• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : “Biologi dan Kisaran Inang Lalat Puru Cecidochares connexa (Macquart) (Diptera: Tephritidae) sebagai Agens Hayati Gulma Kirinyuh” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, November 2006

Murni Indarwatmi A451030011

MURNI INDARWATMI. Biologi dan Kisaran Inang Lalat Puru Cecidochares

connexa (Macquart) (Diptera: Tephritidae) sebagai Agens Hayati Gulma

Kirinyuh. Dibimbing oleh UTOMO KARTOSUWONDO dan PUDJIANTO. Lalat puru, Cecidochares connexa (Macquart) (Diptera: Tephritidae), adalah spesies eksotik yang berperan penting sebagai agens hayati gulma kirinyuh atau Chromolaena odorata (L.) King & Robinson (Asteraceae), yang diintroduksi dari Colombia tahun 1993. Sesudah dilepaskan di lapangan tahun 1995, aspek biologi lalat ini di lapangan belum banyak dievaluasi. Tujuan penelitian adalah 1) mempelajari biologi lalat C. connexa di lapangan, 2) mempelajari perkembangan dan jumlah instar larva, dan 3) mempelajari kisaran inang pada tiga tanaman famili Asteraceae. Biologi lalat puru yang diteliti meliputi perkembangan dan siklus hidup, serta lama hidup dan keperidian. Pendugaan instar larva dilakukan dengan mengukur mandibel, sklerit hipofaring dan volume larva. Hasil pengukuran tersebut disajikan dalam distribusi frekuensi, dan setiap puncak grafik mewakili satu instar. Penelitian kisaran inang dilakukan dengan mengamati tingkat infestasi dan oviposisi, perkembangan dan kemampuan hidup larva, serta perkembangan puru pada tanaman uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telurdiletakkan berkelompok, dalam pucuk terminal maupun lateral yang daunnya belum membuka. Larva masuk ke dalam jaringan batang, membentuk puru batang, dan tumbuh sampai menjadi pupa. Puru mulai terlihat secara visual dua minggu setelah oviposisi. Dalam satu puru terdapat 1-12 larva. Larva instar akhir membuat jendela puru yang kelak menjadi jalan keluarnya imago. Dalam satu puru berisi 1-7 pupa. Selama fase pradewasa, lalat puru hidup di dalam puru, sedangkan imagonya hidup bebas. Siklus hidup lalat puru diselesaikan dalam 56-77 hari. Tidak ada korelasi antara ukuran puru dengan jumlah larva. Lama hidup imago betina 8- 17 hari dan imago jantan 7-11 hari. Keperidian lalat ini adalah 140-329 butir telur/betina. Mortalitas lalat puru banyak terjadi pada stadia larva, dan disebabkan antara lain oleh musuh alami terutama predator. Hasil penelitian pendugaan instar menunjukkan bahwa dalam perkembangan, larva C. connexa

melewati empat instar. Dari tiga parameter yang diamati hanya mandibel dan sklerit hypofaring yang dapat digunakan sebagai indikator instar. Indikator instar yang paling baik adalah mandibel. Hal ini dapat dilihat dari bentuk dan ukuran mandibel yang menunjukkan perubahan yang jelas antar instar. Volume larva tidak dapat digunakan sebagai penduga instar karena tidak menunjukkan perbedaan signifikan antar instar. Hasil uji kisaran inang menemukan bahwa lalat puru C. connexa ini bersifat spesifik inang dan hanya dapat berkembang dan menyelesaikan siklus hidupnya pada tanaman kirinyuh. Pada tanaman babadotan dan daun tanah, lalat puru mampu meletakkan telur dan telurnya menetas menjadi larva tetapi larvanya hanya bertahan hidup selama 2 minggu. Pada tanaman babadotan, lalat puru mampu menstimulasi tanaman untuk membentuk puru, walaupun tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya.

ABSTRACT

MURNI INDARWATMI. Biology and Host Range of Gall Fly, Cecidochares

connexa (Macquart) (Diptera: Tephritidae) as a Biological Control Agent of

Siam Weed. Advised by UTOMO KARTOSUWONDO and PUDJIANTO. Gall fly, Cecidochares connexa (Macquart) (Diptera: Tephritidae) is an important natural enemy of siam weed Chromolaena odorata (L.) King & Robinson (Asteraceae), that was introduced to Indonesia from Colombia in 1993. After being release in 1995, the biological aspects of the fly have not been evaluated yet. This research was conducted to study: 1) the biology of C.

connexa in the field, 2) the development and number of larval instars, and 3) the

host range of the gall fly. Biological parameters observed were larval development, life cycle, longevity of adults and fecundity of the females. Larval instars were determined by observing morphological characters of mandible, sclerite hypopharyng and larval size (volume). The fly host range was evaluated by observing fly infestation and oviposition, larval development and survival, as well as gall formation on three different plant species that were closely related to siam weed (Asteraceae). Results of the study indicated that the eggs were laid in clusters in tissue of terminal or axillary bud. After hatching, larvae bored deeper into the bud and lived inside the gall that was formed on the infested bud until pupation. Gall were visible about two week after oviposition. One gall contained 1 to 13 larvae. There was no correlation between the gall size and number of larvae living in the gall. The gall fly pupate inside the gall. The adults emerged from the pupae and leaved the gall through out gall windows that were prepared and made by the last instar larvae before pupation. The life cycle of the gall fly was completed in 56-77 days. In the study was found that the highest mortality occurred when the fly was in the larval stage, and the natural enemies, especially predators, were the most important mortality factors. Longevity of the fly was about 8-17 days and 7-11 days for female and male, respectively. The fecundity of the fly was 140-329 eggs/female. Based on the size of the mandible and sclerite hypopharyng, there was indication that C.

connexa larva had four instars to complete its development. The characters of

mandible and hypopharyng were good indicators to determine larval development stage of C. connexa, but not the larval volume. Mandible character was found to be the best indicator to determine the development stage of C.

connexa. The shape and size of mandible was different among different instars

of C. connexa larvae. Form the host range test, it was known that C. connexa

laid eggs on all species of tested plants. However, larvae could survive on the tested plants for no longer than two weeks. On babadotan, the fly infestations were able to stimulate gall formation but the larvae were fail to complete their development. It can be concluded that C. connexa is a host specific species that can develop and complete its life cycle only on siam weed.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

Dokumen terkait