pertama yang dilakukan adalah pembiusan terhadap induk. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam proses pengecekan dan mengurangi tingkat stres pada ikan. Pembiusan dilakukan dengan menggunakan benzocaine dengan dosis 100 ppm. Setelah induk terbius langkah selanjutnya adalah pengecekan ovulasi, ovulasi dilakukan dengan cara mengurut perut induk ikan dari arah perut ke lubang genital, langkah ini dilakukan dengan hati-hati, waktu stripping yang tepat adalah pada saat telur keluar ketika dilakukan pemijatan yang lembut pada bagian perut dan jangan melakukan pijatan yang keras atau dipaksakan.

Gambar 8. Induk Betina Saat Stripping Gambar 9. Induk Jantan Saat Stripping

7. Inseminasi Buatan

Pembuahan buatan dilakukan dengan cara mencampur telur dan sperma dengan larutan sodium 0,9 % dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu ayam. Tujuan pencampuran larutan sodium ini adalah untuk mengencerkan sperma agar telur dapat tercampur secara lebih merata. Setelah diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah selanjutnya adalah

pencampuran larutan tanah merah yang berguna untuk menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna hingga telur tidak menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan larutan tanah merah pada telur dilakukan beberapa kali pembilasan menggunakan air bersih hingga telur bersih sempurna. Telur yang telah bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong penetasan.

Gambar 10. Pencampuran Telur dan Sperma 8. Pemanenan Larva

Larva mulai menetas setelah kurang lebih 20 jam setelah inseminasi. Larva menetas tidak bersamaan tetapi secara bertahap, pemanenan larva dilakukan 24 – 28 jam setelah inseminasi. Larva yang menetas didalam corong penetasan akan bergerak mengikuti aliran air kedalam bak penampungan dimana dalam bak telah dipersiapkan dipasang hapa halus untuk menampung larva kemudian larva dipanen dengan cara diambil dengan seser halus secara hati-hati dan perlahan.

Gambar 11. Panen Larva 9. Perawatan Larva

Pemeliharaan larva dan benih ikan patin sebaiknya dilakukan dalam ruangan tertutup agar dapat dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminan yang dapat masuk kedalam media pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan larva

dapat terdiri dari berbagai macam jenis mulai dari akuarium, bak fiber, bak semen maupun bak kayu, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah kebersihan dan ukuran wadah. Padat tebar larva adalah sekitar 60-80 ekor/liter. Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian air media pemeliharaan larva sebaiknya tidak terlalu dalam atau tinggi, idealnya adalah 20-40 cm bila terlalu tinggi akan menyulitkan larva dalam mengambil oksigen dari udara, karena ikan patin sesekali akan mengambil oksigen dari udara meskipun kandungan oksigen terlarut dalam air cukup karena diberikan aerasi.

Larva dipelihara selama empat hari, dimana larva ikan akan mencapai ukuran 2 cm inchi setelah berumur 19 hari, larva ikan diberikan pakan artemia dari umur 30 jam hingga empat hari. Frekwensi pemberian pakan berupa artemia sebanyak lima kali dengan interval waktu empat jam sekali. Pada hari kedua dan ketiga sebaiknya frekwensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi enam kali dengan interval waktu empat jam sekali, hal ini dikarenakan pada umur tersebut tingkat kanibalisme larva tinggi, sedangkan pada hari ke empat frekwensi pemberian pakan kembali diturunkan menjadi lima kali dengan interval waktu empat jam sekali. Setelah berumur lebih dari lima hari larva diberikan pakan pengganti berupa cacing sutera (tubifek), cacing sutera yang diberikan harus dicincang terlebih dahulu hal ini karena ukuran mulut larva yang masih terlalu kecil.

Suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan patin adalah antara 29-30ºC, selama pemeliharaan larva dilakukan pembersihan sisa pakan dan feces secara rutin, penambahan dan pergantian air dapat dilakukan setelah empat hari pemeliharaan dan dilakukan secara rutin minimal setiap dua hari sekali atau sesuai dengan kebutuhan.

10.Panen

Panen dilakukan setelah benih berukura 2 cm atau setelah berumur 21 hari. Kegiatan panen dilakukan dengan menggunakan alat berupa serokan. Ikan disortir dan dihitung dengan menggunakan centong. Kemudian benih ikan patin tersebut dikemas ke dalam kantong plastik. Benih yang akan dipacking harus dipuasakan terlebih dahulu, bila benih tidak dipuasakan kemungkinan besar benih akan mengalami stres dan memuntahkan makanan yang telah dimakannya, sehingga

kotoran dapat menurunkan kualitas air. Benih harus dipuasakan sekitar 24 jam sebelum dipacking, benih ikan juga harus dalam keadaan baik dan sehat agar tetap hidup sampai ke tempat tujuan.

Dalam kantong plastik ukuran 40 cm x 50 cm biasanya bisa menampung 1.000 ekor benih ikan patin. Kantong tersebut diberi oksigen sekitar 25 persen dari isi kantong. Untuk menjaga benih ikan patin tidak berkumpul pada salah satu ujung kantong plastik, maka plastik-plastik tersebut diikat dengan cara khusus. Kedua ujung plastik tersebut diikat kemudian plastik tersebut dibalikkan dan dilapisi kembali dengan plastik yang lain, sehingga satu kantong plastik wadah benih ikan patin terdiri dari dua plastik. Untuk pengiriman diluar pulau Jawa biasanya menggunakan jasa pengiriman kargo yang sebelumnya harus dikemas dengan menggunakan Styrofoam pada tingkat pemeliharaan.

Gambar 12. Benih Ikan Patin Yang siap Kirim

Dari beberapa tahapan kegiatan usaha pembenihan ikan patin, yang paling banyak menyerap waktu adalah proses perawatan larva. Dimana pada fase tersebut terdapat banyak serangan hama dan penyakit yang disebabkan oleh mikroba. Hal ini membutuhkan ketelatenan para pekerja dalam pemberian obat- obatan dan pergantian air. Tingkat mortalitas pada tingkat pemeliharaan larva yaitu sekitar 20 persen dari total larva yang dipelihara.

Hasil analisis aspek teknis usaha pembenihan ikan patin Number One Fish Farm adalah layak untuk dijalankan. Dalam hal ini tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan usaha pembenihan ikan patin tersebut mulai dari ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, transportasi, ketersediaan listrik, air maupun kondisi alam.

6.3. Aspek Manajemen

Aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Aspek ini meneliti sistem manajerial suatu usaha. Struktur organisasi digolongkan menjadi empat macam yaitu sistem lini, fungsional, divisional, dan matriks. Sistem lini biasanya terdapat pada perusahaan kecil dengan skala industri rumah tangga. Demikian pula dengan struktur organisasi di Number One Fish Farm termasuk dalam organisasi lini dan masih tergolong sederhana. Number One Fish Farm dibangun oleh Bapak Arman dan sekaligus sebagai pemilik modal. Tetapi penanggungjawab produksi dipegang oleh Bapak Ardi yang dibantu oleh satu orang karyawan yang bertanggungjawab dalam pemeliharaan. Dimulai dari mengganti air, memberi pakan dan memelihara benih hingga siap dipanen. Karyawan diberi tempat tinggal yang dekat dengan usaha pembenihan sehingga memudahkan untuk menjaga benih agar tetap baik. Karyawan bekerja selama 24 jam, dan baru dapat upah setelah panen. Upah yang diperoleh karyawan adalah hasil panen dikali Rp 10. Sedangakan pendapatan yang diterima oleh Bapak Arman dan Bapak Ardi diperoleh dari laba bersih yang diterima perusahaan kemudian dibagi dua. Secara struktural keorganisasian di Number One Fish Farm dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Struktur Organisasi Number One Fish Farm

Number One Fish Farm cukup layak untuk dijalankan dilihat dari aspek manajemen. Usaha ini masih tergolong usaha rumah tangga yang belum memiliki struktur organisasi formal, namun untuk pembagiaan tugas di Number One Fish

Kepala Perusahaan

Manajer Produksi

Farm sudah jelas antara pemilik, penanggung jawab produksi serta karyawan bagian pemeliharaan, baik wewenang dan tanggung jawabnya.

6.4. Aspek Sosial

Usaha pembenihan ikan patin di Number One Fish Farm yang berlokasi di Desa Cihideung Ilir memiliki peran penting terhadap kehidupan sosial masyarakat sekitar. Kegiatan pembenihan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk sekitar lokasi pembenihan, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan taraf pendapatan masyarakat di sekitar lokasi. Penyerapan tenaga kerja tidak terlalu mempermasalahkah tingkat pendidikan akan tetapi kemauan dari pekerja untuk belajar dan jujur terhadap perusahaan. Dilihat dari aspek sosial, pengusahaan ikan patin di Number One Fish Farm layak untuk dijalankan karena kegiatan usaha ini juga dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. 6.5. Aspek Lingkungan

Usaha ini tidak memberikan dampak buruk bagi masyarakat sekitar. Hal ini karena buangan atau limbah dari kegiatan usaha hanya berupa air bekas pemijahan atau pemeliharaan benih yang dibuang kedalam selokan sehingga air tersebut tidak mencemari lingkungan dan tidak merugikan masyarakat sekitar. Dilihat dari aspek Lingkungan usaha pembenihan ikan patin Number One Fish Farm layak untuk dijalankan karena tidak menimbulkan limbah yang dapat mengganggu lingkungan sekitar.

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Usaha pembenihan ikan patin yang dilakukan Number One Fish Farm merupakan suatu kegiatan yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Suatu usaha yang baru dilakukan perlu dikaji perhitungan keuangannya secara terperinci tentang kelayakan usaha, sehingga diperlukan perhitungan yang tepat dalam penggunaan sumberdaya yang ada.

Analisis kelayakan ini berkaitan dengan keputusan investasi agar mendapatkan keuntungan yang maksimal dan menghindari adanya pemborosan sumberdaya. Kriteria yang digunakan dalam perhitungan meliputi NPV, Net B/C, IRR, Payback period serta analisis sensitivitas. Berdasarkan informasi yang didapat dari pihak penanggung jawab produksi bahwa umur usaha pembenihan ikan patin yaitu selama lima tahun, hal ini berdasarkan atas umur ekonomis induk jantan.

Dokumen terkait