• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persamaan dan perbedaan strategi pergerakan nasional Indonesia pada awal kebangkitan nasional sampai proklamasi kemerdekaan

Dalam dokumen Rangkuman Materi USBN Sejarah (Halaman 51-59)

Indonesia

a. Faktor eksternal, waktu itu umumnya bangsa-bangsa di Asia menghadapi imperialisme Barat menimbulkan bangkitnya nasionalisme Asia. Selain itu kemenangan Jepang terhadap Rusia tahun 1905 membuktikan Bangsa Timur dapat mengalahkan Bangsa Barat. Disamping itu, adanya gerakan Turki Muda yang mencari perbaikan nasib.

b. Faktor internal, adanya rasa tidak puas, penderitaan, rasa kesedihan dan kesengsaraan yang dialami bangsa Indonesia. Perasaan tersebut sudah diungkapkan dengan perlawan melawan Belanda, namun karena masih bersifat kedaerahan perlawanan tersebut selalu berbuah gagal. Kemudian mereka sadar, Indonesia harus bersatu melawan dengan nasionalisme. Dilihat dari segi perjuangan organisasi pada masa pergerakan nasional Indonesia memiliki 2 strategi, yaitu radikal dan moderat. Perjuangan bersifat radikal adalah perjuangan yang amat keras menuntut perjuangan dengan cara

nonkoorperasi (tidak bekerja sama) terhadap kolonial. Sedangkan bersifat adalah perjuangan yang menghindari tindakan kekerasan atau perilaku ekstrem dengan penerapan taktik koorperasi dengan penguasa kolonial.

Bentuk dan strategi organisasi pergerakan nasional memiliki perbedaan meski memiliki satu tujuan yang sama yaitu mencapai kemerdekaan. Bentuknya ada yang berupa organisasi sosial, politik, kebudayaan, gerakan pemuda, gerakan wanita, gerakan buruh maupun keagamaan. Sedangkan strateginya secara umum yaitu :

i. Menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya ii. Sudah bersifat nasional, tidak kedaerahan

iii. Tidak menggunakan kekerasan senjata

iv. Dipimpin tokoh-tokoh agama, kaum terpelajar, tokoh-tokoh pemuda, dan tokoh-tokoh masyarakat

v. Asas perjuangannya ada yang bersifat kooperatif (tetapi bukan prinsip) dan non-kooperatif

Dengan taktik dan strategi baru yang bersifat nasionalis, muncullah organisasi berkonsep nasionalisme. Inilah yang menandai perubahan pergerakan dari fisik kedaerahan menjadi pergerakan nasional yang modern.

A. Organisasi awal pergerakan 1. Budi Utomo

Budi Utomo (BU) merupakan pergerakan nasional yang didirikan tanggal 20 Mei 1908, di Jakarta oleh dr. Wahidin Sudirohusodo. Bertujuan menggalang dana untuk membantu anak-anak bumiputra yang kekurangan. Namun ide itu kurang mendapat dukungan dari Kaum Tua. Ide dr. Wahidin itu kemudian diterima dan kembangkan oleh Sutomo, mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA). Yang kemudian dipilih sebagai ketua. Sebagian besar pendiri BU adalah pelajar STOVIA, seperti Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo, dan RT Ario Tirtokusumo. Pada 29 Agustus 1908, dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan BU di Yogyakarta. Para tokoh pendiri BU berpendapat bahwa untuk mendapatkan kemajuan, maka pendidikan dan pengajaran harus menjadi perhatian utama.

Organisasi itu mempunyai corak sebagai organisasi modern, yaitu mempunyai pimpinan, ideologi dan keanggotaan yang jelas. Kemudian diikuti oleh organisasi-organisasi lain yang membawa pada perubahan sosial-politik. Organisasi BU bersifat kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda. BU bersifat tidak membedakan agama, keturunan, dan jenis kelamin. Pada mulanya organisasi ini orientasinya hanya sebatas pada kalangan priyayi, namun pancaran etnonasionalisme semakin terlihat saat dilaksanakan

kongres BU pada 3-5 Oktober 1908, di Yoyakarta. Dalam kongres itu dibahas tentang dua prinsip perjuangan, golongan muda menginginkan perjuangan politik dalam menghadapi pemerintah kolonial, sedangkan golongan tua mempertahankan cara lama yaitu perjuangan sosio-kultural. Orientasi politik semakin menonjol di kalangan muda kemudian mencari organisasi yang sesuai dengan mendirikan Sarekat Islam. Pada waktu dibentuk Dewan Rakyat (Volksraad) pada tahun 1918, wakil-wakil BU duduk di dalamnya. Pemerintah dengan demikian tidak menaruh curiga karena sifat BU yang moderat. Pemerintah Hindia Belanda mengakui BU sebagai organisasi yang sah pada Desember 1909. Dukungan dari Pemerintah Hindia Belanda ini tidak lain sebagai bagian dari pelaksanaan Politik Etis. Ini menyebabkan kecurigaan oleh kalangan bumiputera. BU mulai kehilangan wibawanya pada tahun 1935, organisasi itu bergabung dengan organisasi lain menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra). Namun demikian, dengan segala

kekurangannya BU telah mewakili aspirasi pertama rakyat Jawa ke arah kebangkitan dan juga aspirasi rakyat Indonesia. Keberadaan BU memberikan inspirasi untuk organisasi-organisasi modern lainnya, seperti Jong Sumatra, Jong Ambon, Sedio Tomo, Muhammadiyah, dan lain-lain.

2. Sarekat Islam

SI awalnya adalah Sarekat Dagang Islam yang terbentuk akibat kegelisahan R.M Tirtoadisuryo yang mengetahui pedagang pribumi terdesak akibat pengusaan pedagang Cina. Pada mulanya SI bertujuan untuk kesejahteraan sosial dan persamaan sosial. Sebagai perkumpulan dagang SDI kemudian berpindah ke

Surabaya yang merupakan kota dagang di Indonesia. SDI selanjutnya dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Cokroaminoto dikenal sebagai seorang orator yang cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat anggota-anggotanya. Di bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar baru yang bertujuan untuk memajukan semangat dagang bangsa Indonesia. Disamping itu SDI juga memajukan rakyat dengan menjalankan hidup sesuai ajarana agama dan

menghilangkan paham yang keliru tentang agama Islam. SDI kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913. Pada kongres SI yang pertama, tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun Bintang Surabaya, ia

menegaskan bahwa tujuan SI adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat ekonomi pribumi agar mampu bersaing dengan bangsa asing. Usaha di bidang ekonomi itu nampak sekali dengan didirikannya koperasi di Kota

Surabaya. Di Surabaya pula berdiri PT. Setia Usaha, yang bergerak tidak saja menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia”, juga bergerak di bidang penggilingan padi dan perbankan. Usaha itu dimaksudkan untuk membebaskan kehidupan

ekonomi dari ketergantungan bangsa asing. Dalam waktu kurang dari satu tahun SI sudah berkembang pesat dengan banyaknya cabang di berbagai daerah. Ini

merupakan ancaman bagi pemerintah kolonial sehingga mereka membuat peraturan untuk menghambat perkembangan SI. Kemudian dibentuklah Central Sarikat Islam (CSI) yang

mengorganisasikan 50 cabang kantor SI daerah.

SI berubah menjadi organisasi politik dan mengirimkan wakilnya dalam Volksraad. Dalam November Beloofte, Gubernur Jenderal Belanda mengatakan bahwa suatu saat Volksraad akan menjadi tempat menampung suara rakyat. Namun demikian, Volksraad tetap menjadi alat kolonial sehingga Agus Salim dan Cokroaminoto merubah sifat organisasi mereka menjadi nonkooperatif.

Dalam kongres SI (1914), Cokroaminoto dipilih menjadi ketua. Masalah internal pun muncul dan kewibawaan CSI berkurang. Karena itu perpecahan harus dihindari. Pada kongres tahunan, Cokroaminoto mengatakan bahwa Indonesia memerlukan pemerintahan sendiri. Dengan kata lain, yaitu menyatukan beberapa etnis menjadi bangsa Indonesia. Cokroaminoto dikenal sebagai orator yang cerdas, menimbulkan seorang pemuda meniru caranya berpidato. Ialah Soekarno.

Kongres tetap berjalan dan memutuskan bahwa azas perjuangan SI adalah

pemerintahan berdiri sendiri dan melawan pemerintah kolonial. Rakyat memberikan simpati dan keanggotaan SI pun semakin banyak. Namun, sebagai organisasi yang besar SI telah disusupi orang-orang yang menjadi anggota Indische Sociaal

Democratische Vereninging (ISDV), seperti Semaun dan Darsono. Yang memberikan pengaruh sosial-komunis.

Pada kongres kelima, SI mengalami perpecahan menjadi SI merah yang beraliran ekonomi dogmatis (komunis) dipimpin Semaun dan SI putih beraliran nasional keagamaan dipimpin oleh Cokroaminoto. Namun karena dalam partai tidak boleh rangkap, maka Semaun dikeluarkan dari SI. Dengan demikian, pengaruh PKI dalam SI telah teratasi.

Dalam kongres di Madiun, CSI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam.

Sedangkan yang mendapat pengaruh PKI bernaung dalam Sarekat Rakyat bentukan PKI. PSI nonkooperatid, namun anggotanya diperbolehkan duduk dalam Dewan Rakyat atas nama pribadi. Kongres tahun 1927 menyatakan azas PSI adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. PSI bergabung dalam Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia sehingga nama PSI menjadi PSII dengan bertmbah kata Indonesia.

Banyaknya anggota PSII menimbulkan perpecahan, hingga mengalami kemunduran. Peranannya sebagai partai Islam dilanjutkan oleh Partai Islam Indonesia di bawah Dr. Sukiman.

3. Indische Partij

Organisasi ini berdiri karena orang Indo-Belanda dianggap lebih rendah meski mereka termasuk dalam bangsa kelas I. E.F.E Douwes Dekker berkeinginan

melanjutkan Indische Bond yang sebelumnya telah dibuat. Keinginan itu semakin kuat saat ia bertemu dengan dr. Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara (Tiga Serangkai). Sebagai seorang koresponden surat kabar de Locomotief di Semarang, kemudian harian Soerabajasch Handelsblad, Bataviaasch Nieuwsblad, dan akhirnya di majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Expres, Douwes Dekker dengan

mudah dapat mengutarakan gagasannya. Douwes Dekker berpendapat bahwa tujuan akhir organisasi adalah kemerdekaan. Ia juga melakukan propaganda ke seluruh Jawa dai 15 September-3 Oktober 1912 dengan menemui pemimpin elit BU untuk membangkitkan semangat golongan bumiputera untuk melawan penjajah. Kunjungan itu menghasilkan tanggapan positif hingga anggota IP pun bertambah terus hingga menjadikan IP sebagai partai yang berbahaya. Akibatnya para pemimpin IP ditangkap dan dibuang. Douwes Dekker ke Timor, Kupang;

dibuang ke Belanda. Satu persatu mereka akhirnya dipulangkan. Namun IP sudah berganti nama menjadi Insulinde. Namun kurang mendapat perhatian, hingga berubah nama lagi menjadi Naational Indische Partij. Suwardi Suryaningrat kemudian mendirikan Perguruan Taman Siswa.

B. Organisasi keagamaan 1. Muhammadiyah

BU menginspirasi KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 yang bercirikan organisasi sosial, pemdidikan, dan keagamaan. Salah satu tujuannya adalah memurnikan ajaran Islam, yang seharusnya bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadis. Tindakannya adalah amar makruf nahimunkar. Pembaruan model Wahabiyah di Arab pun dimulai. Dari organisasi, pendidikan, media, hingga kemasyarakatan. Munculah organisasi wanita bernama Aisyah yang hanya

menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai tugas yang sama dalam mengajak kebaikan dan menjauhi keburukan.

2. Nahdlatul Ulama

Bertepatan dengan Kongres Islam sedunia, para ulama mendirikan lembaga bernama Jam’iyatul Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 di Surabaya dengan salah satu ulama nya adalah Kyai Haji Hasyim Ashari. Berpegang teguh pada Ahlusunnah wal jam’ah dengan tujuan masalah ekonomi, sosial dan pendidikan. Pada 1935 NU berkembang pesat serta tetap berusaha memperluas pengaruhnya ke seluruh jawa. Kongres selanjutnya dibentuk Wanita Nahdlatul Ulama Muslihat dan Organisasi Ansor.

3. Organisasi islam lainnya

Banyak keturunan Arab yang ada di Indonesia, mendorong A.R Baswedan untuk mendirikan Partai Arab Indonesia.

Di Sumatra Barat, didirikan Sumatra Thawalib oleh pemuda Sumatra Barat yang telah belajar di Mekah pada Syekh Akhmad Katib. Mereka membawa ajaran Islam modern dengan dorongan Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh. Bertujuan mengusahakan dan memajukan ilmu pengetahuan bagi kemajuan masyarakat menurut ajaran Islam. Kemudian berganti nama menjadi Persatuan Muslim Indonesia dan bertujuan Indonesia Merdeka dan Islam Jaya. Tetapi kemudian dilarang oleh pemerintah.

Persatuan Tarbiyah Islam, didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar Rasuly yang

bertentangan dengan Thawalib. Tujuannya adalah pendidikan, dengan mendirikan madrasah dan membuat majalah sebagai penyalur aspirasi. Setelah kemerdekaan, berubah nama menjadi Partai Tarbiyatul Islam. Organisasi yang sejalan dengan Perti adalah Persatuan Msulim Tapanuli yang didirikan Syekh Musthafa Purba.

Di Bandung berdiri Persatuan Islam yang bertujuan meningkatkan kesadaran beragama dan semangat ijtihad. Organisasi ini muncul sebagai reaksi pembatasan gerak Jamiyatul Khair.

Di Kalimantan Selatan berdiri organisasi lanjutan SI dengan mendirikan madrasah Daru Salam yang dilengkapi asrama dan sawah sebagai tempat belajar.

Di Aceh juga muncul Persatuan Ulama Seluruh Aceh akibat kegagalan SI. Didirikan oleh Tengku M.Daud Beureuh. Bertujuan meningkatkan pendidikan agar terlaksana syariat Islam. Kemudian Nahdlatul Wathan di Nusa Tenggara. Organisasi ini

berorientasi pada pendidikan. 4. Majelis Islam Ala Indonesia

MIAI merupakan organisasi gabungan dari politik dan massa yang bersifat moderat terhadap Belanda. MIAI juga diakui oleh Jepang, tetapi dibubarkan karena tidak memuaskan. Diganti dengan Majelis Syuro Msulimin Indonesia. Dipimpin KH Hasyim Ashari, KH Mas Mansyur, KH Farid Ma’aruf, KH Hasyim, Kartosudarmo, KH Nachrowi, dan Zainal Arifin.

C. Organisasi pemuda

Tri Koro Dharmo didirikan di Jakarta pada 7 Maret 1915 dengan ketua dr. Satiman Wiryosanjoyo. Beranggotakan pemuda-pemuda Jawa. Berubah nama menjadi Jong Java danmenjadi bersifat nasional. Setelah sumpah pemuda, ia berfusi dalam Indonesia Moeda.

1917 berdirilah Jong Sumatera Bond, bertujuan memperkukuh hubungan

antarpelajar dan menumbuhkan kesadaran pada anggotanya. Tokohnya adalah Moh. Hatta dan Moh. Yamin.

Perkumpulan lain ada Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon yang kemudian berfusi dalam Indonesia Moeda. Muncul Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia di Bandung oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung. Kemudian berdiri Jong Indonesia yang sudah bersifat nasional dan berganti nama menjadi Pemuda Indonesia dan organisasi wanitanya adalah Putri Indonesia. Tahun 1926, diadakan Kongres Pemuda I yang dihadiri anggota-anggota yang masih bersifat kedaerahan.

D. Organisasi wanita

Pada 1912 berdiri Putri Mardika di Jakarta. Bertujuan membantu gadis bumiputera mendapat pendidikan dan belajar berbicara didepan umum. Dengan beberapa tokoh yaitu, Sabaruddin, R.A Sutinah, Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, Sandikan Tondokusumo.

Kartini Fonds, didirikan Ny. C. Th. Van Deventer, seorang penasehat politik. Fokus tujuan mereka adalah mendobrak berbagai kungkungan wanita dan menginginkan kemajuan. Munculnya organisasi-organisasi wanita di berbagai daerah mendorong pergerakan wanita untuk meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan. Mereka tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan, namun juga sosial.

E. Partai Komunis Indonesia

Di Belanda, Sneevliet, Brandster, dan Dekker mendirikan ISDV. Mereka berusaha mendekati rakyat tapi tidak berhasil. Maka Sneevliet menyusup dalam SI dan memberikan paham komunis sehingga SI terpecah. Radikalisme komunis

membuatnya diusir oleh Belanda sehingga terjadi pergantian pemimpin. Mereka berganti nama menjadi Partai Komunis Hindia kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia. Komunisme cepat tersebar di masyarakat karena mereka berfikir akan terlepas dari penjajahan. Oleh Belanda, para pemimpin PKI ditangkap. Semaun dan Darsono melarikan diri ke Rusia. Pemerintahan dipimpin Tan Malaka. Akhirnya Tan Malaka ditangkap dan diasingkan dengan Abdul Muis. PKI selanjutnya bergabung dengan Comintern.

F. Perhimpunan Indonesia : manifesto politik

Para pelajar Hindia di Belanda mendirikan Indische Vereniging beranggotakan orang-orang Hindia, Cina, Belanda. Didirikan oleh R.M Notoruoto, R. Panji Sosrokartono dan R. Husein Jajadiningrat. Semula bergerak di bidang sosialis. Mengeluarkan majalah Hindia Putera.

semakin menggiatkan aktivitas perkumpulan itu. Dalam perkembangan selanjutnya perkumpulan itu mengutamakan masalah-masalah politik. Jiwa kebangsaan yang semakin kuat diantara mahasiswa Hindia di Belanda mendorong mereka untuk mengganti nama Indische Vereninging menjadi Indonesische Vereeniging (1922). Selanjutnya perkumpulan itu berganti nama Indonesische Vereeniging (1925), dengan pimpinan Iwa Kusuma Sumatri, JB. Sitanala, Moh.Hatta, Sastramulyono, dan D. Mangunkusumo. Nama perhimpunannya diganti lagi menjadi “Perhimpunan Indonesia” (PI).

Nama majalah terbitan mereka juga berganti nama Indonesia Merdeka. Itu semua merupakan usaha baru dalam memberikan identitas nasioalis yang

muncul di luar tanah air. Mereka juga membuat simbol-simbol baru, merah putih sebagai lambang mereka dan Pangeran Diponegoro sebagai tokoh perjuangan.

Perhimpoenan Indonesia semakin mendapat simpatik dari para mahasiswa Indonesia di tanah Belanda. Jumlah keanggotaannya pun semakin bertambah banyak. Tahun 1926 jumlah anggota mencapai 38 orang. Di tanah Belanda itulah para mahasiswa itu menyerukan pada semua pemuda di Indonesia Hindia untuk bersatu padu dalam setiap gerakan-gerakan mereka. PI

bersemboyan “ self reliance, not mendiancy”, yang berarti tidak memintaminta dan menuntut-nuntut. Dalam Anggaran Dasarnya juga disebutkan,

bahwa kemerdekaan Indonesia hanya diperoleh melalui aksi bersama, yaitu kekuatan serentak oleh seluruh rakyat Indonesia berdasarkan kekuatan sendiri. Kepentingan penjajah dan yang terjajah berlawanan dan tidak

mungkin diadakan kerjasama (nonkoperasi). Bangsa Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri, tidak tergantung pada bangsa lain.

PI menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh Moh. Hatta. Di bawah pimpinan Hatta, PI berkembang dengan pesat dan merangsang para mahasiswa yang ada di Belanda untuk terus memikirkan kemerdekaan tanah airnya. Aktivitas politik PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, juga dilakukan secara internasional. Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap pemerintah Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera.

Dengan demikian jelaslah bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan

manifesto politik pergerakan Indonesia. Karena Perhimpunan itu lahir di negeri asing yang saat itu menjadi penjajah tanah Hindia. Dari tempat penjajah itulah perkumpulan pemuda terpelajar itu berhasil mengobarkan semangat dan panji-panji kemerdekaan Indonesia. jelaslah bahwa para pemuda Indonesia tidak takut untuk membela dan berjuang untuk kemerdekaan tanah airnya dengan segala resikonya.

7. Taman Siswa

Awalnya, Taman Siswa bernama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Institut Pendidikan Nasional Taman Siswa). Saat itu Taman Siswa hanya memiliki 20 murid kelas Taman Indria. Namun, kemudian Taman Siswa berkembang pesat dengan memiliki

52 cabang dengan murid kurang lebih 65.000 siswa.

Azas Taman Siswa adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Hkamuyani”. Artinya, “guru di depan harus

memberi contoh atau teladan, di tengah harus bisa menjalin kerjasama, dan di belakang harus memberi motivasi atau dorongan kepada para siswanya.” Azas ini masih relevan dan penting dalam dunia pendidikan.

Taman Siswa mendobrak sistem pendidikan Barat dan pondok pesantren, dengan mengajukan sistem pendidikan nasional.

Pendidikan nasional yang ditawarkan adalah pendidikan bercirikan

kebudayaan asli Indonesia. Taman Siswa mengalami banyak kendala dari pihak-pihak yang tidak

mendukung. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengeluarkan berbagai aturan untuk membatasi pergerakan Taman Siswa, seperti dikenai pajak rumah tangga dan Undang-Undang Ordonansi Sekolah Liar Tahun 1932 yakni larangan mengajar bagi guru-guru yang terlibat partai politik. Taman siswa mampu memberikan kontribusi yang luar biasa bagi masyarakat luas dengan pendidikan, Taman Siswa mampu menyediakan pendidikan untuk rakyat yang tidak mampu disediakan oleh pemerintah kolonial. Saat ini sekolah Taman Siswa masih berdiri dan tetap berperan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

8. Organisasi Buruh

Perkumpulan Adhi Dharma yang didirikan oleh Suryopranoto (kakak Ki Hajar Dewantara) pada tahun 1915 berperan sebagai organisasi yang membela kepentingan kaum buruh, termasuk membantu para buruh yang dipecat untuk memperoleh pekerjaan baru dan membantu keuangan mereka selama mencari pekerjaan.

Pada bulan Agustus 1918, Suryopranoto membentuk gerakan kaum buruh bernama Prawiro Pandojo ing Joedo atau Arbeidsleger (tentara buruh) yang merupakan cabang dari Adhi Dharma. Organisasi ini didirikan sebagai dampak dari terjadinya aksi perlawanan kaum buruh pabrik gula di Padokan (sekarang pabrik gula Madukismo), Bantul, Yogyakarta.

Bulan November 1918, Suryopranoto mendeklarasikan berdirinya Personeel Fabriek Bond (PFB) yang beranggotakan buruh tetap, Perkumpulan Tani dan koperasi yang kemudian lazim disebut sebagai Sarekat Tani dengan anggota kuli kenceng atau pemilik tanah yang disewa pabrik, serta Perserikatan Kaoem Boeroeh Oemoem (PKBO) yang beranggotakan buruh musiman. PFB didirikan untuk membela kepentingan kaum buruh yang terus mengalami penindasan. Bersama PFB, Suryopranoto memimpin banyak aksi mogok kerja untuk menuntut peningkatan kesejahteraan bagi kaum buruh. Pada tahun 1918 Adi Dharma menjadi bagian dari Sarekat Islam (SI), maka Personeel Fabriek Bond (PFB) yang terbentuk dalam tahun tersebut otomatis berada di bawah perlindungan Central Sarekat Islam (CSI). Sepulang dari pembuangan penjara Sukamiskin, Suryopranoto dan Adhi

Dharma turut berkiprah sebagai pengajar di Taman Siswa, lembaga

pendidikan untuk kaum bumiputera yang didirikan oleh sang adik, Suwardi Suryaningrat, yang saat itu telah berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara.

Strategi perlawanan bangsa indonesia terhadap penjajah sampai

Dalam dokumen Rangkuman Materi USBN Sejarah (Halaman 51-59)