• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Studi Kasus : Usaha Mie Rajawali) TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(Studi Kasus : Usaha Mie Rajawali) TUGAS AKHIR"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Pemilihan Supplier dan Penegendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Menggunakan Metode WASPAS (Weighted Agregated

Sum Product Assesment) dan metode EOQ (Economic Order Quantity)

(Studi Kasus : Usaha Mie Rajawali)

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi

Disusun Oleh:

FURQANUL KARIM 11850210391

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(2)
(3)
(4)

LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Tugas Akhir yang tidak diterbitkan ini terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau adalah terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta pada penulis. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau ringkasan hanya dapat dilakukan seizin penulis dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Penggandaan atau penerbitan sebagian atau seluruh Tugas Akhir ini harus memperoleh izin dari Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Perpustakaan yang meminjamkan Tugas Akhir ini untuk anggotanya diharapkan untuk mengisi nama, tanda peminjaman dan tanggal pinjam.

(5)
(6)

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus dari rahmat Allah melainkan orang orang yang kufur”

(Q.S Yusuf ayat: 18)

Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit dan bumi, dengan Rahmaan Rahiim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat yang menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan kemaha

besarannya

Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan penuh kerinduan pada sang revolusioner Islam, pembangun peradaban manusia yang beradab

Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam.

Tetes peluh yang membasahi asa, ketakutan yang memberatkan langkah, tangis keputus asaan yang sulit dibendung, dan kekecewaan yang pernah menghiasi hari -hari kini menjadi tangisan penuh kesyukuran dan kebahagiaan yang tumpah dalam sujud panjang.

Alhamdulillah maha besar Allah, sembah sujud sedalam qalbu hamba haturkanatas karunia dan rizki yang melimpah, kebutuhan yang tercukupi, dan kehidupan yang layak.

Ku persembahkan...

Kepada kedua orang tuaku, Ayah dan Ibu yang selalu ada untukku berbagi, mendengar segala keluh kesahku serta selalu mendoakan anakmu ini dalam meraih

impian dan cita-cita serta mendapat RidhoNya…

Pekanbaru, 11 Januari 2023

Furqanul Karim

(7)

Pemilihan Supplier dan Penegendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Menggunakan Metode WASPAS (Weighted Agregated Sum Product Assesment) dan metode EOQ (Economic Order

Quantity)

(Studi Kasus : Usaha Mie Rajawali)

Oleh : Furqanul Karim

Program Studi Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas KM. 15 No. 155 Pekanbaru

ABSTRAK

Bisnis Usaha Mie Rajawali merupakan bidang usaha yang bergerak dalam memproduksi berbagai varian mie. Varian mie yang diproduksi yaitu mie kuning, mie ayam, mie sagu, mie tiaw, kulit pangsit, kulit dimsum dan lumpia. Terdapat 3 supplier yang berkerjasama dengan Usaha Mie Rajawali untuk memasok bahan baku tepung terigu. Permasalahan pada Usaha Mie Rajawali Yaitu pemilik usaha tidak menentukan supplier utama pada pembelian bahan baku dan pemilik usaha juga tidak bisa menentukan jumlah persediaan bahan baku yang tepat. Maka dari itu dilakukan perhitungan menggunakan metode WASPAS untuk menentukan supplier yang mampu bekerjasama dengan baik kemudian, melakukan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) dengan keadaan permintaan yang tidak pasti, untuk mengetahui jumlah yang tepat dan sekaligus biaya yang optimal dalam perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode Forecasting untuk mengetahui kebijakan pada masa yang akan datang dan melakukan perhitungan EOQ untuk menentukan jumlah yang optimal dalam pemesanan kepada supplier dan dapat menghemat biaya persediaan. Hasil dari penelitian didapat Toko AJ sebagai prioritas yang paling tinggi untuk dijadikan tempat pembelian bahan baku dengan skor 0,892. Pada perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan metode Forecasting dan metode Economic Order Quantity (EOQ) jumlah pembelian optimal sebesar 9.139,61 Kg. Safey Stock yang dibutuhkan oleh Usaha Mie Rajawali sebesar 120,64 Kg dan ROP 735,38 Kg. Persediaan maksimum pada Storage sebesar 9.260,25 Kg.

Biaya persediaan optimal untuk bahan baku tepung terigu sebesar Rp. 705.818,67 sehingga biaya turun sebesar Rp. 1.402.878,83,.

Kata kunci: WASPAS, EOQ, Forecasting, Supplier,

(8)

Supplier Selection and Raw Material Inventory Control Flour Using the WASPAS (Weighted Aggregated) Method

Sum Product Assessment) and the EOQ (Economic Order Quantity)

(Case Study: Rajawali Noodle Business)

By :

Furqanul Karim

Industrial Engineering Departement Faculty of Science and Technology

State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau HR. Soebrantas Street No. 155 Pekanbaru

ABSTRACT

Rajawali Noodle Business is a line of business engaged in producing various noodle variants. The noodle variants produced are yellow noodles, chicken noodles, sago noodles, tiaw noodles, wonton skin, dimsum skin and spring rolls. There are 3 suppliers who work together with Rajawali Noodle Business to supply wheat flour raw materials. The problem with the Rajawali Noodle Business is that the business owner does not determine the main supplier for purchasing raw materials and the business owner also cannot determine the exact amount of raw material inventory. Therefore, calculations are carried out using the WASPAS method to determine suppliers who are able to work well together, then perform Economic Order Quantity (EOQ) calculations with uncertain demand conditions, to find out the right amount and at the same time optimal costs within the company. This study uses the Forecasting method to determine future policies and perform EOQ calculations to determine the optimal number of orders from suppliers and can save on inventory costs. The results of the study obtained AJ Shop as the highest priority to be used as a place to purchase raw materials with a score of 0.892. In calculations made using the Forecasting method and the Economic Order Quantity (EOQ) method, the optimal purchase amount is 9,139.61 Kg. The Safey Stock needed by the Rajawali Noodle Business is 120.64 Kg and 735.38 Kg ROP. The maximum inventory in Storage is 9,260.25 Kg. The optimal inventory cost for wheat flour raw materials is Rp. 705,818.67 so that the cost decreased by Rp. 1,402,878.83,.

Kata kunci: WASPAS, EOQ, Forecasting, Supplier.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala rahmat, karunia serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Teknik di Program Studi Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Bapak Dr. Hartono, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Ibu Misra Hartati, S.T, M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Anwardi, S.T, M.T, selaku Sekretaris Program Studi Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Bapak Nazaruddin, S.ST, M.T, selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Bapak Muhammad Isnaini Hadiyul Umam, S.T., M.T dan Bapak Harpito, S.T., M.T selaku dosen pembimbing I dan II tugas akhir penulis yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang sangat berguna saat penulis menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

7. Bapak Muhammad Ihsan Hamdy, S.T., M.T., selaku Penasehat Akedemis, yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan.

(10)

x

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, yang telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktu untuk berkonsultasi guna menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

9. Teristimewa Kedua Orang tua Mulyadi, S.H (Ayah), Marlina (Ibu) dan saudara-saudara penulis yaitu Rabbiatul Abrar (Abang), Abdul Arif, (Adek), Amira Aulia Sarah (Adek), selaku keluarga yang telah mendo’akan dan memberikan dukungan, serta motivasi agar penulis dapat sukses dalam menyelesaikan laporan ini dengan baik dan benar.

10. Kepada Keluarga besar dari pihak Ayah.

11. Kepada Keluarga besar dari pihak Ibu penulis yaitu Drs. Sawirman, M.M (Makdang)., Ir. Alwis (Makpuak), Marlinis (Ibu), Susilawati (Mami), Supardi, S.Kom. (Uncu), Mira Puspita, S.Pd., M.Pd. (Incim).

12. Kepada Keluarga Besar Teknik Industri Angkatan 2018 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

13. Kepada Penghuni Kontarakan VGK yaitu Adly Risky Pratama, Bram, Brem, Fadhlan, Irval Alzandi, Prayogo, Rahman Gustian Maulana, Rezky Agusla S.T., Wawan Saputra.

14. Kepada Aidil Habibul Zuriadi Akbar, S.T., Azizah Muhana, S.T., Elsa Safira, S.T., Fachrul Hidayah, S.T.,Gita Shakila Palupi, S.T., M. Ilham Kurniawan S.T., Muhammad Alan Syari S.T., Muhammad Dzaki Adzkia, S.T., Raihan Pramudia, S.T., selaku teman – teman seperjuangan yang membantu dan menyemangati saya saat proses pembuatan tugas akhir.

Harapan penulis, semoga laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis sendiri khususnya, serta memberikan hikmah dan ide bagi pembaca pada umumnya. Amin. Wassalamu’alaikum wr.wb

Pekanbaru, 11 Januari 2023

Penulis,

Furqanul Karim

11850210391

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR RUMUS ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Masalah ... 7

1.6 Posisi Penelitian ... 7

1.7 Sistematika Penulisan... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management (SCM) ... 12

2.1.1 Pemain Kunci Dalam Supply Chain Management (SCM)... 13 2.1.2 Proses-proses Dalam Supply Chain Management

(12)

xii

(SCM)... 15

2.1.3 Tujuan dan Fungsi Supply Chain Management (SCM)... 16

2.2 Supplier ... 17

2.2.1 Pemilihan Supplier ... 17

2.2.2 Kriteria Pemilihan Supplier ... 18

2.3 Bahan Baku ... 23

2.4 Persediaan ... 23

2.4.1 Model-model Pengendalian Persediaan ... 25

2.4.2 Pengendalian Persediaan ... 25

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan ... 26

2.5 Pengambilan Keputusan ... 28

2.6 Peramalan (Forecasting) ... 29

2.6.1 Jenis Pola Peramalan ... 29

2.6.2 Metode Peramalan ... 31

2.6.3 Pengukuran Kesalahan Peramalan ... 32

2.7 Weight Aggregated Sum Product Assesment (WASPAS) ... 33

2.7.1 Langkah-Langkah Metode Weight Aggregated Sum Product Assesment (WASPAS) ... 33

2.8 Economic Order Quantity (EOQ) ... 34

2.8.1 Total Inventory Cost (TIC)... 35

2.8.2 Safety Stock ... 36

2.8.3 Maximum Inventory ... 36

2.8.4 Re Order Point (ROP) ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan ... 39

3.2 Studi Literatur ... 40

3.3 Identifikasi Masalah ... 40

3.4 Rumusan Masalah ... 40

3.5 Penetapan Tujuan ... 40

(13)

xiii

3.6 Pengumpulan Data ... 41

3.7 Pengolahan Data ... 41

3.7.1 Metode WASPAS (Weighted Agregated Sum Product Assesment) ... 41

3.7.2 EOQ (Economic Order Quantity) ... 42

3.8 Analisa ... 43

3.9 Kesimpulan dan Saran ... 44

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data ... 45

4.1.1 Profil Perusahaan ... 45

4.1.2 Struktur Organisasi ... 45

4.1.3 Kebutuhan Bahan Baku ... 46

4.1.4 Kriteria Supplier ... 47

4.1.5 Bobot Kriteria ... 49

4.1.6 Kuesioner dan Hasil Penilaian ... 50

4.1.7 Lead Time (Waktu Tunggu) Bahan Baku ... 52

4.1.8 Data Biaya Pemesanan ... 52

4.1.9 Biaya Penyimpanan ... 53

4.2 Pengolahan Data ... 53

4.2.1 Metode Weight Aggregated Sum Product Assesment (WASPAS) ... 53

4.2.1.1 Matriks Kepuasan Metode WASPAS ... 54

4.2.1.2 Nilai Maximal dan Minimum Matriks Keputusan... 54

4.2.1.3 Normalisasi Nilai Matriks Keputusan Metode WASPAS ... 54

4.2.1.4 Nilai Akhir Supplier ... 55

4.2.1.5 Perangkigan Supplier Metode WASPAS ... 56

4.2.2 Identifikasi Pola Data Permintaan ... 57

4.2.3 Peramalan (Forecasting) ... 58

(14)

xiv

4.2.3.1 Moving Average ... 58

4.2.3.2 Weighted Moving Average ... 61

4.2.3.3 Exponential Smoothing ... 64

4.2.3.4 Linear Regression ... 67

4.2.4.5 Pemilihan Metode Terbaik ... 70

4.2.4 Perhitungan EOQ ... 72

4.2.4.1 Pemesanan dan Penyimpanan ... 72

4.2.4.2 Biaya Persediaan Menggunakan Metode EOQ ... 73

4.2.4.3 Total Biaya Persediaan Menurut Perusahaan . 74 4.2.4.4 Safety Stock ... 75

4.2.4.5 Reorder Point (Titik Pemesanan Kembali) .... 76

4.2.4.6 Maximum Inventory (Persediaan Maksimum) 76 BAB V ANALISA 5.1 Pengumpulan Data ... 79

5.2 Pengolahan Data ... 79

5.2.1 Metode Weight Aggregated Sum Product Assesment (WASPAS) ... 79

5.2.1.1 Matriks Keputusan Metode WASPAS ... 79

5.2.1.2 Normalisasi Matriks Metode WASPAS ... 81

5.2.1.3 Optimalisasi Kriteria Supplier Metode WASPAS ... 81

5.2.1.4 Perangkingan Supplier Metode WASPAS ... 81

5.2.2 Identifikasi Pola Data Permintaan ... 82

5.2.3 Analisa Peramalan (Forecasting) ... 82

5.2.4 Metode Economic Order Quantity (EOQ) ... 83

5.2.4.1 Analisa Biaya Pemesanan dan Penyimpanan. 83 5.2.4.2 Analisa Biaya Persediaan ... 84

5.2.4.3 Analisa Safety Stock ... 84 5.2.4.4 Analisa Reorder Point (Titik Pemesanan

(15)

xv

Kembali)... 84 5.2.4.5 Analisa Maximum Inventory (Persediaan

Maksimum) ... 85

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 86 6.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Plot Data Trend ... 30

Gambar 2.2 Plot Data Seasonality ... 31

Gambar 2.3 Plot Data Cycles ... 31

Gambar 2.4 Plot Data Horizontal (H) atau Stasioner ... 31

Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian ... 39

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Usaha Mie Rajawali ... 46

Gambar 4.2 Grafik Pemakaian Bahan Baku ... 57

Gambar 4.3 Grafik Economic Order Quantity (EOQ) ... 77

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Permasalahan Supplier Ùsaha Mie Rajawali ... 3

Tabel 1.2 Persediaan Bahan Baku Tepung (Dalam Kg) ... 4

Tabel 1.3 Data Keterlambatan Pengiriman Bahan Baku Tepung Terigu .... 5

Tabel 1.4 Posisi Penelitian ... 8

Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan Supplier ... 20

Tabel 2.2 Kriteria Pemilihan Supplier Menurut Dickson ... 20

Tabel 4.1 Persediaan Bahan Baku Tepung (Dalam Kg) ... 46

Tabel 4.2 Kriteria Dalam Pemilihan Supplier Menurut Dickson ... 47

Tabel 4.3 Kriteria Supplier Terpilih ... 49

Tabel 4.4 Bobot Kriteria Supplier ... 49

Tabel 4.5 Penilaian Kinerja Toko Makmur ... 50

Tabel 4.6 Penilaian Kinerja Toko AJ ... 51

Tabel 4.7 Penilaian Kinerja Toko Rudi ... 51

Tabel 4.8 Rekapitulasi Penilaian Kriteria Supplier ... 52

Tabel 4.9 Biaya Pemesanan Selama Januari – Desember 2021 ... 53

Tabel 4.10 Biaya Penyimpanan Selama Januari – Desember 2021 ... 53

Tabel 4.11 Nilai Maximum dan Minimum Matriks Keputusan ... 54

Tabel 4.12 Rekapitulasi Nilai Akhir Supplier ... 56

Tabel 4.13 Perangkingan Supplier Metode WASPAS ... 57

Tabel 4.14 Forecasting Bahan Baku menggunakan Metode Moving Average (n=2) ... 58

Tabel 4.15 Tabel Rekapitulasi Peramalan Bahan Baku Moving Average ... 60

Tabel 4.16 Forecasting Bahan Baku menggunakan Metode Weighted Moving Average (n=2) ... 61 Tabel 4.17 Tabel Rekapitulasi Peramalan Bahan Baku

(18)

xviii

Weighted Moving Average ... 63

Tabel 4.18 Forecasting Bahan baku menggunakan Metode Exponential Smoothing (α=0.1) ... 64

Tabel 4.19 Tabel Rekapitulasi Peramalan Bahan Baku menggunakan Exponential Smoothing ... 66

Tabel 4.20 Data Forecasting Bahan Baku dengan Metode Linear Regression ... 67

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan QM Metode LR ... 69

Tabel 4.22 Rekapitulasi Nilai Error ... 70

Tabel 4.23 Perhitungan Metode Terpilih Moving Average (n=10) ... 71

Tabel 4.24 Kebutuhan Bahan Baku Pada Tahun 2022 ... 72

Tabel 4.25 Rekapitulasi Perhitungan Metode EOQ ... 77

(19)

xix

DAFTAR RUMUS

Rumus Halaman

Rumus 2.1 Moving Average ... 31

Rumus 2.2 Exponential Smoothing ... 31

Rumus 2.3 Weighted Moving Average ... 32

Rumus 2.4 Linear Regression ... 32

Rumus 2.5 Linear Regression a ... 32

Rumus 2.6 Linear Regression b ... 32

Rumus 2.7 Mean Square Error (MSE) ... 32

Rumus 2.8 Mean Absolute Percentage Error (MAPE) ... 32

Rumus 2.9 Mean Absolute Error (MAE) ... 32

Rumus 2.10 Normalisasi Matriks Dalam Pengambilan Keputusan ... 34

Rumus 2.11 Normalisasi Terhadap Matrik X, Jika Kriteria Benefit ... 34

Rumus 2.12 Normalisasi Terhadap Matrik X, Jika Kriteria Cost ... 34

Rumus 2.13 Menghitung Nilai Qi ... 34

Rumus 2.14 EOQ ... 35

Rumus 2.15 TIC ... 35

Rumus 2.16 Standard Deviasi ... 36

Rumus 2.17 Safety Stock ... 36

Rumus 2.18 Maximum Inventory (MI) ... 36

Rumus 2.19 Re Order Point (ROP) ... 37

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Peramalan QM ... A-1 Koesioner Penilaian Kriteria ... A-2 Dokumentasi ... A-3 Biografi Penulis ... A-4

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri dewasa ini terjadi dengan sangat kuat dan pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga semakin banyak perusahaan yang terus ingin mendorong bisnisnya menjadi yang terbaik agar tidak ditinggalkan konsumen. Kebutuhan konsumen beragam, perusahaan harus selalu memberikan pelayanan yang baik, perusahaan melakukan banyak upaya untuk meningkatkan permintaan konsumen seperti menjaga kualitas produk, harga yang terjangkau dan ketepatan waktu pengiriman.

Upaya perusahaan dalam bersaing dengan competitor menggunakan salah satu bidang yaitu supply chain. Menurut Yusuf dkk (2022), demi memenuhi kebutuhan pasar maka perusahaan hendaknya menerapkan konsep supply chain yang dimana suatu kesatuan proses dan aktivitas produksi mulai pemilihan bahan baku dari supplier, proses penyimpanan persediaan barang sampai diolah menjadi produk jadi dan proses pengiriman barang jadi ke retail dan konsumen.

Bahan baku merupakan masalah utama yang dihadapi oleh perusahaan, dimana bahan baku memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perbaikan dan peningkatan produk yang ditawarkan. Perusahaan memiliki banyak supplier yang mampu mengantisipasi perubahan permintaan bahan baku. Pemilihan supplier merupakan hal yang penting, karena akan mempengaruhi proses produksi dan kualitas produk yang dihasilkan, sekaligus menguntungkan perusahaan. Pemilihan supplier dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor secara bersamaan:

harga, kualitas bahan baku, pelayanan, lokasi supplier dan lain-lain.

Fenomena yang terjadi di perusahaan Indonesia adalah perusahaan tersebut memiliki banyak supplier bahan baku. Ini karena aspek permintaan bahan baku harus dipenuhi, dan permintaan bahan sering berubah dengan ketidakpastian.

Situasi ini menyebabkan perusahaan menghadapi masalah dalam memilih supplier

(22)

2 alternatif. Supplier yang dapat memberikan nilai kinerja terbaik sesuai standar yang dipersyaratkan oleh perusahaan akan menjadi pilihan terbaik.

Setelah supplier dipilih, masalah berikutnya yang dihadapi perusahaan terkait dengan manajemen persediaan, di mana kegiatannya melibatkan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan identifikasi kebutuhan material untuk memenuhi kebutuhan operasional. dan persediaan dapat dihilangkan secara optimal. Menurut Efendi, dkk (2019), jika manajemen persediaan dikelola dengan baik, dapat mengurangi total biaya dan meningkatkan tingkat layanan. Ketika persediaan bahan baku melebihi kebutuhan perusahaan, maka akan ada tambahan biaya pemeliharaan dan penyimpanan serta risiko tertentu ketika bahan persediaan rusak dan tidak dapat digunakan. Sebaliknya ketika perusahaan mengurangi pasokan bahan baku, maka perusahaan akan menghadapi kekurangan bahan baku yang menghambat kelancaran proses produksi. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat merencanakan secara matang untuk mengendalikan stok bahan secara optimal.

Bisnis Usaha Mie Rajawali merupakan bidang usaha yang bergerak dalam memproduksi berbagai varian mie. Varian mie yang diproduksi yaitu mie kuning, mie ayam, mie sagu, mie tiaw, kulit pangsit, kulit dimsum dan lumpia. Usaha ini didirikan oleh Bapak Agus pada tahun 2017 yang beralamat di Jl. Rajawali, Gg.

Gajus No. 68. Memiliki 5 orang karyawan dan menggunakan 3 jenis mesin yaitu mesin mixer (pengaduk), mesin penggiling dan mesin pemotong. Bahan baku utama yang digunakan perusahaan dalam memproduksi mie adalah tepung terigu.

Perusahaan menjalin kerjasama dengan 3 supplier tepung terigu yang berbeda untuk mendapatkan stock tepung terigu untuk memenuhi target produksi mie.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Usaha Mie Rajawali, usaha ini dapat memproduksi ± 190 kg/ hari.

Berikut permasalahan pada masing-masing supplier dalam kurun waktu satu tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 :

(23)

3 Tabel 1.1 Permasalahan Supplier Ùsaha Mie Rajawali

Supplier Waktu Masalah Dampak

Toko Makmur

Agustus 2021

Harga yang ditawarkan terlalu

tinggi

Laba yang didapat perusahaan berkurang

Toko Rudi

September 2021

waktu kedatangan pesanan terlalu

lama

Terjadi kerlambatan dalam proses produksi

Toko AJ

Oktober 2021

Respon komplain kurang baik

Jumlah tepung tidak sesuai dengan pesanan

Toko Makmur

Desember 2021

waktu kedatangan pesanan terlalu

lama

Terjadi kerlambatan dalam proses produksi

(Sumber : Usaha Mie Rajawali)

Berdasarkan Tabel 1.1 terdapat beberapa permasalahan dari masing- masing supplier tepung terigu yang dapat memberikan dampak pada Usaha Mie Rajawali yaitu mempengaruhi jumlah produksi. Sebelumnya, Usaha Mie Rajawali hanya bekerja sama dengan Toko Rudi namun karena sering terlambatnya waktu kedatangan pesanan mengakibatkan jumlah produksi mie tidak maksimal dan mengganggu jalannya produksi, maka dari itu Usaha Mie Rajawali juga memesan tepung sebagai bahan baku utama dalam pembuatan mie dari beberapa toko yaitu Toko Makmur dan Toko AJ. Namun beberapa permasalahan juga ditemukan pada Toko Makmur dan Toko AJ yaitu respon komplain yang kurang baik dan harga yang ditawarkan terlalu tinggi. Permasalahan ini harus segera ditemukan solusinya agar Usaha Mie Rajawali tepat dalam memilih supplier untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan.

Agar biaya persediaan dapat efisien salah satu caranya yaitu dengan melakukan pembelian yang tepat sesuai dengan rencana produksi sehingga tidak mengalami kekurangan dan kelebihan dalam persediaan bahan baku Efendi, dkk (2019). Pengendalian persediaan juga dimaksudkan untuk mencegah pembelian skala kecil yang menyebabkan biaya pemesanan menjadi besar. Melalui

(24)

4 perencanaan persediaan perusahaan dapat memenuhi pesanan pembeli dengan cepat dan tepat, serta tidak menimbulkan kelebihan dan kekurangan persediaan yang berujung pada penggunaaan dana yang tidak efisien. Berikut adalah data persediaan bahan baku tepung selama Januari-Desember pada tahun 2021:

Tabel 1.2 Persediaan Bahan Baku Tepung (Dalam Kg) No Bulan Permintaan Pemakaian Persediaan

akhir

Keterangan Total kerugian biaya persediaan

akhir 1. Januari 8.875 9.000 -125 Out of stock Rp. 1.250.000 2. Februari 7.925 7.500 425 Overstock Rp. 51.000 3. Maret 10.350 10.500 -150 Out of stock Rp. 150.0000 4. April 8.025 8.250 -225 Out of stock Rp. 225.0000

5. Mei 11.350 11.250 100 Overstock Rp. 12.000

6. Juni 8.475 8.150 325 Overstock Rp. 39.000

7. Juli 10.125 9.750 375 Overstock Rp. 45.000

8. Agustus 8.775 8.250 525 Overstock Rp. 63.000 9. September 9.400 9.000 400 Overstock Rp. 48.000 10. Oktober 12.125 12.000 125 Overstock Rp. 15.000 11. November 8.400 8.175 225 Overstock Rp. 27.000 12. Desember 9.400 8.950 450 Overstock Rp. 54.000

Total 113.225 110.775 2.450 Rp. 5.354.000

(Sumber : Usaha Mie Rajawali)

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa permintaan dari perusahaan setiap bulannya tidak sama serta beberapa supplier dapat memenuhi dan tidak memenuhi permintaan dari perusahaan. Pada bulan Januari, Maret, dan April persediaan bahan baku mengalami kekurangan (out of stock), sedangkan pada bulan yang lain mengalami kelebihan bahan baku (overstock). Pengelolaan persediaan bahan baku pada perusahaan tidak mudah dikarenakan apabila jumlah stok berlebih (overstock) dapat menyebabkan kerugian biaya perusahaan, namun apabila persediaan kurang (out of stock) juga mempengaruhi jumlah produksi

(25)

5 yang sudah ditargetkan. Maka dari itu, dalam pemesanan bahan baku utama dalam perusahaan juga berdampak pada kerugian biaya terhadap produk akhir dengan total biaya kerugian Rp. 5.354.000 pada tahun 2021. Pihak supplier juga membutuhkan waktu tunggu agar tidak mengalami kerugian.

Berikut adalah data pengiriman bahan baku tepung terigu dari supplier ke Usaha Mie Rajawali:

Tabel 1.3 Data Keterlambatan Pengiriman Bahan Baku Tepung Terigu

Bulan Keterlambatan (Hari)

Toko Rudi Toko AJ Toko Makmur

Januari 0 1 3

Februari 1 3 2

Maret 3 0 1

April 0 1 2

Mei 1 3 0

Juni 3 2 0

Juli 2 1 1

Agustus 0 2 1

September 1 0 0

Oktober 0 1 2

November 1 0 1

Desember 0 0 1

(Sumber : Usaha Mie Rajawali)

Bersadarkan Tabel 1.3 terlihat bahwa terjadi keterlambatan setiap minggunya, waktu keterlambatan berkisar antara satu sampai tiga hari yang tentunya menghambat proses produksi.

Untuk mengatasi permasalahan yang ada, salah satunya dapat diselesaikan dengan metode WASPAS. Menurut Sugiarti, dkk (2018) metode WASPAS (Weighted Agregated Sum Product Assesment) merupakan metode pangambilan keputusan yang mampu menemukan solusi ideal positif dan solusi ideal negative untuk menyalesaikan permasalahan yang ada. Metode WASPAS merupakan metode yang cocok dalam pengambilan keputusan dengan berbagai kriteria, termasuk dalam pemilihan supplier secara cepat dan tepat.

(26)

6 Selain metode WASPAS dalam menyelesaikan masalah diatas metode EOQ (Economic Order Quantity). EOQ adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan jumlah kuantitas pemesanan yang optimal. Menurut Andiana dan Pawitan (2018) EOQ adalah salah satu dari teknik pengendalian persediaan yang mengurangi total biaya pemesanan dan penyimpanan. Tujuan dari EOQ ini untuk menentukan jumlah ekonomis setiap kali pemesanan sehingga meminimalisasi biaya total persediaan. Dengan menggunakan metode EOQ maka persediaan yang ada di gudang tidak terlalu banyak, tetapi juga tidak terlalu sedikit, sehingga aktivitas perusahaan tidak terganggu. Dengan melakukan perencanaan pengendalian persediaan yang baik diharapkan dapat menetukan ketersediaatan bahan utama yang optimal untuk meningkatkan efisiensi penjualan dalam memenuhi pesanan tepat waktu, dan dalam jumlah yang tepat sehingga biaya persediaan dapat ditekan sekecil mungkin.

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana memilih supplier tepung yang mampu bekerja sama dengan baik dan menentukan ketersediaan bahan baku dengan biaya yang efisien menggunakan metode WASPAS (Weighted Agregated Sum Product Assesment) dan metode EOQ (Economic Order Quantity) pada Usaha Mie Rajawali? ”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui supplier yang mampu bekerja sama dengan baik dan mampu menentukan ketersediaan bahan baku dengan biaya yang optimal pada Usaha Mie Rajawali dengan menggunakan metode WASPAS (Weighted Agregated Sum Product Assesment) dan metode EOQ (Economic Order Quantity).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah seagai berikut:

(27)

7 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T) sekaligus sebagai penerapan ilmu dalam bidang teori yang dipelajari dalam perkuliahan.

2. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk memberikan solusi terbaik dalam memilih supplier dan menentukan ketersediaan bahan baku.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Supplier yang di teliti adalah suppier Tepung Terigu

2. Data yang digunakan adalah data hasil wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada pihak terkait untuk memilih supplier.

3. Data persediaan yang diolah adalah data persediaan pada tahun 2021.

1.6 Posisi Penelitian

Posisi penelitian dimasukkan bertujuan untuk menghindari plagiarisme dan penyalinan karya orang lain. Berikut adalah penelitian sebelumnya untuk melihat kesamaan penelitian dan untuk melakukan perbandingan:

(28)

8 Tabel 1.4 Posisi Penelitian

No Judul dan Penulis Permasalahan Metode Hasil

1 Implementasi Metode Weight Aggregated Sum Product Assesment (WASPAS) Dalam Pemilihan Kepala Laboratorium (Handayani dan Marpaung, 2018)

Keterbatasan perguruan tinggi untuk memilih kepala laboratorium karena proses pemilihan dilakukan secara subjektif

WASPAS Terdapat 4 alternatif yang dihasilkan memiliki nilai tinggi yang dapat membantu pengambil keputusan memutuskan satu atau beberapa opsi sebagai pengelola laboratorium.

2 Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Guru Tetap Menerapkan Metode Weight Aggregated Sum Product Assesment (WASPAS)

(Barus., dkk, 2018)

Keterbatasan untuk menentukan pengangkatan guru honor menjadi guru tetap

WASPAS Alternatif 2 memiliki prioritas yang paling tinggi untuk dijadikan sebagai Guru Tetap

3 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kerupuk Mentah Potato dan Kentang Keriting Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

(Efendi, J., dkk, 2019)

PT. Surya Indah Food Multirasa masih mengalami kendala dalam penentuan jumlah pesanan pada pembeliasn bahan baku dan biaya persediaan yang ekonomis

EOQ Nilai EOQ rata-rata bahan baku potato 344 kg dan kentang kering 234 kg, sedangkan safety stock bahan baku potato 75 kg dan kentang kering 58 kg, ROP bahan baku potato 123 kg dan kentang kerimg 58 kg (Sumber : Pengumpulan Data, 2022)

(29)

9 Tabel 1.4 Posisi Penelitian (Lanjutan)

4 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan

Menggunakan Metode

Economic Order Quantity Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Dodik Bakery

(Ahmad., A, 2018)

Kesalahan dalam pembelian stok bahan baku dapat mengakibatkan jumlah produk jadi tidak memenuhi kebutuhan pasar dan pembelian barang pengganti yang menimbulkan biaya lain.

EOQ Frekuensi pemesanan

dengan metode EOQ lebih rendah yaitu 9 kali lipat, selisih 88 kali lipat dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh UKM Dodik Bakery dan biaya penemuan yang lebih kecil yaitu 1.992.492 rubel, selisih 3.718.908 rubel dibandingkan dengan metode yang digunakan.

oleh UKM Bakery Dodik 5 Analisis Efisiensi Biaya

Persediaan Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) Pada PT. XYZ (Umami, dkk, 2018)

PT. XYZ kekurangan barang.

Terjadi kekurangan bahan baku pada kemasan cup, dan perusahaan juga menemukan kelebihan bahan baku untuk kemasan karton sehingga terjadi pemborosan biaya penyimpanan bahan baku.

EOQ Total pembelian bahan baku kemasan cup 240ml dan karton menurut perhitungan EOQ adalah sebanyak 17.691.504.240ml cup dan 368.573 karton. Jumlah Safety Stock 447.306

(Sumber : Pengumpulan Data, 2022)

(30)

10 1.6 Sistematika Penulisan

Penggunaan sistematika dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini beriskan teori-teori relevan yang mendukung penelitian ini. Adapun teori-teorinya yaitu pemilihan supplier, persediaan bahan baku, teori keputusan, metode WASPAS dan metode EOQ yang akan digunakan pada proses pengumpulan data hingga ke pengolahan data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan langkah-langkah dan prosedur yang dilakukan dalam penelitian tengtang pengumpulan dan pengolahan data, serta kesimpulan dan saran.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menjelaskan secara sistematis langkah-langkah yang digunakan dalam proses pengumpulan data dari data primer dan sekunder serta pengolahan data teknik untuk memecahkan masalah.

Selain memuat tingkat pemprosesan, data yang dikumpulkan juga digunakan untuk pemecahan masalah.

BAB V ANALISA

Analisis hasil pengolahan data dilakukan berdasarkan teori yang digunakan untuk menjelaskan pemecahan masalah dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah terkait pemilihan supplier dan pengendalian persediaan.

(31)

11

BAB VI PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan yang di ambil berdasarkan tujuan penelitian dan memberikan informasi atau rekomendasi bagi perusahaan dan penelitian yang akan datang.

(32)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Supply Chain Management (SCM)

Supply chain management adalah konsep yang berhubungan dengan model pengiriman produk yang optimal. Agar perusahaan menjadi kompetitif dan sukses, maka dari itu harus menerapkan manajemen rantai pasokan. Masalah supply chain management merupakan masalah operasional yang sering menimpa perusahaan, karena produk yang harus dikirim ke konsumen secepat mungkin harus diblokir ketika supply chain management tidak berjalan maksimal.

Manajemen rantai pasok memprioritaskan aliran barang antar perusahaan dari awal hingga akhir, menghubungkan pemasok ke pelanggan. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok mengacu pada keseluruhan siklus dari bahan baku dari pemasok ke kegiatan operasional di perusahaan hingga distribusi ke konsumen.

Itulah alasan konsep ini, yang bertujuan untuk mengurangi inefisiensi dan mengoptimalkan penciptaan nilai dalam rantai pasokan. (Hardiana dan Nanda, 2021).

Menurut Huda, dkk (2018) dikutip dari Latuconsina dan Nathalia (2020), manajemen rantai pasok adalah perencanaan strategis dari peran setiap organiasasi yang terlibat dalam kegiatan rantai pasokan untuk tujuan mengintegrasikan permintaan dan manajemen rantai pasokan. Penciptaan system manajemen rantai pasokan yang efektif akan menguntungkan bisnis beberapa dari manfaat ini lebih dari persediaan dan efektivitas biaya, peningkatan produktivitas, pemrosesan dan pengiriman lebih cepat, profitabilitas lebih besar dan meningkatkan loyalitas pelanggan.

Menurut Kristian, dkk (2021) supply chain management adalah system yang melibatkan produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi, dan penjualan produk untuk memenuhi permintaan produk tersebut. Rantai pasok mencakup smua proses proses dan aktivitas yang terlibat dalam membawa produk ke tangan konsumen. Semua itu termasuk manufaktur dalam produksi, sistem transportasi yang memindahkan produk dari produksi ke toko ritel, gudang tempat produk

(33)

13 disimpan, pusat distribusi tempat produk disimpan dalam pengiriman lusin besar kemudian dibagi menjadi beberapa lusin kecil sehingga dikembalikan ke toko dan akhirnya mencapai pengecer yang menjual produk.

Menurut Turban, dkk (2004) di kutip dari Wandi, dkk (2020) ada 3 macam komponen rantai pasok yaitu:

1. Rantai Suplai Hulu

Bagian hulu (Upstream) dari rantai pasokan mancakup kegiatan perusahaan manufaktur dengan pamasoknya (yang dapat berupa produsen, perakit, atau keduanya) dan hubungan mereka dengan pemasok (penyedia tingkat kedua).

Hubungan para penyalur dapat meluas ke berbagai tingkatan dari asal material. Dalam rantai pasokan hulu kegiatan utamanya adalah memasok.

2. Manajemen Internal Suplai Rantai / Internal Supply Chain Management Bagian dari internal supply chain mencakup semua proses penerimaan gudang yang digunakan untuk mengubah masukan pemasok menjadi keluaran organisasi. Hal ini berlaku sejak masukan masuk dalam organisasi. Dalam internal supply chain perhatian utama adalah manajemen produksi, fabrikasi, dan pengendalian persediaan.

3. Segmen Rantai Suplai Hilir

Downstream (arah muara) supply chain mencakup semua aktivitas yang terlibat dalam pengiriman produk ke pelanggan akhir. Dalam rantai pasok hilir pendistribusian, penyimpanan, transportasi dan layanan purna jual lebih ditekankan.

2.1.1 Pemain Kunci Dalam Supply Chain Management (SCM)

Dalam supply chain terdapat beberapa pemain kunci yang merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki kepentingan dalam arus barang. Berikut adalah pemain kunci dalam supply chain ( Azizah dan Pramandari, 2018):

1. Chain 1 : Raw Material → Suppliers

Proses SCM dimulai dari sini, sumber bahan baku pertama, dimana rantai distribusi barang dimulai. Bahan pertama ini dapat berupa bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagang, subassemblies, suku cadang dan

(34)

14 sebagainya. Sumber pertama ini disebut supplier, dengan kata lain ini termasuk supplier atau sub-supplier.

2. Chain 1-2 : Suppliers → Manufactures

Rantai pertama menghubungkan ke rantai kedua yaitu manufaktur atau perusahaan, atau pabrik pengolahan, atau fabricator atau cara lain untuk melakukan pekerjaan perakitan, konversi, atau penyelesaian produk (finishing). Hubungan dengan mata rantai yang pertama itu berpotensi untuk melakukan penghematan. Contahnya dalam penyimpanan bahan baku, produk setengah jadi, dan bahan jadi yang ada di pihak supplier, manufaktur, dan titik transit yang ditargetkan untuk penghematan ini. Penghematan dapat dilakukan sebesar 40% - 60% atau lebih, yang dapat diperoleh dari inventory carrying costs dalam rantai ini. Penghematan dapat dicapai dengan menggunakan konsep supplier partnering.

3. Chain 1-2-3 : Suppliers → Manufactures → Distribution

Produk jadi yang dihasilkan produsen mulai didistribusikan kekonsumen.

Meskipun ada banyak metode untuk mendistribusikan barang ke konsumen, metode yang paling umum adalah melalui distributor dan ini biasanya digunakan oleh sebagian besar rantai pasok. Barang yang dari pabrik melalui gudang dididstribusikan ke distributor atau grosir, atau pedagang besar dan kemudian grosir mendistribusikan jumlah yang lebih kecil untuk pengecer.

4. Chain 1-2-3-4 : Suppliers → Manufactures → Distribution → Retail

Dari pedagang grosir barang didistribusikan ke toko eceran (Retail Outlets).

Meskipun ada beberapa pabrik yang langsung menjual produknya ke pelanggan, namun relative sedikit dan sebagian besar menggunakan model yang sama dengan di atas.

5. Chain 1-2-3-4-5 : Supplier → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets

→ Customers

Retail Outlets meliputi toko, kios, pasar, supermarket, mall, dan sebagainya dimana mereka akan menyediakan barang kepada pembeli atau pengguna barang tersebut dengan mengunjungi toko atau kiosnya. Rantai pasok benar-

(35)

15 bemar berhenti ketika barang yang dimaksudkan telah mencapai pelanggan atau pengguna.

2.1.2 Proses-proses Dalam Supply Chain Management (SCM)

Menurut Wijaya (2021) ada beberapa proses dalam supply chian management antara lain sebagai berikut:

1. Perencanaan

Terdapat beberapa kegiatan yang terlibat dalam tahap perencanaan mulai dari peramalan permitaan konsumen, perencanaan pembelian dan perencanaan produksi, hingga perpersiapan tenaga kerja dan pengiriman.

2. Pembelian atau Pengadaan

Proses pengadaan biasanya terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengajuan pesanan pembelian, evaluasi kebutuhan, persetujuan pembelian, dan pemesanan ke pemasok. Admin yang bertanggung jawab untuk memeriksa dan mencatat apa saja yang perlu dibeli umtuk kemudian diserahkan kepada manajer pembelian.

3. Produksi

Proses produksi adalah proses dimana ssemua bahan mentah akan diubah menjadi produk jadi. Proses ini biasanya tidak hanya melibatkan tenaga manusia tetapi juga tenga mesin.

4. Pengelolaan Gudang

Setelah barang diproduksi mereka akan disimpan di gudang. Pengelolaan gudang meliputi proses impor barang dan penarikan (ekspor) barang, pengembalian dan pengepakan barang, pencocokan dan inventarisasi. Semua barang masuk dan keluar harus didaftarkan setiap saat. Inventarisasi juga harus dilakukan secara berkala agar tidak terjadi disparitas antara jumlah barang yang sebenarnya dengan jumlah barang yang tercatat dalam pembukuan. Setiap operasi gudang yang memakan waktu dapat diotomatisasi dengan perangkat lunak manajemen gudang.

(36)

16 5. Pengiriman Pesanan

Setelah barang pesanan diambil dari gudang dan dikemas, langkah selanjutnya adalah mengirimkannya ke pelanggan. Korespondensi dan pengiriman harus disiapkan terlebih dahulu agar barang dapat segera dikirim.

6. Pengembalian Pesanan

Pengembalian pesanan biasanya dilakukan ketika pelanggan mengembalikan pesanan karena kerusakan, kesalahan atau keterlambatan. Proses ini meliputi aktivitas seperti pengecekan kondisi produk, penerimaan retur, penukaran produk, serta penjadwalan pengiriman dan pengembalian uang.

2.1.3 Tujuan dan Fungsi Supply Chain Management (SCM)

Penggunakan supply chian management memiliki beberapa tujuan, yang paling penting adalah mencocokkan permintaan dengan pasokan saat ini. Selain itu, beberapa kendala atau masalah yang biasa ditemui dalam manajemen rantai pasokan, seperti manajemen pembelian, manajemen pemasok, manajemen hubungan pelanggan, identifikasi dan respons masalah, manajemen risiko, dll.

Agar rantai pasokan menjadi pemenang, penting agar rantai pasokan dapat menghasilkan produk yang tidak hanya murah tetapi juga berkualitas tinggi, serbaguna, dan tepat waktu. (Wijaya, 2021).

Menurut Faisal dan Andah (2019) tujuan dari supply chian management adalah mengendalikan dan mengembangkan organisasi melalui prinsip dan proses manajemen, melaksanakan perencanaan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (directing), melaksanakan (executing), dan mengendalikan (controlling). Jadi dalam manajemen rantai pasok dapat menghasilkan produk secara efisien (murah) dan efektif (cepat dan tepat sasaran).

Supply chian management memiliki beberapa fungsi dimana fungsi yang pertama adalah supply chian management fisik, dimana fungsi ini mengubah bahan mentah menjadi produk jadi yang dapat dikirimkan ke konsumen akhir.

Fungsi utama dari supply chian management berkaitan dengan berbagai jenis biaya biaya fisik baik dalam bentuk biaya bahan, biaya persediaan, biaya produksi khusus, biaya tranportasi dan banyak lagi. Fungsi terakhir berkaitan dengan biaya

(37)

17 riset pasar, perencanaan produk, dan berbagai biaya lain ynag dapat dikeluarkan jika produk yang dipasok oleh rantai pasok gagal memenuhi harapan konsumen (Wijaya, 2021).

2.2 Supplier

Menurut Pujawan (2005) dikutip dari Umaindra, dkk (2018) supplier adalah perusahaan atau bisinis, maupun individu yang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan bisnis dan pesaing untuk memproduksi barang dan jasa tertentu.

Supplier adalah bagian penting dari rantai pasokan dan mempengaruhi dalam kelangsungan proses produksi. Sebagai sebuah sistem yang mengelola kegiatan produksi, mau tidak mau membutuhkan sejumlah besar bahan baku (raw material) dengan karakteristik berbeda yang membutuhkan proses seleksi yang mampu menyelesaikan masalah yang kompleks.

Maka dari itu, supplier merupakan salah satu factor yang perlu dipertimbangkan. Karena dalam proses produksi,pentingnya langkah-langkah tersebut telah dijelaskan secara menyeluruh. Supplier dapat memberikan panduan tentang apa yang dibutuhkan untuk perusahaan dan memahami cara kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan.

2.2.1 Pemilihan supplier

Pemilihan supplier merupakan salah satu kegiatan penting dalam bisnis perusahaan. Pemilihan supplier menjadi bagian penting dari pembelian karena itu mempengaruhi kualitas dan kersediaan bahan baku (Susandi dan Anita, 2019).

Tujuan utama dari pemilihan supplier adalah untuk mengidentifikasi supplier yang dapat secara efektif memenuhi kebutuhan bisnis secara konsisten dan meminimalkan risiko dalam pengadaan bahan.

Menurut Wardani, dkk (2018) pemilihan supplier merupakan salah satu aspek terpenting dalam aktivitas pembelian suatu perusahaan, karena pemilihan supplier memiliki pengaruh yang besar terhadap harga jual, kualitas, dan ketersediaan suatu produk. Oleh karena itu, setiap bisnis harus mengevaluasi pemasokan dengan cermatdan akurat. Identifikasi vendor merupakan kegiatan

(38)

18 stategis, terutama jika pemasokan akan memasok item penting dan penggunaan jangka panjang.

Menurut Xia dan Wu (2007) dikutip dari Umaindra, dkk (2018) pemilihan supplier yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan pada bisnis jika lead time pemasok diperpanjang mengakibatkan tergantungnya proses produksi yang mengakibatkan tertunda. Keterlambatan dalam menanggapi permintaan pelanggan, menambahkan jika bahan yang diajukan oleh pemasok memiliki kualitas yang tidak memenuhi kebutuhan produksi sehingga mengakibatkan keterlambatan pemenuhan persyaratan dari pelanggan. Jadi, memilih supplier yang tepat perusahaan akan menghemat banyak uang pada pertama dan pada saat yang sama mengurangi risiko terjadinya. Inilah sebabnya mengapa banyak ahli percaya bahwa pemilihan supplier adalah aktivitas terpenting dari departemen pembelian.

Menurut Wirdianto dan Unbersa (2008) dikutip dari Dwiyana, dkk (2017) evaluasi dan pemilihan supplier adalah salah satu tugas manajemen pembelian.

Pemilihan vendor dapat memakan waktu dan membutuhkan sumber daya yang insentif jika vendor yang dimaksud adalah pemasok utama. Untuk pemasok utama dengan potensi hubungan jangka panjang, prose seleksi ini mencakup tinjauan awal undangan presentasi dan kunjungan lapangan.

2.2.2 Kriteria Pemilihan Supplier

Beberapa ulasan ahli mengungkapkan bahwa faktor teratas yang dipertimbangkan perusahaan saat memilih supplier. Stevenson menyebutkan 6 kriteria yaitu (Umaindra, dkk, 2018):

1. Harga

Harga merupakan faktor utama jika terdapat penawaran diskon, meskipun terdapat kendala tidak menjadi hal penting.

2. Kualitas

Sebuah perusahaan dapat menghabiskan lebih banyak anggaran untuk mendapat produk yang berkualitas baik.

(39)

19 3. Pelayanan

Pelayanan khusus terkadang dapat menjadi sangat penting dalam memilih supplier. Penggantian atas barang yag rusak, petunjuk pengoperasian, perbaikan peralatan, dan layanan serupa dapat menjadi hal yang peting dalam memilih supplier dari pada yang lain.

4. Lokasi

Lokasi supplier dapat memengaruhi waktu pengiriman, biaya pengiriman, dan waktu respon untuk pemesanan mendesak atau layanan mendesak.

Pembelian pada daerah local dapat meningkatkan niat baik (pengaruh baik) dalam suatu hubungan dan dapat membantu ekonomi lokal.

5. Kebijakan Persedian Supplier

Jika supplier dapat mempertahankan kebijakan supplier dan memelihara suku cadang mereka, hal ini dapat membantu ketika ada kebutuhan mendadak untuk bahan baku.

6. Fleksibilitas

Niat baik dan kemampuan supplier untuk mengakomodasikan perubahan pada persyaratan dan perubahan desain pada pesanan dapat menjadi faktor penting dalam pemilihan supplier.

Enyinda, dkk (2010) dikutip dari Umaindra, dkk (2018) menggunakan beberapa kriteria dalam pemilihan supplier sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan Supplier

No Kriteria Penjelasan

1. Regulatory compliance Kemampuan pemasok untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai permintaan perusahaan

2. Quality (Kualitas) Kemampuan pemasok untuk

menyediakan bahan baku yang berkualitas

3. Cost (Biaya) Biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk perolehan bahan baku

(Sumber : Enyinda (2010) dalam Umaindra dkk (2018))

(40)

20 Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan Supplier (Lanjutan)

No Kriteria Penjelasan

4. Service (Layanan) Tingkat layanan pemasok, yang terdiri dari waktu pengiriman, layanan bernilai tambah (value added serive), dan komunikasi yang mudah.

5. Supplier Profile Kriteria ini meliputi reputasi supplier, flesibilitas, kapasitas, kondisi keuangan dan fasilitas produksi

(Sumber : Enyinda (2010) dalam Umaindra dkk (2018))

Dickson (1996) mengidentifikasian 23 kriteria yang menjadi dasar dari pemilihan supplier antara lain sebagai berikut (Umaindra, 2018):

Tabel 2.2 Kriteria Pemilihan Supplier Menurut Dickson No Kriteria Pemilihan Suplier

1. Kualitas (Quality) 2. Pengantaran (Delivery)

3. Sejarah performa perusahaan (performance history) 4. Kebijakan garansi dan klaim (warranties and claim

policies)

5. Fasilitas dan kapasitas produksi (production facilities and capacity)

6. Harga (price)

7. Kapabilitas teknis (technical capability) 8. Kondisi finansial (financial position)

9. Pemenuhan prosedur (procedural compliance) 10. Sistem komunikasi (communication system)

11. Reputasi dan posisi di industri (reputation and position in industry)

12. Hasrat berbisnis (desire for business)

(Sumber : Dickson (1996) dalam Umaindra dkk (2018))

(41)

21 Tabel 2.2 Kriteria Pemilihan Supplier Menurut Dickson

No Kriteria Pemilihan Suplier

13. Manajemen dan organisasi (management and organization)

14. Pengontrolan operasional (operating control) 15. Jasa perbaikan (repair service)

16. Sikap (attitude) 17. Impresi (impression)

18. Kemampuan pengemasan (packaging ability) 19. Catatan hubungan pekerja (labor relation record) 20. Lokasi geografis (geographical location)

21. Jumlah bisnis masa lampau (amount of past business) 22. Bantuan pelatihan (training aids)

23. Perjanjian Timbal Balik (reciprocal arrangement)

(Sumber : Dickson (1996) dalam Umaindra dkk (2018))

Menurut Mareta dan Saputra (2020) ada beberapa kriteria dalam memilih supplier diantara sebagai berikut:

1. Quality (kualitas)

Quality criteria merupakan kriteria untuk menilai supplier terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh supplier. Kriteria ini mengevaluasi apakah spesifikasi teknis produk dapat memenuhi kebutuhan perusahaan, kriteria kualitas meliputi:

a. Kesesuaian spesifikasi produk dengan standar. Apakah produk yang ditawarkan supplier memenuhi jenis/spesifikasi yang dibutuhkan perusahaan.

b. Kemampuan untuk memberikan kualitas yang konsisten. Seberapa konsisten supplier dalam menyediakan produk berkualitas yang baik.

2. Cost (biaya)

Kriteria biaya adalah kriteria yang terkait dengan biaya produk yang dimiliki oleh supplier. Nilai untuk kriteria ini berdasarkan diskon dan jumlah pembelian minimum, kriteria biaya meliputi:

(42)

22 a. Pemotongan harga, apakah ada potongan harga yang diberikan supplier b. Jumlah pembelian minimal, adakah supplier yang memiliki standard

jumlah pembelian minimum.

3. Delivery (pengiriman)

Kriteria pengiriman adalah kriteria untuk mengevaluasi penyedia layanan dalam hal pengiriman produk. Penilaian kriteria ini didasarkan pada layanan pengiriman yang disediakan oleh supplier, kriteria pengiriman meliputi:

a. Ketepatan spesifikasi produk yang dikirim. Apakah produk yang dikirim sesuai dengan lembar PO.

b. Ketepatan waktu pengiriman. Apakah produk selalu dikirim sesuai tanggal yang disepakati.

4. Flexibility (kemudahan)

Kriteria fleksibilitas adalah kriteria untuk menilai supplier dari kapasitas operasional untuk melakukan perubahan kapasitas produksi untuk menyesuaikan sesuai dengan perubahan yang terjadi, kriteria fleksibilitas meliputi:

a. Kemudahan perubahan jumlahpesanan Apakah bisa melakukan perubahan jumlah pesanan kepada supplier.

b. Kemampuan perubahan waktupengiriman. Apakah bisa melakukan perubahan waktu pengiriman pesanan.

5. Responsiveness (tanggung jawab)

Kriteria tanggungjawab adalah kriteria yang digunakan untuk menilai supplier berdasarkan kemampuan supplier untuk menanggapi masalh yang muncul. Penilaian dalam kriteria ini didasarkan pada ketentuan garansi supplier (respon)untuk produk jika terjadi masalah seperti rusak dalam pengiriman atau tidak sesuai dalam hal kuantitas dan kaulitas produk, kriteria tanggung jawab meliputi:

a. Mampu merespon masalah / complain dengan baik. Bagaimana respon supplier terhadap keluhan.

b. Pemberian jaminan terhadap produk Apakah supplier menjamin produk yang diterima tanpa cacat.

(43)

23 2.3 Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2012) dikutip dari Indah, dkk (2018) bahan baku adalah bahan yang membentuk keseluruhan bagian dari produk jadi. Bahan baku yang diproses di perusahaan manufaktur dapat berasal dari pembelian dalam negeri, impor atau pengolahan sendiri.

Menurut Krismiaji dan Aryani (2011) dikutip dari Indah, dkk (2018) , bahan baku dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Bahan langsung adalah bahan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari produk jadi dan dapat dilacak dan dilacak secara fisik keandalannya untuk produk jadi.

2. Bahan baku tidak langsung adalah bahan yang tidak dapat ditelusuri secara fisik keberadaannya pada produk jadi.

2.4 Persediaan

Menurut Cahyani (2019) persediaan berarti barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal dan, dalam kasus perusahaan manufaktur, barang yang diproduksi atau dimasukkan ke dalam produksi. Namun perusahaan jasa pun membutuhkan gudang untuk mendistribusikan produk olahan dari gudang tersebut. Sedangkan definisi menurut (Ahmad, 2018) mengatakan bahwa gudang adalah proses penyimpanan bahan baku atau barang untuk mencapai tujuan tertentu.

Persediaan terdapat beberapa jenisnya diantaranya sebagai berikut (Cahyani, 2019):

1. Persediaan bahan baku (Raw Materials Inventory)

Persediaan bahan baku yaitu sebuah bahan baku yang belum memasuki proses produksi memiliki kegunaan untuk memisahkan para pemasok dari proses produksi.

2. Persediaan barang setengah jadi (Work in proses/ WIP)

Persediaan barang setengah jadi yaitu bahan baku atau komponen yang sudah mengalami proses produksi tetapi masih berlum sempurna atau masih belum jadi produk jadi.

(44)

24 3. MRO (Maintenance Repair Operating)

Maintenance Repair Operating atau pemeliharan perbaikan operasi diperlukan untuk berjagajaga jika ada kerusakan mesin dalam salah satu proses produksi. MRO harus dijadwalkan atau diantisipasi

4. Persediaan barang jadi (Finished goods inventory)

Persediaan barang jadi yaitu produk jadi dan siap untuk dijual atau dikirim kepada penganggan.

Menurut Sunyoto (2013) dikutip dari Indah, dkk (2018), jumlah persediaan bahan baku akan sangat bergantung pada:

1. Waktu yang dibutuhkan sejak saat pemesanan sampai dengan bahan diterima (lead time)

Apabila perusahaan ingin kelancaran produksi maka waktu pengiriman harus diperhatikan, karena ada jeda waktu antara pemesanan dan penerimaan barang, sehingga dengan penataan yang baik maka kebutuhan produksi gudang selalu terpenuhi.

2. Jumlah pemakaian

Semakin banyak bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, maka persediaan bahan baku perusahaan semakin besar.

3. Jumlah investasi dalam persediaan

Jumlah investasi yang diperlukan untuk gudang juga berperan penting dalam menentukan stok. Pemesanan material secara teratur dalam jumlah yang cukup dapat menjamin kelancaran proses produksi. Sebaliknya, dalam kasus bahan yang mahal, waktu tunggu dan frekuensi kantor harus lebih penting, karena investasi modal di gudang yang mahal cukup signifikan.

4. Karakteristik fisik dari bahan mentah yang dibutuhkan

Karakteristik fisik bahan baku seperti ukuran, ukuran, kondisi baik atau buruk. Memesan bahan yang mudah rusak dalam jumlah banyak tidak disarankan, karena memiliki kelebihan dan kekurangan, meskipun harganya murah.

(45)

25 2.4.1 Model-model Pengendalian Persediaan

Secara umum model -model pengendalian persediaan adalah:

1. Model pengendalian deterministik.

Model pengendalian deterministik adalah model yang mengasumsikan bahwa semua parameter diketahui dengan pasti. Metode EOQ (Economic Order Quantity) digunakan untuk menghitung manajemen persediaan yang merupakan model persediaan sederhana. Tujuan dari model ini adalah untuk menentukan ukuran pesanan yang paling ekonomis untuk meminimalkan biaya persediaan. Model lain yang dapat digunakan untuk manajemen inventaris deterministik adalah: Production Order Quantity (POQ), Quantity Discount, Economic Lot Size (ELS).

2. Model pengendalian probabilistik.

Model kontrol probabilistik digunakan ketika salah satu permintaan, waktu eksekusi, atau keduanya tidak dapat diketahui secara pasti.

2.4.2 Pengandalian Persediaan

Herjanto (2008) dikutip dari Indah, dkk (2018), menyatakan bahwa pengendalian persediaan adalah seperangkat praktik pengendalian yang menentukan berapa banyak persediaan yang diadakan, kapan pesanan dilakukan untuk meningkatkan persediaan, dan berapa banyak pesanan massal yang dikelola.

Tingkat persediaan yang diperlukan bervariasi dari perusahaan manufaktur ke perusahaan manufaktur, tergantung pada volume produksi, jenis dan proses bisnis.

Menurut Assauri (2008) dikutip dari Indah, dkk (2018), Manajemen persediaan adalah kegiatan untuk memastikan persediaan atau stok yang ada tidak kekurangan pasokan dan dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal sehingga biaya persediaan dapat dioptimalkan. Tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai bisnis adalah sebagai berikut:

1. Menjaga agar perusahaan tidak kehabisan stok, yang akan menyebabkan terhentinya produksi.

2. Pastikan penumpukan persediaan perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan, sehingga biaya persediaan tidak terlalu tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Mitra A dan Mitra C harus sudah melunasi Booking Seat.. Mitra A adalah Sponsor PayTren Langsung dari Mitra B, kemudian Mitra X adalah Sponsor Paket PayTren Merdeka dari Mitra B,

---, Hukum dan Perilaku Hidup Baik adalah Dasar Hukum yang Baik, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2009.. ---, Hukum Itu Perilaku Kita Sendiri, artikel pada Harian

Tentunya dalam proses penelitian, penulisan serta penyusunan skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis, namun berkat bantuan yang diberikan oleh

Pada penelitian ini dilakukan uji sifat listrik dari setiap film dengan mengukur arus- tegangan (I-V), uji sifat optik yang melihat sifat absorbansi dan reflektansi

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pangkalan data (Lihat 4.1 Tahapan Pengumpulan Data). Tahapan tersebut terdiri atas :

Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila,M.Sc,Sp.And selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Fisiologi Olahraga Konsentrasi

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan energi-protein dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas semen itik Rambon baik terhadap motilitas