• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TONSILITIS, INTELEGENSI, DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH TONSILITIS, INTELEGENSI, DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PRESTASI BELAJAR"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TONSILITIS, INTELEGENSI, DUKUNGAN SOSIAL

ORANG TUA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP

PRESTASI BELAJAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Isabella Floriana

079114124

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)

Karya ini kupersembahkan untuk :

Theodorus, S.T, Susanna, dan Aldo

yang telah memberikan dukungan sosial secara maksimal

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Juni 2011 Penulis

Isabella Floriana

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)

PENGARUH TONSILITIS, INTELEGENSI, DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP

PRESTASI BELAJAR

Isabella Floriana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh tonsilitis pada prestasi belajar, 2) pengaruh intelegensi pada prestasi belajar, 3) pengaruh status sosial ekonomi pada intelegensi, 4) pengaruh dukungan sosial orang tua pada prestasi belajar, dan 5) pengaruh status sosial ekonomi pada dukungan sosial orang tua. Subjek dalam penelitian ini adalah 168 siswa siswi kelas II Sekolah Dasar. Peneliti berhipotesis bahwa 1) tonsilitis berpengaruh negatif pada prestasi belajar, 2) intelegensi berpengaruh positif pada prestasi belajar, 3) status sosial ekonomi berpengaruh positif pada intelegensi, 4) dukungan sosial orang tua berpengaruh positif pada prestasi belajar, dan 5) status sosial ekonomi berpengaruh positif pada dukungan sosial orang tua. Data penelitian diungkap dengan menggunakan alat ukur intelegensi Color Progressive Matrics (CPM), Skala Dukungan Sosial Orang Tua, pemeriksaan tonsilitis dengan tongue spatel, dokumentasi nilai raport dari sekolah dan dokumentasi status ekonomi orang tua. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Models (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) tonsilitis tidak berpengaruh pada prestasi belajar (b=0,28; p>0,05), 2) intelegensi berpengaruh positif pada prestasi belajar (b=4,37; p<0,05), 3) status sosial ekonomi berpengaruh positif pada intelegensi (b=5,38; p<0,05), 4) dukungan sosial orang tua berpengaruh positif pada prestasi belajar (b=1,80; p<0,05), dan 5) status sosial ekonomi berpengaruh positif pada dukungan sosial orang tua (b=2,40; p<0,05).

Kata kunci : tonsilitis, tongue spatel, intelegensi, CPM, dukungan sosial orang tua, status sosial ekonomi, prestasi belajar, dan SEM.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)

THE INFLUENCE OF TONSILITIS, INTELLEGENCE, SOCIAL SUPPORT, ECONOMICAL STATUS TO LEARNING ACHIEVEMENT

Isabella Floriana

ABSTRACT

This research aimed to know 1) the influence of tonsilitis to learning achievement, 2) the influence of intellegence to learning achievement, 3) the influence of economical status to intellegence, 4) the influence of social support to learning achievement, and 5) the influence of economical status to social support. Subjects were 168 second grade elementary school students. Hypotheses were that 1) there was a negative influence of tonsilitis to learning achievement, 2) there was a positive influence of intellegence to learning achievement, 3) there was a positive influence of economical status to intellegence, 4) there was a positive influence of social support to learning achievement, and 5) there was a positive influence of economical status to social support. Data were revealed by intellegence testing using CPM, scale of social support, tongue spatel for checking up the tonsilitis, raport documentation of learning achievement, and economical status documentation. Data were analyzed using Structural Equation Models (SEM) . The results show 1) there is no influence of tonsilitis to learning achievement (b=0.28; p>0.05), 2) there is a positive influence of intellegence to learning achievement (b=4.37; p<0.05), 3) there is a positive influence of economical status to intellegence (b=5.38; p<0.05), 4) there is a positive influence of social support to learning achievement (b=1.80; p<0.05), and 5) there is a positive influence of economical status to social support (b=2.40; p<0.05).

Key word : tonsilitis, tongue spatel, intellegence, CPM, social support, economical status, learning achievement, and SEM.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Isabella Floriana

NIM : 079114124

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

Pengaruh Tonsilitis, Intelegensi, Dukungan Sosial Orang Tua, dan Status

Sosial Ekonomi Terhadap Prestasi Belajar

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Saya memberikan kepada Perpustaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun meminta royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 20 Juni 2011

Yang menyatakan,

Isabella Floriana

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Dekan Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen pembimbing akademik Tanti Aquilina. Terima kasih untuk segenap dosen yang telah mengajarkan saya tentang ilmu psikologi dan karyawan fakultas Psikologi yang selalu membantu kelancaran kegiatan akademik.

Terima kasih kepada pembimbing skripsi saya, Agung Santoso, M.A. untuk semangat dan kesabarannya dalam mengajarkan statistik. Juga untuk dosen penguji Dr. A. Priyono Marwan, S.J dan M. M. Nimas Eki Suprawati S. Psi., Psi., M.Si.

Tak lupa saya berterima kasih untuk kedua orang tua dan adik saya atas dukungan, kepercayaan, dan cintanya. And to dearest dr. Indra Sugiarto, for his love, patience, and encouragement that strengthen my motivation to finish my study.

Terima kasih untuk teman-teman angkatan 2007, terutama Misha, Shiella, Rani, Santa, Manda, Tia. Juga untuk asisten yang telah membantu memasukkan data Skolastika dan Lusy. Thank you for the greatest happiness time, for helping and teaching me many things that you may not even realize.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ...v

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ...vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusah Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Perkembangan Anak ...8

1. Perkembangan kognitif ...8

2. Perkembangan bahasa ...9 x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

B. Prestasi Belajar ...10

1. Pengertian prestasi belajar ...10

2. Pengukuran prestasi belajar ...10

3. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ...12

C. Penyakit Tonsilitis ...24

1. Pengertian penyakit tonsilitis ...24

2. Anatomi tonsil ...24

3. Pengukuran penyakit tonsilitis ...26

4. Akibat penyakit tonsilitis ...26

D. Intelegensi ...28

1. Pengertian intelegensi ...28

2. Faktor yang mempengaruh intelegensi ...29

3. Pengukuran intelegensi ...34

E. Dukungan Sosial ...37

1. Pengertian dukungan sosial ...37

2. Pengertian dukungan sosial terhadap anak ...38

3. Bentuk dukungan sosial orang tua ...39

4. Faktor yang mempengaruhi dukungan sosial ...42

F. Status Ekonomi ...43

1. Pengertian status ekonomi ...43

2. Pengukuran status ekonomi ...43

G. Dinamika Antar Variabel ...46

H. Hipotesis ...50

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...51

B. Identifikasi Variabel ...51

C. Definisi Operasional ...52

D. Subjek Penelitian ...54

E. Metode Pengumpulan Data ...55

F. Validitas dan Reliabilitas ...58

G. Teknik Analisis ...61

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian ...62

1. Izin penelitian ...62

2. Uji coba alat ukur ...63

B. Pelaksanaan Penelitian ...63

C. Hasil Penelitian ...67

1. Uji asumsi normalitas ...67

2. Hasil analisis regresi ...68

3. Fit index ...70

D. Pembahasan ...71

1. Persamaan regresi ...71

2. Model keseluruhan ...79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...83

B. Keterbatasan ...84

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

C. Saran ...84 DAFTAR PUSTAKA ...86 LAMPIRAN ...91

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Dukungan Sosial ...56

Tabel 3.2 Bentuk Final Skala Dukungan Sosial Orang Tua ...60

Tabel 4.1 Uji Asumsi Univariate Normality ...67

Tabel 4.2 Uji Asumsi Multivariate Normality ...68

Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi ...68

Tabel 4.4 Fit Index ...78

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dinamika Antar Variabel ...50 Gambar 4.1 Hasil Penelitian ...82

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Blue Print Skala Dukungan Sosial ...92

Lampiran 2 Skala Uji Coba ...94

Lampiran 3 Reliabilitas Skala Uji Coba ;...96

Lampiran 4 Skala Penelitian ...98

Lampiran 5 Surat Angket Ekonomi Kepada Orang Tua ...100

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

BAB I

LATAR BELAKANG

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Pendahuluan

Bidang pendidikan memegang peranan yang penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia. Mutu pendidikan yang baik dituntut oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan adanya perbaikan, perubahan, dan pembaharuan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan adalah prestasi belajar. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Pusat Bahasa, 2008).

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Lingkungan keluarga merupakan salah

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(18)

satu faktor eksternal, meliputi perhatian orang tua, keadaan ekonomi orang tua, dan hubungan antar anggota keluarga. Di samping faktor keluarga, lingkungan sekolah turut menentukan prestasi belajar siswa, antara lain kompetensi guru, fasilitas sekolah, dan kondisi gedung sekolah. Faktor masyarakat juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang meliputi faktor media masa, lingkungan sosial, dan aktivitas anak di masyarakat (Mudzakir dan Sutrisno, 1997).

Faktor internal bersumber dari diri siswa sendiri, yang terdiri dari aspek fisiologis dan aspek psikologis (Mudzakir dan Sutrisno, 1997). Aspek psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri dari faktor intelegensi, serta adanya bakat, minat, motivasi yang dimiliki anak untuk belajar (Mudzakir dan Sutrisno, 1997). Misalnya, siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu, memiliki kecenderungan dan kegairahan yang tinggi mempelajari mata pelajaran itu, sehingga mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajarnya (Syah, 1995).

Salah satu faktor internal fisiologis yang berpengaruh dalam prestasi belajar adalah kondisi kesehatan. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterpretasi, mengorganisasi materi pelajaran melalui 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

inderanya, sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya (Nurkolis, 2006).

Masalah kesehatan yang banyak terjadi pada anak adalah diare, muntah, dan sakit perut. Penyakit tropik dan infeksi juga menyerang anak, seperti demam berdarah dengue, campak (morbili), tifus, dan tonsilitis (Kapita Selekta, 2000). Tonsilitis merupakan penyakit yang memiliki prevalensi tinggi. Insiden tonsilitis kronik di RS DR. Karyadi Semarang adalah 23.36% dan 47% di antaranya berusia 6-15 tahun (Suwento, 2001).

Evy, dalam Kompas edisi elektronik tanggal 8 July 2009 menyebutkan bahwa penyakit tonsilitis atau amandel biasanya terjadi pada anak berusia 3 sampai dengan 7 tahun. Tonsil dan adenoid (amandel belakang hidung) merupakan bagian dari sistem daya pertahanan tubuh manusia. Semua orang sejak kecil sampai dewasa mempunyai tonsil dan adenoid. Pembengkakan pada bagian tonsil banyak ditemukan pada anak kecil. Pembengkakan tonsil karena meradang dan infeksi disebut sebagai tonsilitis. Tonsilitis yang terjadi berulang-ulang dan berlangsung lama disebut sebagai tonsilitis kronik. Dalam kondisi tonsilitis kronik tersebut, tonsil dapat dipertimbangkan untuk diangkat.

Sampai saat ini penderita adenotonsilitis (tonsil dan adenoid) kronis masih banyak. Adenotonsilitis tersebut memberikan dampak berupa infeksi yang berulang sebesar 60%. Gejala umum yang tampak pada penderita adenotonsilitis adalah nyeri tenggorokan, badan lesu, sering mengantuk, nafsu makan berkurang, sakit kepala. Selain itu pada adenotonsilitis kronis terjadi gejala tersumbatnya jalan napas atas, yang sering terjadi pada malam hari. 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(20)

Adenotonsilitis kronis yang disertai tersumbatnya pernapasan pada malam hari disebut sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS). Gejala umum pada anak yang mengalami OSAS adalah anak mendengkur, sering mengantuk, gelisah, konsentrasi kurang (Muharjo, komunikasi pribadi, 2005).

Penelitian mengenai tonsilitis kronik dan hubungannya dengan prestasi belajar pernah dilakukan oleh Farokah, Suprihati, dan Suyitno (2007). Dari 514 subjek kelas 2 SD, didapat hasil penelitian yakni adanya hubungan antara tonsilitis kronik dengan prestasi belajar. Penelitian tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna prestasi belajar siswa antara yang menderita tonsilitis kronik dengan siswa yang sehat. Siswa yang tidak menderita tonsilitis kronik memiliki prestasi belajar 3.5 kali lebih tinggi dibandingkan siswa yang menderita tonsilitis kronik.

Penelitian yang dilakukan oleh Farokah et al. (2007) memilliki beberapa kelemahan. Peneliti mengubah jenis data variabel bebas (intelegensi) dari data interval menjadi data ordinal. Peneliti mengambil data IQ dalam bentuk data ordinal, yakni IQ 90-109 dikategorikan biasa, 110-119 dikategorikan cerdas, dan 120-129 dikategorikan sangat cerdas. Hal ini menyebabkan kekayaan informasi mengenai kesamaan interval menjadi hilang. Tidak ada informasi tentang apa alat ukur yang digunakan untuk mengetes intelegensi. Hasil tes IQ merupakan data dari sekolah dan tidak ada informasi kapan pengetesan IQ tersebut.

Penelitian tersebut juga mengolah data prestasi dari skor ke kategori berprestasi dan tidak berprestasi. Peneliti menggunakan rata-rata kelas sebagai 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

dasar klasifikasi anak yang berpretasi dan tidak berprestasi. Cara seperti ini akan mengaburkan definisi dari berprestasi dan tidak berprestasi. Dalam tiap kelas akan selalu ada siswa berprestasi dan tidak berprestasi terlepas dari keadaan real kelas tersebut. Misalnya suatu kelas dengan nilai yang sangat rendah, maka akan tetap ada siswa yang berada di atas rata-rata yang dianggap berprestasi dan siswa yang berada di bawah rata-rata sehingga dianggap tidak berprestasi.

Penelitian sebelumnya hanya memasukkan variabel prestasi belajar, tonsilitis, dan intelegensi yang dianalisis dengan analisis korelasional satu variabel dengan satu variabel lain. Padahal intelegensi dipengaruhi oleh faktor ekonomi sosial. Orang tua yang memiliki tingkat perekonomian tinggi dapat memberikan nutrisi yang baik. Kecukupan nutrisi berkaitan erat dengan perkembangan organ otak dan fungsinya yang akan menentukan kualitas anak di masa depan. Tanpa nutrisi yang baik di masa-masa sebelumnya, kemungkinan besar pertumbuhan dan fungsi otak terhambat sehingga potensi kecerdasan anak menjadi rendah (Slameto, 2003). Sementara itu, faktor ekonomi sosial juga mempengaruhi seberapa besar dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Orford (1992) mengemukakan bahwa dukungan sosial orang tua sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.

Peneliti berusaha mengatasi/ memperbaiki kekurangan penelitian sebelumnya. Peneliti memasukkan variabel faktor ekonomi sosial dan dukungan sosial. Peneliti mengambil data raport siswa untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa dan data intelegensi dengan mengetes IQ. 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(22)

Peneliti tidak mengubah data intelegensi dalam bentuk kategori dan tidak menggunakan rerata kelas untuk dasar klasifikasi prestasi belajar. Peneliti juga mengambil data siswa yang menderita penyakit tonsilitis kronik. Kelima variabel ini akan dianalisis sekaligus.

B. Rumusan Masalah

Apakah tonsilitis, intelegensi, dukungan sosial orang tua, dan status ekonomi berpengaruh terhadap prestasi belajar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tonsilitis, intelegensi, dukungan sosial orang tua, dan status ekonomi berpengaruh terhadap prestasi belajar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai teori tentang pengaruh tonsilitis, intelegensi, dukungan orang tua, dan faktor ekonomi sosial terhadap prestasi belajar.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan informasi mengenai pengaruh tonsilitis, intelegensi, dukungan sosial orang tua, dan status sosial ekonomi terhadap prestasi belajar. Informasi ini akan berguna dalam melakukan usaha-usaha meningkatkan prestasi belajar anak.

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, yakni 1) teori perkembangan anak, 2) teori prestasi belajar, 3) teori tonsilitis, 4) teori intelegensi, 5) teori dukungan sosial orang tua, dan 6) teori status sosial ekonomi.

A. Perkembangan Anak

1. Perkembangan kognitif

Pemikiran anak prasekolah, menurut Piaget (1944; dalam Santrock, 2002) bersifat praoperasional dan meliputi pembentukan konsep-konsep yang tetap, penalaran mental, penonjolan sikap egosentrisme, serta pembentukan sistem-sistem keyakinan gaib. Pemikiran praoperasional ini tidak terorganisir dengan baik. Piaget yakin bahwa pemikiran yang terorganisir dengan baik adalah pada tahap operasional konkret akan nampak ketika usia 7 tahun.

Pemikiran operasional konkret adalah tahap perkembangan kognitif pada masa pertengahan anak-anak, yakni setelah usia 7 tahun. Pemikiran operasional konkret adalah suatu tindakan mental yang bertentangan terhadap objek-objek yang nyata dan konkret. Operasional konkret memungkinkan anak mengkoordinasikan beberapa karakteristik dan bukan berfokus pada suatu properti tunggal suatu objek. Anak yang memiliki pemikiran operasional konkret memiliki kemampuan

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

mengklasifikasi atau membagi benda-benda dalam perangkat atau sub perangkat yang berbeda. Contohnya anak yang memiliki pemikiran praoperasional lebih berfokus pada tinggi atau lebar, sementara anak operasional konkret mengkoordinasikan informasi tentang kedua dimensi itu. Anak operasional konkret dapat memahami sistem klasifikasi seperti pohon keluarga (Santrock, 2002).

Memori jangka panjang anak bertambah selama masa pertengahan anak-anak. Proses-proses atau strategi-strategi untuk membantu anak mengingat seperti pengulangan, pengorganisasian, dan perbandingan mempengaruhi memori anak dan pengetahuan anak (Santrock, 2002).

2. Perkembangan bahasa

Pada masa pertengahan anak-anak, anak menjadi lebih analitis dan logis dalam pendekatan kata-kata dan tata bahasa. Kemampuan menganalisis kata memungkinkan anak menambah kata-kata yang lebih abstrak dalam perbendaharan kata mereka. Misalnya batu-batuan berharga dapat dipahami dengan ciri-ciri umum berlian dan zamrud. Peningkatan kemampuan analitis anak memungkinkan mereka membedakan antara kata yang mirip seperti sepupu dan keponakan, atau kota, kampung, dan pinggir kota. Peningkatan penalaran logis dan keterampilan analitis ini membuat anak dapat memahami konstruksi penggunaan komparatif yang sesuai (contohnya lebih pendek, lebih dalam), dan kata sifat. Pada akhir tahun 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(26)

sekolah dasar, anak biasanya dapat menerapkan aturan tata bahasa secara tepat (Santrock, 2002).

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian prestasi belajar

Salah satu aspek yang menunjukkan keberhasilan seseorang dalam pendidikan adalah prestasi belajar. Menurut kamus Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Pusat Bahasa, 2008). Sukarti (1996) memberi batasan prestasi belajar atau prestasi akademik sebagai tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan siswa terhadap tugas belajar di sekolah dalam periode tertentu yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Masrun dan Martaniah (1973) mendefiniskan prestasi belajar sebagai hasil kegiatan belajar, yakni sejauh mana peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan oleh seorang siswa yang dikembangkan melalui mata pelajaran dan indikatornya ditunjukkan dengan nilai hasil tes yang diberikan oleh guru.

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

2. Pengukuran prestasi belajar

Tingkat keberhasilan atau penguasaan seseorang dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraih. Prestasi belajar itu sendiri diketahui dari hasil evaluasi belajar. Evaluasi belajar dapat dilakukan dengan pengukuran yang dibuat dalam bentuk ujian tertulis, lisan, maupun praktik. Penilaian dilakukan berdasarkan norma yang dipergunakan. Hasilnya diwujudkan dalam suatu simbol yang biasa menggunakan angka/ huruf sebagai indeks prestasi .Ada yang menggunakan angka-angka dengan rentang 1-10 atau 10-100 atau dalam bentuk huruf A, B, C, D, E, dan F (Tirtonegoro, 1984).

Pengukuran mengenai prestasi belajar menurut Winkel (1996 dalam Segal, 2000) dapat berupa nilai Pekerjaan Rumah (PR), Pekerjaan Sekolah (PS), tugas-tugas, dan ulangan harian yang terangkum dalam nilai raport. Penilaian terhadap prestasi belajar diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni penilaian formatif dan penilaian sumatif (Purwanto, 1990). Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi mengenai penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(28)

Jadi, dari pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dalam bentuk tertulis, lisan, maupun praktik Pekerjaan Rumah, Pekerjaan Sekolah, tugas, dan ujian yang terangkum dalam nilai raport, yang merupakan bentuk dari penilaian sumatif.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Slameto, 2003).

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang bersumber di dalam diri siswa. Faktor internal meliputi : (Mudzakir dan Sutrisno, 1997)

a. Faktor fisiologi

Kondisi umum jasmani mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa yang sakit akan mengalami kelemahan fisik, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui indera lama, saraf akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya. Siswa yang kondisi tubuhnya kurang sehat ini mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap pelajaran 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterprestasi, dan mengorganisasi materi pelajaran melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya.

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi empat bagian, yakni: 1) Intelegensi

Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1985). Purwanto (1990) mendefiniskan intelegensi sebagai kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. David Wechsler (dalam Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.

Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses (Syah, 2006).

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(30)

Penelitian yang dilakukan oleh Setiadi (2001) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara intelegensi terhadap prestasi belajar siswa. Hal yang sama juga diungkap oleh Ekowati (2006) yang menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah kemampuan umum seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, dan menyesuaikan diri dengan cara yang tepat.

2) Bakat

Chaplin (2004) mendefinikan bakat sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang.

Antara bakat dan intelegensi secara umum memiliki kemiripan, yakni kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa yang akan datang (Syah, 1995). Namun, bakat lebih mengacu pada kemampuan seseorang dalam bidang tertentu, sedangkan intelegensi mengacu pada kemampuan secara umum.

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

3) Minat

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Chaplin, 2004). Tinggi rendahnya minat mempengaruhi kualitas prestasi belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.

Menurut Reber (1985; dalam Syah, 2006), minat kurang populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Tapi, meskipun kurang populer, minat tetap diakui dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dalyono (1997; dalam Djamarah, Syaiful, dan Bakri, 2002) bahwa minat yang besar terhadap sesuatu maka cenderung akan menghasilkan prestasi yang tinggi, begitupun sebaliknya jika minat terhadap sesuatu itu rendah, maka cenderung akan menghasilkan prestasi yang rendah juga. Tidak banyak yang bisa diharapkan dari seseorang yang tidak berminat terhadap sesuatu untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik. Jika siswa tidak berminat, ia akan kurang berpartisipasi dalam aktivitas belajar, perhatian 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(32)

menjadi kurang ketika proses belajar mengajar serta semangat belajar menjadi turun.

4) Motivasi

Seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki keinginan dan usaha lebih tinggi dalam meraih prestasi, sebaliknya orang dengan motivasi berprestasi yang rendah cenderung kurang memiliki usaha dalam meraih prestasi (Holstein, 1986).

Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang motivasinya besar akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu teman sekelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak mengalami kesulitan belajar (Sardiman, 1990).

Fungsi motivasi adalah (Hamalik, 2002) :

a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

b) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

c) Sebagai penggerak. Berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Dalam penelitian ini minat dan motivasi tidak diperhitungkan karena subjek penelitian belajar di sekolah umum, dimana prestasi belajarnya tidak dipengaruhi oleh minat-minat terhadap bidang-bidang tertentu.

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Mudzakir dan Sutrisno. 1997)

a. Lingkungan Keluarga

Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan menentukan seorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Orang tua memegang peranan penting serta menjadi guru bagi anak dalam mengenal dunianya. Orang tua adalah pengasuh, pendidik, dan membantu proses sosialisasi anak. Perhatian orang tua memiliki korelasi positif dengan prestasi belajar anak di sekolah. Moeloek (2001) menyatakan bahwa kajian empiris membuktikan bahwa peran keluarga dan orang tua berkaitan erat dan positif dengan prestasi belajar anak. Berbagai hasil penelitian menunjukkan peningkatan prestasi belajar anak, perbaikan 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(34)

sikap, stabilitas sosio-emosional, kedisiplinan, serta aspirasi anak untuk belajar sampai di Perguruan Tinggi, bahkan setelah bekerja dan berkeluarga apabila orang tua berperan dalam pendidikan anak (Dougherty dan Kurosaka dalam Slameto, 2003).

Faktor orang tua dalam keberhasilan belajar anak sangat dominan. Banyak penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menemukan kesimpulan tersebut. Faktor orang tua bisa dikategorikan ke dalam dua variabel: variabel struktural dan variabel proses (Tilaar, 2007).

Kategori variabel struktural antara lain latar belakang status sosial ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan orang tua. Munandar (1999) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi anak. Termasuk juga sejauh mana keluarga mampu menyediakan fasilitas tertentu untuk anak, seperti televisi, internet, dan buku bacaan. Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan lebih mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain. Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya. Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan akan sangat mengganggu kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

terhadap prestasi belajar siswa di sekolah, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan dengan pendidikan akan membutuhkan sosial ekonomi orang tua (Hamalik, 2002).

Variabel proses berupa perilaku orang tua dalam memberikan perhatian dan bantuan kepada anaknya dalam belajar. Untuk bisa mewujudkan variabel proses tersebut tidak harus tergantung pada variabel struktural. Artinya, tidak hanya keluarga kaya atau berpendidikan tinggi bisa menciptakan variabel proses. Contoh variabel proses antara lain: orang tua menyediakan tempat belajar untuk anaknya; orang tua mengetahui kemampuan anaknya di mana anak mempunyai nilai paling bagus; pelajaran apa anak paling tidak bisa; apa kegiatan anak yang paling banyak dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah; orang tua sering menanyakan tentang apa yang dipelajari anaknya; orang tua membantu anaknya dalam belajar. Bentuk perhatian orang tua terhadap belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan kebutuhan belajar anak (Hamalik, 2002).

Hasil penelitian lain juga mengungkapkan bahwa peran dan perhatian orang tua, terutama ayah, memiliki hubungan positif dengan pendidikan anak. Hal ini terlihat dari tumbuh kembang anak secara fisik, sosio-emosional, keterampilan kognitif, pengetahuan dan bagaimana anak belajar sehingga prestasi belajarnya meningkat, kedisiplinan dan ketertiban kehadiran sekolah serta aktif dalam ekstrakurikuler, menyelesaikan tugas 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(36)

dengan tepat dan benar, bersikap lebih positif terhadap sekolah, masuk ranking yang lebih tinggi dan setamat SMTA memasuki Perguruan Tinggi favorit (National Parent Teacher Association dalam Slameto, 2003).

Ayah dapat berperan penting bagi perkembangan pribadi anak, baik sosial, emosional maupun intelektualnya. Pada diri anak akan tumbuh motivasi, kesadaran diri, serta kekuatan/ kemampuan-kemampuan sehingga memberi peluang untuk kesuksesan belajarnya, identitas gender yang sehat, perkembangan moral dengan nilainya dan kesuksesan dalam keluarga dan kerja/kariernya kelak. Dari semua hal yang disebutkan, pengaruh peran ayah yang paling kuat adalah terhadap prestasi belajar anak dan hubungan sosial yang harmonis (Blokir dalam Slameto, 2003).

Dapat disimpulkan bahwa pengaruh perhatian dan pendapatan orang tua sangat dominan terhadap keberhasilan belajar anak. Dengan kata lain bahwa perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak, terutama dalam hal pendidikan dan belajar, memiliki hubungan dan pengaruh positif terhadap prestasi belajar yang dicapai anak di sekolah.

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial (Yusuf, 2001).

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(37)

Faktor sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah (Slameto, 2003).

Faktor-faktor sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar mencakup (Slameto, 2003) :

1) Metode Mengajar

Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa menjadi tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien dan seefektif mungkin.

2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.

3) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar yang terjadi antara guru dengan siswa dipengaruhi oleh relasi yang ada didalam proses tersebut. Relasi guru dengan siswa yang baik akan membuat siswa menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha 21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(38)

mempelajari sebaik-baiknya. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa dengan baik menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. 4) Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas pergi ke sekolah dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi demikian, siswa tersebut memerlukan bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.

5) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, pegawai sekolah dalam bekerja, kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan BP dalam memberikan layanan.

Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan lain-lain.

6) Fasilitas sekolah

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran tersebut dipakai siswa untuk menerima bahan pelajaran dan 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

dipakai guru waktu mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan belajar-mengajar.

Karena subjek penelitian berada dalam satu sekolah maka faktor lingkungan sekolah ini dianggap terkendali.

c. Lingkungan Sosial (Masyarakat)

Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Maka orang tua perlu mengontrol dengan siapa anak bergaul (Roestiyah, 1982).

Keberadaan media masa dan televisi dan banyaknya buku bacaan seperti novel, majalah, koran, kurang dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Anak asyik menonton hiburan televisi berupa film atau bermain game komputer dapat mengakibatkan anak malas belajar (Roestiyah, 1982).

Di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang rendah sementara teman-teman sekitarnya mendapat prestasi belajar tinggi. Hal ini dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar (Roestiyah, 1982).

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(40)

B. Penyakit Tonsilitis

1. Pengertian penyakit tonsilitis

Tonsilitis adalah infeksi pada bagian tonsil. Tonsilitis dibagi dua kategori, yakni kronik dan akut. Tonsilitis akut adalah penyakit tonsilitis yang baru saja diderita oleh pasien. Tonsilitis kronik adalah radang tonsil kronik yang telah diderita oleh pasien dalam jangka waktu lama dan tidak mengalami kesembuhan. Tonsilitis eksaserbasi akut merupakan tonsilitis kronik yang belum sembuh, namun diserang oleh kuman lagi, sehingga penyakit tonsilitisnya semakin parah (Soepardi dan Iskandar, 2001).

2. Anatomi tonsil

Faring merupakan jalan masuk udara dari hidung ke laring dan jalan masuk makanan dari mulut ke esofagus. Jaringan limfoid di daerah faring merupakan kelompok-kelompok yang membentuk :

a. Tonsila palatina (tonsil)

b. Tonsila faringealis (adenoid di atap nasofaring) c. Tonsila lingualis (tonsil lidah)

d. “lateral band” di pinggir kanan dan kiri dinding faring e. Nodul-nodul limfoid yang tersebar di dinding faring

Keseluruhan jaringan limfoid tersebut membentuk cincin waldeyer. Fungsi dari jaringan limfoid ini adalah sebagai benteng pertahanan pertama dari infeksi saluran nafas atas dan berperan membentuk antibodi pada anak-anak. Karena peran antibodi ini, biasanya tonsil dan adenoid 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)

membesar. Menjelang dewasa tonsil dan adenoid secara bertahap mengecil. Adenoid biasanya menghilang pada dewasa. Tonsil dapat tetap membesar pada dewasa, bila sering mengalami infeksi kuman. Pembesaran tonsil dan adenoid terjadi pada usia 3-7 tahun.

Tonsila palatina atau yang lebih sering disebut tonsil saja terletak antara arkus anterior dan arkus posterior. Tonsila palatina terdiri dari jaringan limfoid dengan 8 sampai 20 saluran (tubulus) yang pada permukaan membentuk kripta. Di dalamnya, saluran tersebut bercabang-cabang. Permukaan tonsil dilapisi oleh epitel skuamous. Epitel yang lepas membentuk detritus yang merupakan gumpalan putih yang tampak mengisi kripta. Detritus kadang-kadang baru dapat keluar dari saluran bia

tonsil ditekan. Tonsil lidah “lateral band” serta nodul limfoid di dinding

faring dapat membesar dan menebal karena radang kronik.

Pada tonsilitis kronis, terjadi proses radang berulang yang timbul pada epitel mukosa dan jaringan limfoid, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripte melebar. Secara klinik kripte ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan pelekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula (Ballenger,1994).

25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(42)

3. Pemeriksaan tonsilitis

Tonsilitis dapat diperiksa dengan beberapa metode, antara lain dengan metode rontgen dan alat tongue spatel. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan metode rontgen karena keterbatasan biaya. Peneliti menggunakan alat tongue spatel karena metode pengukuran ini mudah dilakukan dan akurat (Rukmini, 2000).

4. Akibat penyakit tonsilitis

Keluhan dari penderita biasanya bermula dari tenggorokan yang kering. Kemudian diikuti dengan timbulnya nyeri ketika menelan makanan atau minuman yang semakin lama semakin sakit. Anak merasakan rasa mengganjal di tenggorokan, mual, dan muntah. Hal ini menyebabkan anak tidak mau makan. Rasa sakit ini kemudian menjalar ke telinga (referred pain), sehingga anak mengalami gangguan pendengaran karena sumbatan tuba eustakhius. Anak dapat mengalami demam yang sangat tinggi dan menyebabkan kejang. Selain itu, anak juga mengalami kebuntuan pada hidung. Sehingga anak sulit bernafas melalui hidung dan pada saat tidur biasanya anak mendengkur. Hal ini menyebabkan kualitas tidur anak terganggu, nafsu makan berkurang, lesu, dan daya tangkap pelajaran berkurang (Soepardi dan Iskandar, 2001).

Ketika diperiksa oleh dokter, biasanya suara pasien seperti mulut penuh makanan (plummy voice) dan berbau busuk. Terdapat ptialismus atau kumpulan ludah di dalam mulut. Tonsil terlihat hiperemi (merah) dan 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)

banyak detritus (nanah). Palatum mole (langit-langit mulut), arkus anterior dan posterior tonsil terlihat udim (membengkak) dan hiperemi. Kelenjar getah bening membesar dan sakit bila ditekan (Soepardi dan Iskandar, 2001).

Jika penyakit tonsilitis ini tidak segera disembuhkan, ada kemungkinan penyakit akan semakin parah dan terjadi komplikasi seperti peritonsil, abses parafaring, dan otitis media supuratif akut pada anak-anak. Jika penyebabnya adalah kuman S. Pyogenes, dapat terjadi komplikasi glomerulonefritis akut, demam rema, rematoid artritis, endokarditis bakterial sub akut. Hal ini dikarenakan terbentuknya antibodi terhadap kuman Stretokokus, sehingga terjadi reaksi silang antara antibodi dengan jaringan tertentu di dalam tubuh penderita. Selain itu juga dapat terjadi otitis media serosa, sinusitis paranasal kronik, dan bronkitis kronik. Radang kronis tonsil dapat menimbulkan rinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara perkoninuitatum, endokarditis (infeksi jantung), artritis (sakit sendi), miositis (sakit otot), nefritis (infeksi ginjal), uveitis (infeksi mata uvea), iridosklitis (infeksi mata iris), dermatitis (infeksi kulit), pruritus (gatal-gatal), urtikaria (biduran), dan furunkulosis (infeksi kulit) (Soepardi dan Iskandar, 2001).

27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(44)

C. Intelegensi

1. Pengertian Intelegensi

Intelegensi menurut Reber (1985, dalam Azwar, 2004) dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi menurut David Wechsler (dalam Azwar, 2004) adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif. Purwanto (1990) mendefiniskan intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. Sementara Salim (1991) mendefinisikan intelegensi sebagai daya penyesuaian yang cepat dan tepat secara fisik dan mental terhadap pengalaman baru didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki.

Inteligensi digolongkan sebagai kemampuan umum. Anastasi dan Urbina (1997) menyebutkan bahwa istilah inteligensi merupakan kombinasi kemampuan yang dipersyaratkan untuk bertahan hidup dan meningkatkan diri dalam budaya tertentu. Dengan demikian inteligensi juga mencakup kemampuan spesifik yang bobotnya bervariasi dari waktu ke waktu dan di tempat yang berbeda. Dalam budaya yang berbeda atau pada masa sejarah yang berbeda, kualifikasi prestasi akan berbeda pula.

Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah kemampuan umum seseorang untuk 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(45)

bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, dan menyesuaikan diri dengan cara yang tepat.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi

Menurut Bayley (1986; dalam Slameto, 2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu:

a. Keturunan dan faktor maternal

Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi diantara anak dan orang tua, atau dengan kakek-neneknya, menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.

Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal (Fitriyah, 2009).

Inteligensi lebih banyak diturunkan oleh ibu dibandingkan ayah. Dalam penelitian pengaruh gen yang dominan yang diwariskan oleh orang tua terhadap anak dalam perkembangan 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(46)

inteligensinya, hasilnya adalah bahwa inteligensi anak lebih banyak dipengaruhi oleh sumbangan gen yang berasal dari ibu dibandingkan dari ayah, tetapi seberapa besar perbedaan itu masih belum diketahui. Hal ini disebabkan karena gen inteligensi adalah salah satu gen yang kompleks.

Selain faktor gen atau keturunan, intelegensi juga sangat dipengaruhi oleh pemberian ASI. Anak-anak dengan pemberian ASI yang cukup, mempunyai Inteligensi yang lebih tinggi (sekitar 3 – 8 point) dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diberikan ASI atau diberikan ASI dalam waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah kandungan gizi dalam ASI yang berpengaruh terhadap otak bayi yang juga turut mempengaruhi perkembangan inteligensi bayi

b. Latar belakang sosial ekonomi

Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua, dan faktor-faktor social ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja.

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah, dan mendapatkan nutrisi yang memadai pula. Begitu juga sebaliknya dengan sosial ekonomi yang kurang memadai, seseorang juga 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(47)

kurang mendapatkan kesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang baik dan nutrisi yag baik.

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah

c. Lingkungan hidup

Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang di nilai paling buruk bagi perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan serta institusi lainnya, terutama bila anak ditempatkan disana sejak awal kehidupannya.

Sementara itu, lingkungan dengan pola asuh orang tua yang penuh kasih sayang diyakini dapat meningkatkan potensi kecerdasan si anak. Sebaliknya, tidak adanya pola asuh hanya akan membuat anak bingung, stres, dan trauma yang berbuntut masalah pada emosi anak. Dampaknya, apa pun yang dikerjakannya tidak akan pernah membuahkan hasil maksimal.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap intelegensi, adalah lembaga pendidikan formal tempat anak belajar. Disanalah anak akan diperkenalkan dengan kegiatan membaca, menulis dan berhitung yang akan meningkatkan kapasitas inteligensinya. Dengan kegiatan membaca, lebih banyak kosa kata yang diterima 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(48)

anak dan pemahaman kalimat yang merupakan bentuk asosiasi kata. Begitu juga dengan kemampuan menulis. Kegiatan berhitung juga mengembangkan kemampuan numeriknya.

Proses yang terjadi di lembaga pendidikan formal adalah proses belajar (learning) yang menyebabkan perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Apa yang dipelajari dan diajarkan pada seseorang akan sangat menentukan apa dan bagaimana reaksi individu terhadap stimulus yang dihadapinya. Sikap, perilaku, reaksi emosional, dan semacamnya merupakan atribut yang dipelajari dari lingkungan (Azwar, 2006).

Syah (2006) menyatakan bahwa tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Hal yang sama juga diungkap oleh Ekowati (2006) yang menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. David Wechsler (dalam Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secararasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif, dari definisi tersebut nampak 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(49)

adanya pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap prestasi akademik. Anastasi (Anastasi dan Urbina, 1997) menyebutkan bahwa IQ merupakan refleksi prestasi pendidikan sebelumnya dan prediktor kinerja pendidikan berikutnya. Skor pada tes inteligensi akademik juga merupakan prediktor kinerja dalam banyak pekerjaan dan aktivitas lain dalam kehidupan sehari-hari budaya tersebut.

d. Kondisi fisik

Peran nutrisi bagi kecerdasan anak tak bisa diabaikan begitu saja. Untuk menjadikan anak sehat secara fisik dan mental, sebetulnya perlu persiapan jauh-jauh hari sebelum proses kehamilan terjadi, dimulai ketika masa perencanaan kehamilan, sepanjang masa kehamilan dan akan terus berlanjut selama masa pertumbuhan anak.

Kecukupan nutrisi berkaitan erat dengan perkembangan organ otak dan fungsinya yang akan menentukan kualitas anak di masa depan. Tanpa nutrisi yang baik di masa-masa sebelumnya, kemungkinan besar pertumbuhan dan fungsi otak terhambat sehingga potensi kecerdasan anak menjadi rendah. Begitu pula kesehatannya secara keseluruhan. Tubuh yang lemah dan sering sakit-sakitan tentu saja juga memengaruhi potensi kecerdasannya. Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, 33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(50)

perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah.

e. Iklim emosi

Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan.

3. Pengukuran Intelegensi

Pengukuran intelegensi dilakukan sejak lama. Cattell adalah orang pertama yang memunculkan istilah tes mental. Menurut Cattell (1890; dalam Azwar, 2004), pengukuran fungsi intelektual dapat dilakukan melalui diskriminasi indrawi dan waktu reaksi. Pengukuran intelegensi berkembang semakin pesat. Kraepelin (1895; dalam Azwar, 2004) menggunakan perhitungan matematika sederhana untuk mengukur ingatan, pengaruh latihan dan kelelahan, serta pengalihan perhatian. Sementara Binet dan Henri (1895; dalam Azwar, 2004) menyarankan penggunaan sederet kemampuan yang luas dan bervariasi, mencakup fungsi ingatan, imajinasi, perhatian, pemahaman, mengikuti saran, penilaian estetika, dll. Tes yang dikembangkan oleh Binet bersama Simon (1895; dalam Azwar, 2004) menjadi cikal bakal tes intelegensi saat ini.

Skala Binet-Simon direvisi beberapa kali. Adaptasi yang paling terkenal adalah Skala Stanford-Binet edisi 1916 yang dikembangkan oleh Terman di Stanford University. Dalam adaptasi Stanford-Binet ini pertama kali muncul istilah IQ (Intelligence Quotient) (Azwar, 2004).

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(51)

Spearman (1927; dalam Azwar, 2004) menekankan pentingnya faktor general atau faktor g, yakni faktor umum yang mewakili berbagai tes inteligensi. Faktor g dipengaruhi oleh faktor herediter, yakni menurun secara genetik dari orang tua kepada anak. Para pendukung faktor g menyarankan bahwa tes inteligensi yang efektif adalah tes yang sarat mengukur faktor g. Tes yang sampai sekarang paling banyak dipakai oleh psikolog sekolah, konselor, maupun psikolog klinis, yakni Skala Wechsler.

Raven Progressive Matrice adalah salah satu jenis alat tes intelegensi yang diciptakan oleh J.C. Raven pada tahun 1938. Tes ini menuntut deduksi hubungan-hubungan antara soal abstrak. Soal terdiri dari satu set matriks, atau pengaturan unsur desain ke dalam baris dan kolom, dari satu bagian gambar yang telah dikosongkan. Tugas testi adalah memilih satu sisipan yang hilang di antara alternatif yang ada. Soal yang lebih mudah menuntut keakuratan diskriminasi, soal yang lebih sulit melibatkan analogi, permutasi, dan perubahan pola-pola dan hubungan-hubungan logis lainnya (Anastasi dan Urbina, 1997).

Raven Progressive Matrice terdiri dari 3 tes dengan penggunaan yang berda-beda, yaitu (Anastasi dan Urbina, 1997):

1. Standard Progressive Matrice (SPM)

SPM terdiri dari 60 soal yang dikelompokkan ke dalam 5 seri, A, B, C, D, dan E. Tes ini dipergunakan untuk orang normal berusia 6-65 tahun.

2. Advanced Progressive Matrice (APM)

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(52)

APM dapat digunakan untuk orang normal tanpa batasan waktu, yaitu untuk mengukur kemampuan observasi dan clear thinking. APM terdiri atas 2 bagian. Bagian 1 terdiri dari 12 soal, sedangkan baigan 2 terdiri dari 36 soal. Tes ini dipergunakan subjek yang berusia di atas 11 tahun dan yang memiliki intelegensi di atas rata-rata.

3. Colored Progressive Matrice (CPM)

CPM terdiri dari 36 soal yang dikelompokkan ke dalam 3 seri, A, Ab, dan B. Tes ini dapat digunkaan untuk anak berusia 5-11 tahun, anak yang mengalami hambatan mental, dan orang lanjut usia.

Saat ini CPM telah banyak digunakan oleh para psikolog akademik maupun psikolog klinis untuk mengukur IQ anak. Raven berpendapat bahwa tes CPM dimaksudkan untuk mengungkap aspek:

1. berpikir logis

2. kecakapan pengamatan ruang

3. kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi

4. kemapuan berpikir secara analogi.

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(53)

D. Dukungan Sosial

1. Pengertian dukungan sosial

Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan. Gottlieb (1983; dalam Kuntjoro, 2002) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi verbal atau nonverbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega karena diperhatikan.

Dukungan sosial juga merupakan persepsi seseorang terhadap dukungan yang diberikan orang lain yang membantu meningkatkan kemampuan untuk bertahan dari pengaruh-pengaruh yang merugikan (Malecky dan Demaray, 2003). Pernyataan tersebut sependapat dengan Baron dan Byrne (2002) yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan keluarga individu. Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu. Sarason (1983; dalam Kuntjoro, 2002) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Sarason berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal. Pertama jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(54)

individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas). Kedua tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah suatu dorongan atau bantuan nyata seperti kenyamanan, perhatian, penghargaan, serta hal-hal yang dapat memberikan keuntungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu yang mengalami kesulitan, agar individu merasa dicintai, diperhatikan, dan dihargai.

2. Pengertian dukungan sosial orang tua terhadap anak

Dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan suami istri, anak, anggota keluarga lain, teman, rekan kerja profesional, komunitas, atau masyarakat. Smet (1994) menyatakan dukungan sosial terpenting berasal dari keluarga. Orang tua sebagai bagian dalam keluarga merupakan individu dewasa yang paling dekat dengan anak dan salah satu sumber dukungan sosial bagi anak dari keluarga. Santrock (2002) menjelaskan bahwa orang tua berperan sebagai tokoh penting dengan siapa anak menjalin hubungan dan merupakan suatu sistem dukungan ketika anak menjajaki suatu dunia sosial yang lebih luas dan lebih kompleks. Dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua memainkan peranan penting terhadap penyesuaian psikologis anak (Mounts, 2005). Orang tua yang mendorong anak mereka untuk mencoba aktivitas yang baru dan memberikan dukungan pada usaha mereka akan membantu mengembangkan perasaan mampu 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(55)

pada diri anak saat menjumpai tantangan menurut Bandura (1979; dalam Schunk dan Pajares, 2001). Dukungan sosial terpenting berasal dari keluarga dalam proses tumbuh kembang anak (Smet, 1994). Melengkapi pendapat tersebut, Gottlieb (1983) menyatakan bahwa dukungan sosial lebih sering didapat dari relasi yang terdekat yaitu keluarga atau sahabat. Kekuatan dukungan sosial yang berasal dari relasi yang terdekat yakni orang tua merupakan salah satu proses psikologis yang dapat menjaga perilaku sehat dalam diri anak.

Dukungan sosial yang diberikan keluarga atau orang tua terhadap anak merupakan jenis dukungan natural. Dukungan sosial natural diterima seseeorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak,orang tua, istri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non formal menurut Rook dan Dooley (1985; dalam Kuntjoro, 2002).

3. Bentuk dukungan sosial orang tua

Lima dimensi dukungan sosial yang menjadi aspek dalam pengukuran dukungan sosial orang tua yaitu :

a. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material. Dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis. Dukungan ini meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan benda-benda. Misalnya alat-alat sekolah, buku-buku, memberikan uang, dan membantu 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(56)

menyelesaikan tugas praktis (Orford, 1992). Dukungan instrumental juga dapat berupa bantuan secara langsung sesuai dengan yang dibutuhkan oleh seseorang, seperti memberi pinjaman uang atau menolong seseorang pada waktu mengalami stres (Smet, 1994).

b. Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan oleh individu. Dukungan informasional dibagi menjadi dua bentuk. Pertama adalah pemberian informasi atau pengajaran suatu keahlian yang dapat memberikan solusi pada suatu masalah. Kedua adalah appraisal support, yakni pemberian informasi yang dapat membantu dalam mengevaluasi performasi pribadinya. Dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, nasehat, dan bimbingan (Orford, 1992). Sarafino (2006) menyebutkan dukungan ini dapat berupa saran, pengarahan, dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan masalah.

c. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Orford (1992) berpendapat bahwa dukungan ini dapat ditunjukkan dengan cara menghargai, mendorong sesorang mengungakapkan ide, menyetujui ide tertentu, menghargai gagasan atau kemampuan yang dimiliki seseorang, dan pernyataan menghargai dan menerima orang lain. Harga diri seseorang dapat ditingkatkan dengan mengkomunikasikan padanya bahwa ia bernilai dan diterima meskipun melakukan kesalahan.

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar

Tabel 3.1 Blue Print Skala Dukungan Sosial ................................................56
Gambar 4.1 Hasil Penelitian .............................................................................82
Gambar 2. 1. Dinamika antar variabel
Tabel 3. 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyiapan data awal adalah suatu kegiatan yang tujuannya mengumpulkan data yang nantinya akan dipergunakan pada sistem usulan setelah selesai

Hubungan Penerimaan Diri Dengan Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Waria Di Kota Tasikmalaya.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Namun dalam perkembangannya pemanfaatan kinect tidak hanya digunakan sebagai perangkat input untuk game XbOX 360 saja, namun oleh Microsoft sendiri telah

[r]

siswa yang dimulai dari administrator yang melakukan login untuk masuk Gambar 4.5 System Flow Proses Persetujuan Perijinan Siswa.. ke dalam sistem kemudian administrator

Menurut Kasali (2001, pp148-150), segmentasi harus didasarkan oleh pengetahuan yang mendalam tentang pasar, yaitu melalui riset. Tetapi riset membutuhkan waktu, ketrampilan dan

Jika dianggap semua eksperimen untuk mendapatkan berbagai besaran termodinamika bagi sistem zarah identik (dengan berbagai macam je- nis statistika) telah dapat dilakukan, dan

Namun bukan berarti semakin kecil ukuran bahan akan menghasilkan rendemen yang semakin tinggi, justru ukuran yang terlalu kecil akan menurunkan randemen minyak