• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.4 Persediaan

23 2.3 Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2012) dikutip dari Indah, dkk (2018) bahan baku adalah bahan yang membentuk keseluruhan bagian dari produk jadi. Bahan baku yang diproses di perusahaan manufaktur dapat berasal dari pembelian dalam negeri, impor atau pengolahan sendiri.

Menurut Krismiaji dan Aryani (2011) dikutip dari Indah, dkk (2018) , bahan baku dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Bahan langsung adalah bahan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari produk jadi dan dapat dilacak dan dilacak secara fisik keandalannya untuk produk jadi.

2. Bahan baku tidak langsung adalah bahan yang tidak dapat ditelusuri secara fisik keberadaannya pada produk jadi.

24 3. MRO (Maintenance Repair Operating)

Maintenance Repair Operating atau pemeliharan perbaikan operasi diperlukan untuk berjagajaga jika ada kerusakan mesin dalam salah satu proses produksi. MRO harus dijadwalkan atau diantisipasi

4. Persediaan barang jadi (Finished goods inventory)

Persediaan barang jadi yaitu produk jadi dan siap untuk dijual atau dikirim kepada penganggan.

Menurut Sunyoto (2013) dikutip dari Indah, dkk (2018), jumlah persediaan bahan baku akan sangat bergantung pada:

1. Waktu yang dibutuhkan sejak saat pemesanan sampai dengan bahan diterima (lead time)

Apabila perusahaan ingin kelancaran produksi maka waktu pengiriman harus diperhatikan, karena ada jeda waktu antara pemesanan dan penerimaan barang, sehingga dengan penataan yang baik maka kebutuhan produksi gudang selalu terpenuhi.

2. Jumlah pemakaian

Semakin banyak bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, maka persediaan bahan baku perusahaan semakin besar.

3. Jumlah investasi dalam persediaan

Jumlah investasi yang diperlukan untuk gudang juga berperan penting dalam menentukan stok. Pemesanan material secara teratur dalam jumlah yang cukup dapat menjamin kelancaran proses produksi. Sebaliknya, dalam kasus bahan yang mahal, waktu tunggu dan frekuensi kantor harus lebih penting, karena investasi modal di gudang yang mahal cukup signifikan.

4. Karakteristik fisik dari bahan mentah yang dibutuhkan

Karakteristik fisik bahan baku seperti ukuran, ukuran, kondisi baik atau buruk. Memesan bahan yang mudah rusak dalam jumlah banyak tidak disarankan, karena memiliki kelebihan dan kekurangan, meskipun harganya murah.

25 2.4.1 Model-model Pengendalian Persediaan

Secara umum model -model pengendalian persediaan adalah:

1. Model pengendalian deterministik.

Model pengendalian deterministik adalah model yang mengasumsikan bahwa semua parameter diketahui dengan pasti. Metode EOQ (Economic Order Quantity) digunakan untuk menghitung manajemen persediaan yang merupakan model persediaan sederhana. Tujuan dari model ini adalah untuk menentukan ukuran pesanan yang paling ekonomis untuk meminimalkan biaya persediaan. Model lain yang dapat digunakan untuk manajemen inventaris deterministik adalah: Production Order Quantity (POQ), Quantity Discount, Economic Lot Size (ELS).

2. Model pengendalian probabilistik.

Model kontrol probabilistik digunakan ketika salah satu permintaan, waktu eksekusi, atau keduanya tidak dapat diketahui secara pasti.

2.4.2 Pengandalian Persediaan

Herjanto (2008) dikutip dari Indah, dkk (2018), menyatakan bahwa pengendalian persediaan adalah seperangkat praktik pengendalian yang menentukan berapa banyak persediaan yang diadakan, kapan pesanan dilakukan untuk meningkatkan persediaan, dan berapa banyak pesanan massal yang dikelola.

Tingkat persediaan yang diperlukan bervariasi dari perusahaan manufaktur ke perusahaan manufaktur, tergantung pada volume produksi, jenis dan proses bisnis.

Menurut Assauri (2008) dikutip dari Indah, dkk (2018), Manajemen persediaan adalah kegiatan untuk memastikan persediaan atau stok yang ada tidak kekurangan pasokan dan dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal sehingga biaya persediaan dapat dioptimalkan. Tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai bisnis adalah sebagai berikut:

1. Menjaga agar perusahaan tidak kehabisan stok, yang akan menyebabkan terhentinya produksi.

2. Pastikan penumpukan persediaan perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan, sehingga biaya persediaan tidak terlalu tinggi.

26 3. Menjaga pembelian kecil dihindari karena menyebabkan biaya pemesanan

yang tinggi.

2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persediaan

Menurut Rasyid (2015) dikutip dari Indah, dkk (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku sebagai berikut:

1. Perkiraan bahan baku

Sebelum perusahaan membeli bahan baku, manajemen perusahaan harus membuat perkiraan penggunaan bahan baku untuk keperluan produksi. Ini dapat dilakukan berdasarkan rencana dan jadwal produksi yang telah disiapkan sebelumnya. Jumlah bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dihitung sebagai jumlah bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi ditambahkan ke rencana persediaan akhir bahan, dan kemudian dikurangi sesuai dengan stok awal kepala perusahaan.

2. Harga bahan baku

Harga bahan baku yang digunakan dalam proses produksi merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah uang yang harus disediakan perusahaan jika perusahaan menyimpan bahan dalam jumlah unit tertentu. Semakin tinggi harga bahan baku yang digunakan perusahaan, semakin banyak modal yang dibutuhkan untuk mengirimkan sejumlah persediaan tertentu.

3. Biaya-biaya persediaan

Mengenai biaya persediaan ini, terdapat tiga jenis biaya persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya persediaan tetap. Biaya penyimpanan adalah biaya penyimpanan yang meningkat dalam kuantitas karena lebih banyak unit perangkat keras disimpan di perusahaan. Biaya pemesanan merupakan biaya persediaan, semakin penting kuantitas maka semakin sering bahan baku yang digunakan dalam perusahaan dipesan. Biaya tetap persediaan adalah biaya persediaan yang tidak dipengaruhi oleh jumlah unit persediaan di perusahaan atau seberapa sering perusahaan memesan bahan baku.

27 4. Kebijakan pembelanjaan

Kebijakan biaya yang diterapkan di perusahaan mempengaruhi pengelolaan stok material di perusahaan. Tentu saja besaran dana yang digunakan untuk berinvestasi saham komoditas juga bergantung pada kebijakan perusahaan, apakah saham komoditas bisa menjadi pilihan pertama, kedua atau terakhir dari perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, tentunya kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan juga mempengaruhi kemampuannya untuk membiayai seluruh kebutuhan persediaan materialnya.

5. Pemakaian bahan baku

Antara perkiraan penggunaan bahan dan penggunaan sebenarnya dari proses produksi di perusahaan yang bersangkutan, sebaiknya dianalisis secara berkala untuk mengetahui pola penyerapan bahan baku tersebut. Analisis ini memungkinkan kita untuk melihat apakah model prediktif yang mendasari penggunaan dokumen ini sesuai dengan penggunaan sebenarnya. Tentunya lebih baik untuk mengubah model yang digunakan, jika ternyata model prediksi bahan baku penyerap yang digunakan tidak sesuai dengan kenyataan.

6. Waktu tunggu (lead time)

Waktu tunggu adalah perpanjangan waktu yang diperlukan dengan datangnya bahan baku yang dipesan. Apabila perusahaan memesan bahan baku tanpa mempertimbangkan waktu tunggu maka akan terjadi kekurangan bahan (bahkan pada saat pemesanan) karena bahan belum sampai di perusahaan.

Namun, jika suatu perusahaan dibutuhkan, perusahaan tersebut mengumpulkan bahan-bahan yang merugikan perusahaan yang bersangkutan.

7. Model pembelian bahan baku

Model pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan sangat mempengaruhi persediaan bahan baku perusahaan. Metode pembelian yang berbeda menghasilkan jumlah pembelian optimal yang berbeda. Pemilihan model pembelian yang digunakan perusahaan disesuaikan dengan kondisi gudang material dan posisi masing-masing perusahaan terkait. Karakteristik dari setiap jenis bahan baku yang digunakan di perusahaan dapat dijadikan

28 dasar untuk memilih model pengadaan yang tepat untuk setiap jenis bahan baku di perusahaan. Sampai saat ini, metode pembelian yang umum digunakan dalam bisnis adalah metode pembelian kuantitas pembelian yang optimal.

8. Persediaan pengaman

Safety Stock Untuk mengatasi kelangkaan bahan baku yang ada di perusahaan maka dibentuklah safety stock. Safety stock digunakan oleh perusahaan pada saat persediaan bahan baku kurang atau perusahaan terlambat dalam pembelian bahan baku. Penyimpanan yang aman memungkinkan proses produksi perusahaan berjalan tanpa gangguan atau kekurangan bahan baku, bahkan jika bahan yang dibeli oleh perusahaan tertunda dari waktu yang telah dihitung. Jumlah ini adalah jumlah yang konstan untuk jangka waktu tertentu.

9. Pembelian kembali

Tentunya manajemen yang bertanggung jawab memperhitungkan waktu tunggu perolehan bahan baku selama pembelian. Dengan cara ini pembelian membawa bahan baku ke gudang tepat waktu, sehingga tidak terjadi kemacetan bahan akibat keterlambatan datangnya bahan tersebut, atau sebaliknya yaitu kelebihan bahan baku di gudang karena bahan baku yang dipesan tiba terlalu cepat.

Dokumen terkait