• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supply Chain Management (SCM)

LANDASAN TEORI

2.1 Supply Chain Management (SCM)

Supply chain management adalah konsep yang berhubungan dengan model pengiriman produk yang optimal. Agar perusahaan menjadi kompetitif dan sukses, maka dari itu harus menerapkan manajemen rantai pasokan. Masalah supply chain management merupakan masalah operasional yang sering menimpa perusahaan, karena produk yang harus dikirim ke konsumen secepat mungkin harus diblokir ketika supply chain management tidak berjalan maksimal.

Manajemen rantai pasok memprioritaskan aliran barang antar perusahaan dari awal hingga akhir, menghubungkan pemasok ke pelanggan. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok mengacu pada keseluruhan siklus dari bahan baku dari pemasok ke kegiatan operasional di perusahaan hingga distribusi ke konsumen.

Itulah alasan konsep ini, yang bertujuan untuk mengurangi inefisiensi dan mengoptimalkan penciptaan nilai dalam rantai pasokan. (Hardiana dan Nanda, 2021).

Menurut Huda, dkk (2018) dikutip dari Latuconsina dan Nathalia (2020), manajemen rantai pasok adalah perencanaan strategis dari peran setiap organiasasi yang terlibat dalam kegiatan rantai pasokan untuk tujuan mengintegrasikan permintaan dan manajemen rantai pasokan. Penciptaan system manajemen rantai pasokan yang efektif akan menguntungkan bisnis beberapa dari manfaat ini lebih dari persediaan dan efektivitas biaya, peningkatan produktivitas, pemrosesan dan pengiriman lebih cepat, profitabilitas lebih besar dan meningkatkan loyalitas pelanggan.

Menurut Kristian, dkk (2021) supply chain management adalah system yang melibatkan produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi, dan penjualan produk untuk memenuhi permintaan produk tersebut. Rantai pasok mencakup smua proses proses dan aktivitas yang terlibat dalam membawa produk ke tangan konsumen. Semua itu termasuk manufaktur dalam produksi, sistem transportasi yang memindahkan produk dari produksi ke toko ritel, gudang tempat produk

13 disimpan, pusat distribusi tempat produk disimpan dalam pengiriman lusin besar kemudian dibagi menjadi beberapa lusin kecil sehingga dikembalikan ke toko dan akhirnya mencapai pengecer yang menjual produk.

Menurut Turban, dkk (2004) di kutip dari Wandi, dkk (2020) ada 3 macam komponen rantai pasok yaitu:

1. Rantai Suplai Hulu

Bagian hulu (Upstream) dari rantai pasokan mancakup kegiatan perusahaan manufaktur dengan pamasoknya (yang dapat berupa produsen, perakit, atau keduanya) dan hubungan mereka dengan pemasok (penyedia tingkat kedua).

Hubungan para penyalur dapat meluas ke berbagai tingkatan dari asal material. Dalam rantai pasokan hulu kegiatan utamanya adalah memasok.

2. Manajemen Internal Suplai Rantai / Internal Supply Chain Management Bagian dari internal supply chain mencakup semua proses penerimaan gudang yang digunakan untuk mengubah masukan pemasok menjadi keluaran organisasi. Hal ini berlaku sejak masukan masuk dalam organisasi. Dalam internal supply chain perhatian utama adalah manajemen produksi, fabrikasi, dan pengendalian persediaan.

3. Segmen Rantai Suplai Hilir

Downstream (arah muara) supply chain mencakup semua aktivitas yang terlibat dalam pengiriman produk ke pelanggan akhir. Dalam rantai pasok hilir pendistribusian, penyimpanan, transportasi dan layanan purna jual lebih ditekankan.

2.1.1 Pemain Kunci Dalam Supply Chain Management (SCM)

Dalam supply chain terdapat beberapa pemain kunci yang merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki kepentingan dalam arus barang. Berikut adalah pemain kunci dalam supply chain ( Azizah dan Pramandari, 2018):

1. Chain 1 : Raw Material → Suppliers

Proses SCM dimulai dari sini, sumber bahan baku pertama, dimana rantai distribusi barang dimulai. Bahan pertama ini dapat berupa bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagang, subassemblies, suku cadang dan

14 sebagainya. Sumber pertama ini disebut supplier, dengan kata lain ini termasuk supplier atau sub-supplier.

2. Chain 1-2 : Suppliers → Manufactures

Rantai pertama menghubungkan ke rantai kedua yaitu manufaktur atau perusahaan, atau pabrik pengolahan, atau fabricator atau cara lain untuk melakukan pekerjaan perakitan, konversi, atau penyelesaian produk (finishing). Hubungan dengan mata rantai yang pertama itu berpotensi untuk melakukan penghematan. Contahnya dalam penyimpanan bahan baku, produk setengah jadi, dan bahan jadi yang ada di pihak supplier, manufaktur, dan titik transit yang ditargetkan untuk penghematan ini. Penghematan dapat dilakukan sebesar 40% - 60% atau lebih, yang dapat diperoleh dari inventory carrying costs dalam rantai ini. Penghematan dapat dicapai dengan menggunakan konsep supplier partnering.

3. Chain 1-2-3 : Suppliers → Manufactures → Distribution

Produk jadi yang dihasilkan produsen mulai didistribusikan kekonsumen.

Meskipun ada banyak metode untuk mendistribusikan barang ke konsumen, metode yang paling umum adalah melalui distributor dan ini biasanya digunakan oleh sebagian besar rantai pasok. Barang yang dari pabrik melalui gudang dididstribusikan ke distributor atau grosir, atau pedagang besar dan kemudian grosir mendistribusikan jumlah yang lebih kecil untuk pengecer.

4. Chain 1-2-3-4 : Suppliers → Manufactures → Distribution → Retail

Dari pedagang grosir barang didistribusikan ke toko eceran (Retail Outlets).

Meskipun ada beberapa pabrik yang langsung menjual produknya ke pelanggan, namun relative sedikit dan sebagian besar menggunakan model yang sama dengan di atas.

5. Chain 1-2-3-4-5 : Supplier → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets

→ Customers

Retail Outlets meliputi toko, kios, pasar, supermarket, mall, dan sebagainya dimana mereka akan menyediakan barang kepada pembeli atau pengguna barang tersebut dengan mengunjungi toko atau kiosnya. Rantai pasok

benar-15 bemar berhenti ketika barang yang dimaksudkan telah mencapai pelanggan atau pengguna.

2.1.2 Proses-proses Dalam Supply Chain Management (SCM)

Menurut Wijaya (2021) ada beberapa proses dalam supply chian management antara lain sebagai berikut:

1. Perencanaan

Terdapat beberapa kegiatan yang terlibat dalam tahap perencanaan mulai dari peramalan permitaan konsumen, perencanaan pembelian dan perencanaan produksi, hingga perpersiapan tenaga kerja dan pengiriman.

2. Pembelian atau Pengadaan

Proses pengadaan biasanya terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengajuan pesanan pembelian, evaluasi kebutuhan, persetujuan pembelian, dan pemesanan ke pemasok. Admin yang bertanggung jawab untuk memeriksa dan mencatat apa saja yang perlu dibeli umtuk kemudian diserahkan kepada manajer pembelian.

3. Produksi

Proses produksi adalah proses dimana ssemua bahan mentah akan diubah menjadi produk jadi. Proses ini biasanya tidak hanya melibatkan tenaga manusia tetapi juga tenga mesin.

4. Pengelolaan Gudang

Setelah barang diproduksi mereka akan disimpan di gudang. Pengelolaan gudang meliputi proses impor barang dan penarikan (ekspor) barang, pengembalian dan pengepakan barang, pencocokan dan inventarisasi. Semua barang masuk dan keluar harus didaftarkan setiap saat. Inventarisasi juga harus dilakukan secara berkala agar tidak terjadi disparitas antara jumlah barang yang sebenarnya dengan jumlah barang yang tercatat dalam pembukuan. Setiap operasi gudang yang memakan waktu dapat diotomatisasi dengan perangkat lunak manajemen gudang.

16 5. Pengiriman Pesanan

Setelah barang pesanan diambil dari gudang dan dikemas, langkah selanjutnya adalah mengirimkannya ke pelanggan. Korespondensi dan pengiriman harus disiapkan terlebih dahulu agar barang dapat segera dikirim.

6. Pengembalian Pesanan

Pengembalian pesanan biasanya dilakukan ketika pelanggan mengembalikan pesanan karena kerusakan, kesalahan atau keterlambatan. Proses ini meliputi aktivitas seperti pengecekan kondisi produk, penerimaan retur, penukaran produk, serta penjadwalan pengiriman dan pengembalian uang.

2.1.3 Tujuan dan Fungsi Supply Chain Management (SCM)

Penggunakan supply chian management memiliki beberapa tujuan, yang paling penting adalah mencocokkan permintaan dengan pasokan saat ini. Selain itu, beberapa kendala atau masalah yang biasa ditemui dalam manajemen rantai pasokan, seperti manajemen pembelian, manajemen pemasok, manajemen hubungan pelanggan, identifikasi dan respons masalah, manajemen risiko, dll.

Agar rantai pasokan menjadi pemenang, penting agar rantai pasokan dapat menghasilkan produk yang tidak hanya murah tetapi juga berkualitas tinggi, serbaguna, dan tepat waktu. (Wijaya, 2021).

Menurut Faisal dan Andah (2019) tujuan dari supply chian management adalah mengendalikan dan mengembangkan organisasi melalui prinsip dan proses manajemen, melaksanakan perencanaan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (directing), melaksanakan (executing), dan mengendalikan (controlling). Jadi dalam manajemen rantai pasok dapat menghasilkan produk secara efisien (murah) dan efektif (cepat dan tepat sasaran).

Supply chian management memiliki beberapa fungsi dimana fungsi yang pertama adalah supply chian management fisik, dimana fungsi ini mengubah bahan mentah menjadi produk jadi yang dapat dikirimkan ke konsumen akhir.

Fungsi utama dari supply chian management berkaitan dengan berbagai jenis biaya biaya fisik baik dalam bentuk biaya bahan, biaya persediaan, biaya produksi khusus, biaya tranportasi dan banyak lagi. Fungsi terakhir berkaitan dengan biaya

17 riset pasar, perencanaan produk, dan berbagai biaya lain ynag dapat dikeluarkan jika produk yang dipasok oleh rantai pasok gagal memenuhi harapan konsumen (Wijaya, 2021).

Dokumen terkait