• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.6 Permodalan

Dalam melaksanakan aktivitas usahanya Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) menggunakan modal sendiri yaitu yang berasal dari Bapak Prastiyo,Spt sebagai pemilik utama. Hal inilah yang membuat perusahaan tidak memiliki ketergantungan terhadap lembaga keuangan. Namun, karena modal hanya berasal dari pemilik usaha membuat modal yang dimiliki oleh PPBT manjadi terbatas.

5.7 Hubungan Kerjasama

Dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) menjalin hubungan kerjasama dengan beberapa pihak yaitu :

1. Pemasok, hubungan kerjasama yang terjalin dengan pemasok saat ini terutama dalam penyediaan bahan baku pembuatan pakan. Seperti jagung pipil, konsentrat, dedak, dan bahan tambahan pakan.

2. Peternak mitra, hubungan kerjasama yang terjalin antara PPBT dengan para peternak skala rumah tangga membentuk suatu pola kemitraan. PPBT akan menjual dan menyediakan bibit dan pakan puyuh kepada peternak mitra. Selanjutnya, peternak mitra harus menjual telur yang dihasilkannya kepada PPBT.

3. Pelanggan, hubungan kerjasama yang terbangun dengan pelanggan yaitu berkaitan dengan pemasaran telur puyuh yang dihasilkan. Pelanggan dari PPBT adalah pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan yang akan menjual kembali telur yang dibeli dari PPBT kepada konsumen akhir.

5.8 Unit Bisnis Perusahaan

5.8.1 Unit Bisnis Budidaya Puyuh Petelur

Unit bisnis budidaya puyuh petelur ini merupakan bisnis utama dari PPBT. Perusahaan mampu menghasilkan telur puyuh sebanyak 255.000 butir per bulan. Produksi telur puyuh PPBT akan terus meningkat seiring dengan penambahan jumlah populasi puyuh yang dikelola oleh PPBT. Selain menghasilkan produk utama berupa telur puyuh, unit bisnis ini juga menghasilkan produk sampingan yaitu kotoran puyuh yang dapat dijual sebagai pupuk untuk pertanian. Penjualan produk sampingan berupa kotoran puyuh ini secara langsung akan menghasilkan tambahan pendapatan bagi PPBT.

5.8.2 Unit Bisnis Puyuh Pembibit

Usaha budidaya puyuh pembibit atau pengadaan bibit puyuh petelur dimulai sejak Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) mendapatkan kesulitan untuk mensdapatkan bibit puyuh dari Golden Quail, Slamet Quail Farm di daerah Cikembar Sukabumi dan dari peternakan puyuh di Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dikarenakan terjadinya serangan penyakit di daerah peternakan tersebut. Sehingga pasokan untuk bibit puyuh PPBT menjadi semakin berkurang.

Atas dasar pertimbangan bahwa PPBT akan terus membutuhkan bibit puyuh untuk melakukan perluasan usaha maka PPBT mulai melakukan usaha pembibitan sendiri. Sampai saat ini PPBT telah memiliki populasi puyuh pembibit sebanyak 840 ekor dan 9000 ekor Day Old Quail (DOQ) atau dara siap bertelur. Pada awalnya usaha pembibitan puyuh ini hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Namun, banyaknya permintaan bibit puyuh oleh para peternak skala rumah tangga membuat PPBT semakin serius untuk menekuni usaha ini. Selain itu keberadaan unit usaha puyuh pembibit ini juga merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh PPBT untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemasok dan memperbanyak kemitraan dengan peternak skala rumah tangga yang membutuhkan bibit puyuh dan akhirnya akan menjual telur yang dihasilkannya kepada PPBT.

5.8.3 Unit Bisnis Pakan Ternak

Unit bisnis pakan ternak menghasilkan produk pakan puyuh yang pada awalnya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pakan puyuh PPBT. Namun, berdasarkan pertimbangan bahwa mesin pakan untuk memproduksi pakan puyuh juga bisa digunakan untuk memproduksi pakan ayam petelur, baik ayam ras maupun ayam buras petelur maka PPBT juga memproduksi pakan untuk ayam. Hal ini juga atas pertimbangan adanya permintaan pakan ayam yang datang ke PPBT.

Walaupun pada awalnya PPBT hanya memproduksi pakan puyuh untuk kebutuhan pribadi namun kini PPBT juga mulai menjual pakan puyuh yang dihasilkan kepada peternakan puyuh yang ada di daerah Sukabumi dan Bogor. Bahkan keberadaan unit bisnis ini juga menjadi salah satu strategi yang dimanfaatkan pihak PPBT untuk menambah mitra bisnisnya. Hal ini karena pihak PPBT akan mensupplai kebutuhan pakan peternak puyuh dan peternak puyuh yang mendapatkan supplai pakan dari PPBT harus menjual telur yang dihasilkan melalui PPBT.

Pakan yang dihasilkan oleh PPBT berupa pakan tepung (mash) karena puyuh ataupun ayam petelur lebih menyukai pakan yang berbentuk tepung (mash). Pakan yang diproduksi oleh PPBT terbuat dari beberapa campuran bahan baku yaitu jagung giling, dedak padi, konsentrat ransum ayam petelur, tepung

ikan, dan bahan tambahan pakan (feed additive). Teknologi produksi yang digunakan oleh PPBT untuk memproduksi pakan masih menggunakan teknologi sederhana karena belum menggunakan teknologi semi modern seperti penggunaan mesin pengaduk (mixer). Tahapan proses produksi pakan pada PPBT dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.9Strategi Pemasaran Perusahaan

Strategi pemasaran perusahaan merupakan bagian terpenting dalam melakukan kegiatan pemasaran dan sangat berperan dalam menentukan kesuksesan suatu perusahaan. Hal ini karena strategi pemasaran merupakan aturan main yang digunakan perusahaan sepanjang periode yang akan datang. Strategi pemasaran menggambarkan rencana permainan untuk mencapai sasaran perusahaan atau sasaran produk atau pasar. Analisis strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) dilakukan dengan menganalisis unsur strategi persaingan dari PPBT dan bauran pemasararan yang dilakukan oleh PPBT.

5.9.1 Unsur Strategi Persaingan

Unsur strategi persaingan perusahaan meliputi tiga aspek yaitu segmentasi pasar, targeting dan positioning. Analisis unsur strategi persaingan Peternakan Puyuh Bintang Tiga adalah sebagai berikut :

1. Segmentasi

Telur puyuh termasuk makanan yang digemari oleh berbagai konsumen dan dapat diterima oleh berbagai pasar konsumen. Oleh karena itu kegiatan segmentasi pasar menjadi satu hal yang penting untuk dilakukan agar proses pemasaran dapat berjalan dengan efisien sehingga akan menghasilkan profit yang menguntungkan perusahaan. Segmentasi adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah ( Rangkuti, 2006). Segmentasi yang dilakukan oleh PPBT yaitu dengan membagi konsumen berdasarkan wilayah geografisnya hal ini bertujuan untuk mempermudah proses pendistribusian telur. Segmentasi geografis ini akan membagi konsumen dari PPBT menjadi konsumen yang berada di daerah Bogor, Jakarta, Tanggerang, Bekasi dan luar Jabotabek. Selain segmentasi geografis PPBT juga membagi konsumen berdasarkan tingkat penggunaan konsumen yaitu konsumen akhir yang akan mengkonsumsi telur puyuh sendiri, pedagang pengecer (reseller) yang akan

menjual kembali telur yang dibelinya, Bandar pedangan asongan yang akan menjual kembali telur puyuh setelah melakukan proses pengolahan ( dijual dalam bentuk telur puyuh rebus), home industry yang menjadikan telur puyuh sebagai bahan baku.

2. Targeting

Setelah melakukan segmentasi pasar atau membagi pasar kedalam kelompok – kelompok tertentu langkah selanjutnya adalah memilih satu segmen sebagai target pasar dari PPBT. Sebagai langkah awal PPBT memilih target pasar utama yaitu pedagang pengecer (reseller) dan bandar pedagang asongan yang berada di wilayah Bogor. Pemilihan target pasar ini berdasarkan pertimbangan permintaan pedagang pengecer (reseller) dan bandar pedagang asongan lebih banyak kuantitasnya dan lebih kontinyu permintaannya jika dibandingkan dengan konsumen akhir atau home industry seperti catering yang permintaannya lebih sedikit dan hanya pada waktu – waktu tertentu saja. Sedangkan pemilihan wilayah Bogor sebagai target pasar awal adalah atas pertimbangan kemudahan dalam proses pendistribusian produk. Selain itu, pemilihan pasar di wilayah Bogor sebagai langkah awal juga dikarenakan produk telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT belum mencukupi jika mengambil target pasar yang lebih luas. Namun, seiring dengan pengembangan usaha yang terus dilakukan untuk jangka panjang PPBT akan membidik wilayah pasar yang lebih luas yaitu wilayah pasar Jabotabek.

3. Positioning

Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan Positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen (Rangkuti, 2006). Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) menentukan posisi pasar produk telur puyuh yang dihasilkannya sebagai produk telur puyuh yang berkualitas dan bermutu baik. Posisi pasar yang ditetapkan oleh PPBT ini didukung oleh adanya keseragaman bentuk, keselarasan cangkang telur serta besar telur yang dihasilkan oleh perusahaan merata sehingga kualitas telur yang dihasilkan oleh PPBT dapat diklasifikasikan sebagi telur yang berkualitas.

5.9.2 Bauran Pemasaran Perusahaan

Unsur - unsur bauran pemasaran secara garis besar terdiri dari bauran produk (Product), harga (price), tempat (Place) dan promosi (promotion). Strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) adalah sebagai berikut :

1. Strategi Produk (Product)

Strategi produk mencakup keputusan yang terorganisir tentang bauran produk diantaranya Keragaman produk, kualitas, desain, ciri, merek, kemasan, ukuran pelayanan, garansi, dan imbalan. Amir (2005) mendefinisikan produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan kepada pasar agar dapat dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka. Jenis produk utama yang dihasilkan oleh PPBT adalah telur puyuh yang dikemas dalam peti kayu dan dus. Mutu dan kualitas produk yang dihasilkan oleh PPBT memiliki kelebihan jika ditinjau dari segi tampilan produk yang bagus, ukuran dan besar telur yang dihasilkan merata, tidak terdapat kecacatan pada produk yang dihasilkan.

Dalam memasarkan produk yang dihasilkannya PPBT menggunakan peti kayu yang berkapasitas 1200 butir dan dus yang berkapasitas 750 butir. Pemilihan penggunaan peti kayu dan dus disesuaikan dengan target pasar dari PPBT yaitu pedagang pengecer (reseller) dan bandar pedagang asongan sehingga penggunaan peti dan dus ini dirasakan telah sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2. Strategi Harga (Price)

Harga adalah satu – satunya unsur pemasaran yang menghasilkan pendapatan bagi pemasar. Penetapan harga yang dilakukan oleh PPBT untuk telur puyuh yang dihasilkan yaitu dengan menggunakan metode Competition Based Pricing

dan Cost Based Pricing. Competition Based Pricing adalah penetapan harga yang memperhatikan faktor lingkungan, terutama elemen pesaing. Cost Based Pricing penetapan harga didasarkan kepada berapa jumlah biaya yang sudah dikeluarkan. Dalam menetapkan harga jual PPBT menetapkan harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaing yang ada pasar wilayah Bogor yaitu telur puyuh yang berasal dari daerah Sukabumi, Jawa Tengah,Sleman, Yogyakarta, Solo, Kediri dan Blitar. PPBT menetapkan harga jual telur puyuh

sebesar Rp175 per butir dengan margin keuntungan sebesar 20% dari biaya produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu butir telur. Daftar harga pesaing yang berada di wilayah pemasaran PPBT dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Daftar Pesaing di Wilayah Pemasaran PPBT

No Nama Pasar Pesaing Harga (Rp/ butir)

1 Pasar Anyar Ardi (Sukabumi) 180

2 Pasar Bogor Ardi(Sukabumi), Kediri,Blitar

Yogyakarta,Sleman, dan Solo

180 220 190

3 Pasar Leuwiliyang Tidak ada pesaing -

4 Pasar Ciawi Tidak ada pesaing -

5 Pasar Warung Jambu

Yogyakarta, Sleman dan Solo 180 - 220

6 Pasar Cibinong Yogyakarta, Sleman dan Solo Jawa Timur

185 220

7 Pasar Ciluar Tidak ada persaing -

8 Pasir Angin Tidak ada pesaing -

9 Cirangkong Tidak ada pesaing -

Sumber : Data Primer (Maret 2009)

Berdasarkan data pada Tabel 15 Harga jual yang ditetapkan oleh PPBT kepada target pasar yaitu pedagang pengecer atau bandar pedagang asongan yaitu Rp. 175 per butir sedangkan harga jual pesaing di pasar berkisar antara Rp.180 – Rp. 220 per butir. Penetapan harga yang lebih rendah dari pesaing ini merupakan salah satu strategi perusahaan dan merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memenangkan persaingan pasar dengan pesaing terutama untuk merebut pasar telur puyuh dari luar wilayah Bogor.

Selain menjual ke pedagang pengecer atau bandar pedagang asongan PPBT juga menjual kepada konsumen akhir walaupun jumlahnya sangat sedikit. Konsumen akhir yang membeli telur puyuh dari PPBT biasanya merupakan warga yang berada di sekitar lokasi PPBT. Harga untuk konsumen akhir yang membeli telur ke PPBT adalah Rp. 185 per butir penetapan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang ditetapkan kepada pedagang eceran dikarenakan jumlah yang dibeli oleh konsumen akhir sedikit dan permintaannya hanya sewaktu – waktu saja.

3. Strategi Tempat/ Distribusi (Place)

David (2006) mengungkapkan distribusi merupakan kegiatan yang mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel, teritori

penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, penjualan partai besar dan peritel. Dalam proses pendistribusian produk PPBT memilih saluran distribusi langsung dengan mengutamakan pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan yang berada di wilayah Bogor. Sistem kerjasama yang dilakukan oleh PPBT dalam memasarkan produknya adalah sistem jual putus, dimana kerugian akibat barang yang rusak dan tidak habis terjual menjadi tanggungan pelanggan atau bukan lagi merupakan tanggungan PPBT. Hal ini akan mengurangi resiko kerugian yang mungkin dialami oleh PPBT akibat adanya barang yang tidak laku terjual.

Sistem pembayaran yang dilakukan oleh PPBT adalah dengan cara tunai

(cash) atau tempo. Pembayaran secara tempo biasanya diberikan khusus untuk pelanggan yang benar – benar sudah di percaya dan sudah lama (pelanggan loyal). Batas waktu tempo yang diberikan adalah satu hari.

Data wilayah distribusi dan banyaknya produk yang dipasarkan oleh PPBT dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Wilayah Pendistribusian Telur Puyuh PPBT

No Nama Pasar

Banyaknya Banyaknya

Persentase ( per minggu) (butir per minggu)

1 Ciawi 3 peti 3600 4,54%

2 Cibinong 5 peti 6000 7,56%

3 Pasir Angin 7 peti 8400 10,59%

4 Ciluar 4 peti 4800 6,05%

5 Bogor 15 peti 18000 22,68%

6 Anyar 10 peti 12000 15,12%

7 Leuwiliyang 5 peti 6000 7,56%

8 Warung Jambu 20 dus 15000 18,90%

9 Cirangkong 4 peti 4800 6,05%

10 Konsumen Akhir 1 dus 750 0,95%

Jumlah 79350 100%

Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (diolah), (Maret 2009)

Berdasarkan data pada Tabel 16 diketahui bahwa 99,5% telur puyuh PPBT dipasarkan ke pedagang pengecer atau bandar asongan. Hal ini karena target pasar dari PPBT adalah pedagang pengecer yang dan bandar pedagang asongan. Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) hanya menjual 0,95% telur kepada konsumen akhir yang berada di sekitar lokasi peternakan.

Proses pendistribuasian produk telur puyuh adalah dengan menggunakan mobil pick up. Pemilihan mobil Pick up didasarkan atas pertimbangan memiliki daya angkut besar sehingga lebih efektif dan efisien serta dapat menghemat biaya transportasi. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh PPBT adalah pemasaran langsung dimana telur puyuh yang dihasilkan dijual langsung kepada pedagang pengecer yang ada di pasar tanpa melalui perantara atau tengkulak. Penggambaran saluran distribusi PPBT dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Saluran Distribusi Telur Puyuh PPBT

Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (diolah), Maret 2009

PPBT

Pedagang Pengecer di Pasar Wr. Jambu (18,90%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Leuwiliyang (7,56%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Anyar (15,12%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Bogor (22,68%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Ciluar (6,05 %)

Konsumen Akhir (100%) Bandar Pedagang Asongan

Pasir Angin ( 10,59%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Cibinong (7,56%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Ciawi (4,54%)

Pedagang Pengecer di Cirangkong (6,05%) 0,95 %

4. Strategi Promosi (Promotion)

Promosi merupakan kegiatan perusahaan dalam mengkomunikasikan produk yang dijualnya kepada pelanggan. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PPBT hanya dilakukan dengan menggunakan promosi langsung ke pelanggan di wilayah Bogor. Hal ini dikarenakan kapasitas telur yang dihasilkan oleh PPBT selama ini hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang telah menjadi pelanggan PPBT. Selain kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh pedagang yang pernah membeli telur puyuh ke PPBT sangat membantu proses pemasaran PPBT. Sampai saat ini PPBT belum pernah melakukan promosi dengan menggunakan media cetak ataupun elektronik, namun dengan semakin berkembangnya usaha dan didukung dengan adanya sistem kemitraan yang dibangun oleh PPBT sebaiknya PPBT mulai memikirkan kegiatan promosi.

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

6.1Analisis Lingkungan Internal Perusahaan

Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manajemen sumber daya manusia, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi , penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. Analisis lingkungan internal Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari PPBT. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PPBT digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan. Berikut ini akan dibahas faktor – faktor internal dari PPBT.

6.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

Peternakan Puyuh Bintang Tiga Mempunyai satu orang manajer yang sekaligus sebagai pemilik peternakan dan delapan orang karyawan yang berasal dari lingkungan sekitar lokasi peternakan yaitu Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang. Selain itu, PPBT juga merekrut seorang karyawan tetap yang berasal dari Kabupaten Sukabumi, hal ini atas dasar pertimbangan bahwa ia telah mempunyai kemampuan dan pengalaman dalam pemeliharan puyuh karena selama 10 tahun telah bekerja di Golden Quail. Keterampilan dan pengalaman kerja karyawan menjadi suatu hal yang sangat penting dikarenakan dalam proses pembudidayaan puyuh diperlukan pengetahuan dan ketelitian agar proses budidaya dapat berjalan dengan lancar. Data karyawan PPBT dapat dilihat pada Tabel 17.

Hari kerja karyawan di PPBT adalah tujuh hari kerja atau dengan kata lain karyawan bekerja setiap hari dalam satu minggu. Hal ini dikarenakan proses produksi dan pemeliharaan puyuh berlangsung setiap hari. Kegiatan operasional perusahaan dimulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Waktu istirahat untuk karyawan selama satu jam yaitu pada pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB. Sehingga dalam satu hari karyawan hanya bekerja selama delapan jam. Jika karyawan bekerja lebih dari waktu kerja yang telah ditetapkan

maka mendapatkan uang lembur sebesar Rp. 5.000 per jam atau jika dalam satu hari penuh karyawan diminta untuk bekerja ekstra maka pihak manajemen akan memberikan uang lembur sebesar Rp. 20.000 per hari. Pemberian uang lembur ini merupakan salah satu kegiatan pemberian motivasi yang dilakukan oleh pihak PPBT untuk meningkatkan semangat kerja karyawan.

Tabel 17. Data Karyawan PPBT No Nama

karyawan

Bagian Alamat Usia (Thn) Tingkat Pendidika n Masa Kerja (bln) Gaji ( Rp per bulan) 1 Prastiyo,Spt Manajer dan Pemilik Mega Mendung 37 Sarjana 18 _ 2 Yudi Wahyudin Anak Kandang (DOQ) Cikembar - Sukabumi 33 SMP 18 900.000 3 Suhendar Anak Kandang Desa Situ Ilir 26 SMU 7 500.000 4 Noviyanto Anak Kandang Desa Situ Ilir 25 SMP 4 500.000 5 Ahmad Rifai Anak

Kandang Desa Situ Ilir 24 SMP 9 500.000 6 Samsudin Produksi Pakan Desa Situ Ilir 39 SMP 11 600.000 7 Makmur Sarana Produksi dan Peralatan Desa Situ Ilir 58 SR 18 600.000 8 Agus Sopir Gunung

Bunder

48

SD 10 500.000 9 Marfuah Dapur Desa Situ

Ilir

51 MI

18 350.000 10 Aben Keamanan Desa Situ

Ilir

35 SMP

1 400.000 Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Selain mendapatkan uang lembur jika bekerja diluar jam kerja, pihak manajemen juga memberikan bonus pada hari raya atau Tunjangan Hari Raya (THR). Besarnya THR yang diberikan kepada para karyawan adalah sama dengan satu bulan gaji. Hal ini dilakukan agar loyalitas karyawan terhadap perusahaan

tetap terjaga dan sebagai bentuk perhatian pihak perusahaan terhadap para karyawan yang telah membantu kegiatan operasional perusahaan. Penentuan besarnya gaji yang diterima oleh setiap karyawan didasarkan pada pengalaman, keterampilan,tugas dan tanggung jawab serta lamanya bekerja. Semakin lama bekerja, semakin terampil dan semakin berat tugas yang menjadi tanggung jawabnya maka seorang karyawan akan mendapatkan gaji yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang baru bekerja dan belum berpengalaman. Sehingga, besarnya gaji karyawan yang ada di PPBT berbeda – beda. Tujuan dari perbedaan gaji ini adalah sebagai bentuk penghargaan kepada karyawan yang telah lama bekerja pada PPBT dan sebagai pemacu bagi karyawan yang masih baru untuk terus meningkatkan keterampilannya. Perbedaan sistem pemberian gaji hanya pada karyawan bagian dapur yaitu Ibu Marfuah yang hanya mendapatkan gaji sebesar Rp. 350.000 dengan sistem kenaikan gaji sebesar Rp. 25.000 per tiga bulan. Hal ini sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawab dari bagian dapur yaitu hanya menyediakan konsumsi bagi para karyawan dan membersihkan bangunan kantor dan mess karyawan.

Gaji yang diterima oleh karyawan PPBT jika dibandingkan dengan gaji karyawan peternakan puyuh yang ada di Sukabumi lebih tinggi atau lebih mahal. Karyawan peternakan puyuh sukabumi mendapatkan gaji sebesar Rp. 400.000 per bulan sedangkan karyawan PPBT mendapatkan gaji minimal Rp. 500.000 per bulan. Namun, jika dibandingkan dengan Upah Minimun Regional Kabupaten Bogor sebagian besar gaji karyawan PPBT masih lebih rendah seperti terlihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Upah Minimun Regional Kabupaten Bogor

Upah Minimum Regional

Tahun 2007 2008

Upah Minimum Regional Rp. 800,800 873,231 Sumber :Direktorat Pengupahan dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (2009)2

Para karyawan PPBT juga mendapatkan jatah makan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan siang hari. Hal ini bertujuan agar para karyawan PPBT tidak meninggalkan lokasi peternakan ketika jam istirahat. Para karyawan juga mendapatkan jatah libur selama dua hari selama satu bulan. Sistem pengambilan

2

jatah libur ini adalah secara bergiliran, agar tetap ada karyawan yang bertugas merawat puyuh. Jika karyawan melakukan bolos kerja atau libur lebih dari jatah waktu yang diberikan, pihak PPBT akan memberikan hukuman berupa pemotongan gaji sebesar Rp. 25.000 per hari. Hukuman ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dari para karyawan PPBT.

Kegiatan pengorganisasian karyawan telah dilakukan oleh PPBT sejak awal berdiri. Hal ini terlihat dengan sudah adanya pembagian kerja dan tanggung jawab yang jelas kepada para karyawan. Walaupun terkadang para karyawan juga melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya, Namun, hal ini dilakukan jika pekerjaan utamanya telah selesai dikerjakan. Sehingga para karyawan PPBT

Dokumen terkait