• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

1. Persamaan regresi

a. Hasil analisis regresi prestasi belajar dengan tonsilitis, intelegensi, dan dukungan sosial

Hasil analisis regresi antara prestasi belajar dengan penyakit tonsilitis diperoleh nilai b sebesar 0.28 dan nilai p > 0.05. Hipotesis penyakit tonsilitis berhubungan dengan tinggi rendahnya prestasi belajar ditolak. Hal ini berarti penyakit tonsilitis tidak berkorelasi dengan prestasi belajar secara signifikan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya dilakukan oleh Farokah (2007). Hasil penelitian sebelumnya menyatakan adanya hubungan positif antara tonsilitis kronik dengan 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

prestasi belajar. Anak yang menderita tonsilitis kronik mengalami penurunan prestasi belajar. Penelitian tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna prestasi belajar siswa antara yang menderita tonsilitis kronik dengan yang tonsilitis tidak kronik. Siswa yang tidak menderita tonsilitis kronik memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan siswa yang menderita tonsilitis kronik.

Penelitian yang dilakukan oleh Farokah (2007) memasukkan variabel prestasi belajar, IQ, dan tonsilitis. Terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian ini. Data IQ diambil dalam bentuk data ordinal, yakni IQ 90-109 dikategorikan biasa, 110-119 dikategorikan cerdas, dan 120-129 dikategorikan sangat cerdas. Hal ini menyebabkan kekayaan informasi mengenai kesamaan interval menjadi hilang. Tidak ada informasi tentang apa alat ukur yang digunakan untuk mengetes intelegensi. Hasil tes IQ merupakan data dari sekolah dan tidak ada informasi kapan pengetesan IQ tersebut. Peneliti memperbaiki kekurangan penelitian sebelumnya. Peneliti melakukan tes IQ dengan alat CPM pada bulan Desember 2010 dan tidak mengubah bentuk data sehingga kekayaan informasi mengenai intelegensi tetap terjaga.

Penelitian yang dilakukan oleh Farokah (2006) juga mengolah data prestasi dari skor ke kategori berprestasi dan tidak berprestasi. Peneliti menggunakan rata-rata kelas sebagai dasar klasifikasi anak yang berpretasi dan tidak berprestasi. Cara seperti ini akan mengaburkan definisi dari berprestasi dan tidak berprestasi. Dalam tiap kelas akan selalu ada siswa 72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berprestasi dan tidak berprestasi terlepas dari keadaan real kelas tersebut. Misalnya suatu kelas dengan nilai yang sangat rendah, akan tetap ada siswa yang berada di atas rata-rata, yang dianggap berprestasi dan siswa yang berada di bawah rata-rata sehingga dianggap tidak berprestasi. Peneliti memperbaiki kekurangan ini dengan cara tidak mengklasifikasikan skor raport siswa menjadi berprestasi atau tidak berprestasi. Peneliti mengambil data prestasi belajar dari nilai raport mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, sehingga definisi mengenai siswa berprestasi dan tidak berprestasi menjadi jelas.

Penelitian sebelumnya hanya memasukkan variabel prestasi belajar, intelegensi, dan tonsiltis. Padahal prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Peneliti memasukkan variabel dukungan sosial dan faktor ekonomi sosial agar terlihat variabel yang memoderasi hubungan antara prestasi belajar dengan tonsilitis. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tonsilitis berkorelasi positif dan signifikan dengan prestasi belajar. Namun ketika variabel dukungan sosial dan faktor ekonomi dimasukkan dan dianalisis sekaligus, korelasi tonsilitis dan prestasi belajar menjadi tidak signifikan karena adanya variabel moderator ini.

Penyakit tonsilitis tidak berkorelasi dengan prestasi belajar. Hal ini mungkin terjadi karena pengaruh intelegensi lebih signifikan terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan tonsilitis. Anak yang menderita tonsilitis tetapi memiliki intelegensi yang tinggi, prestasi belajarnya akan 73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cenderung tetap tinggi. Sebaliknya anak yang memiliki intelegensi rendah dan tidak menderita tonsilitis, prestasi belajarnya akan cenderung rendah.

Hasil korelasi yang tinggi lainnya adalah korelasi antara dukungan sosial dengan prestasi belajar. Anak yang menderita tonsilitis mungkin mendapat dukungan sosial yang tinggi dari orang tuanya sehingga anak tidak lagi merasakan dampak penyakit tonsilitis. Orang tua yang memberikan dukungan instrumental berupa kelengkapan buku pelajaran dan alat tulis dapat membantu anak belajar dengan baik, dibandingkan anak yang tidak memiliki buku pelajaran lengkap meskipun anak tersebut sehat. Anak yang menderita tonsilitis tetapi diberi dukungan informasional oleh orang tuanya, tetap bisa mengejar ketertinggalan sekolahnya. Orang tua dapat mengajarkan pelajaran yang sulit dan mencarikan informasi apakah ada pekerjaan rumah dari sekolah sehingga anak tidak tertinggal di kelas meski ia tidak masuk karena sakit tonsilitis. Anak yang sakit tonsilitis tetapi diberi perhatian dan rasa kasih sayang dapat membuat anak nyaman. Dukungan emosi seperti ini dapat membantu anak pulih dari sakit dan mengejar ketertinggalannya di sekolah.

Hasil analisis regresi antara prestasi belajar dengan intelegensi diperoleh nilai b sebesar 4.37 dan nilai p < 0.05. Hal ini berarti hipotesis diterima, yakni ada hubungan antara prestasi belajar dengan intelegensi secara signifikan. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi maka akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian dan teori sebelumnya bahwa intelegensi mempengaruhi prestasi belajar 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

siswa. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses (Syah, 2006). Hal yang sama juga diungkap oleh Ekowati (2006) yang menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. David Wechsler (dalam Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secararasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif, dari definisi tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap prestasi akademik. Anastasi (Anastasi dan Urbina, 1997) menyebutkan bahwa IQ merupakan refleksi prestasi pendidikan sebelumnya dan prediktor kinerja pendidikan berikutnya. Skor pada tes inteligensi akademik juga merupakan prediktor kinerja dalam banyak pekerjaan dan aktivitas lain dalam kehidupan sehari-hari budaya tersebut.

Hasil analisis regresi antara prestasi belajar dengan dukungan sosial orang tua diperoleh nilai b sebesar 1.80 dan nilai p < 0.05. Hal ini berarti hipotesis diterima, yakni ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan dukungan sosial orang tua. Semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, maka prestasi belajar anak akan tinggi pula. Hasil analisis ini sesuai dengan teori sebelumnya, bahwa peran keluarga dan 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

orang tua berkaitan erat dan positif dengan prestasi belajar anak (Moeloek, 2001).

Dukungan sosial adalah suatu dorongan atau bantuan nyata seperti kenyamanan, perhatian, penghargaan, serta hal-hal yang dapat memberikan keuntungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu yang mengalami kesulitan, agar individu merasa dicintai, diperhatikan, dan dihargai. Bentuk dukungan sosial orang tua kepada anak dapat berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan emosi, dan dukungan integrasi sosial.

Faktor orang tua dalam keberhasilan belajar anak sangat dominan. Faktor orang tua bisa dikategorikan ke dalam dua variabel: variabel struktural dan variabel proses (Tilaar, 2007). Variabel struktural berkaitan dengan dukungan instrumental. Dukungan instrumental mengacu pada penyediaan benda-benda dan penyelesaian masalah praktis, seperti pemenuhan kebutuhan sekolah, kelengkapan alat tulis dan buku pelajaran, pembiayaan sekolah, pembiayaan ekstrakurikuler, dan kebutuhan lainnya (Orford, 1992). Anak yang memiliki buku pelajaran dan alat tulis lengkap akan dapat mengikuti proses belajar dengan baik di sekolah. Variabel proses berupa perilaku orang tua dalam memberikan perhatian dan bantuan kepada anaknya dalam belajar. Variabel proses berkaitan dengan dukungan informasional, dukungan pengharhaan, dukungan emosi, dan dukungan integrasi sosial. Contoh variabel proses antara lain: orang tua mengetahui kemampuan anaknya di mana anak mempunyai nilai paling bagus; 76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pelajaran apa anak paling tidak bisa; apa kegiatan anak yang paling banyak dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah; orang tua sering menanyakan tentang apa yang dipelajari anaknya; orang tua membantu anaknya dalam belajar. Bentuk perhatian orang tua terhadap belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan kebutuhan belajar anak (Hamalik, 2002).

b. Hasil analisis regresi antara dukungan sosial dengan faktor ekonomi

Hasil analisis regresi antara dukungan sosial orang tua dengan faktor ekonomi diperoleh nilai b sebesar 2.40 dan nilai p < 0.05. Hal ini berarti hipotesis diterima, yakni ada hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan faktor ekonomi secara signifikan. Semakin tinggi kemampuan ekonomi orang tua, maka semakin maksimal orang tua dapat memberikan dukungan sosial kepada anak.

Dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua kepada anak dapat berupa dukungan instrumental. Dukungan instrumental meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan benda-benda. Misalnya alat-alat sekolah, buku-buku, memberikan uang, dan membantu menyelesaikan tugas praktis (Orford, 1992). Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan lebih mudah memberikan dukungan instrumental secara maksimal, misalnya membeli buku pelajaran, membayar biaya ekstrakurikuler, 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kelengkapan alat tulis, dan keperluan lain. Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya. Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan akan sangat mengganggu kelancaran belajar. Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap prestasi belajar siswa di sekolah, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan dengan pendidikan akan membutuhkan sosial ekonomi orang tua (Hamalik, 2002).

c. Hasil analissi regresi antara intelegensi dengan faktor ekonomi

Hasil analisis regresi antara intelegensi dengan faktor ekonomi diperoleh nilai b sebesar 5.38 dan nilai p < 0.05. Hal ini berarti hipotesis diterima, yakni ada hubungan antara intelegensi dengan faktor ekonomi secara signifikan. Jika kemampuan ekonomi orang tua tinggi maka intelegensi anak akan tinggi. Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan nutrisi yang memadai pula. Begitu juga sebaliknya dengan sosial ekonomi yang kurang memadai, seseorang juga kurang mendapatkan kesempatan mendapatkan fasilitas nutrisi yang baik.

Kecukupan nutrisi ibu dan bayi mempengaruhi intelegensi bayi. Kecukupan nutrisi berkaitan erat dengan perkembangan organ otak dan fungsinya yang akan menentukan kualitas anak di masa depan. kandungan 78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gizi dalam ASI berpengaruh terhadap otak bayi turut mempengaruhi perkembangan inteligensi bayi. Tanpa nutrisi yang baik di masa-masa sebelumnya, kemungkinan besar pertumbuhan dan fungsi otak terhambat sehingga potensi kecerdasan anak menjadi rendah. Begitu pula kesehatannya secara keseluruhan. Tubuh yang lemah dan sering sakit-sakitan tentu saja juga memengaruhi potensi kecerdasannya. Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah.

Dokumen terkait