• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Menurut Waktu Biasa Melakukan Kegiatan Mengakses Sumb4,

Dalam dokumen Pilot Survei Pengetahuan Sikap and Peril (Halaman 98-107)

Bekerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya63,

ambar 5.7 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Menurut Waktu Biasa Melakukan Kegiatan Mengakses Sumb4,

37,9 33,9 24,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 Tengah Malam (00.00 4.59) Malam (18.00 - 23.59) Siang (10.00 - 17.59) Pagi (05.00 - 09.59) Sumber : Hasil Survei KAP 2013

Gambar 5.8 Persentase Sumber Informasi yang Digunakan Rumah Tangga dalam Menerima Informasi Mengenai

Cara Penyelamatan Diri Terhadap Bencana Dari dimensi waktu, terlihat pada Gambar 5.7 terlihat

bahwa sebagian besar masyarakat mencari informasi pada siang dan malam hari (71,8 persen), kemudian pagi hari (24,0 persen), dan sisanya pada tengah malam (4,2 persen).

Dari Gambar 5.6 dan Gambar 5.7, dapat disimpulkan bahwa media yang paling potensial digunakan untuk

menyampaikan informasi mengenai kesiapsiagaan bencana adalah televisi. Dilihat dari segi waktu, informasi kebencanaan dapat disampaikan secara efektif pada pukul 10.00 hingga 23.59. Oleh karena itu, apabila pemerintah atau pihak lain akan menyampaikan informasi kebencanaan, hendaknya mempertimbangkan media paling efektif, yaitu televisi dan dilakukan pada pukul 10.00 hingga 23.59.

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0

Berdasarkan Gambar 5.8, media yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga dalam menerima informasi mengenai cara penyelamatan diri dari bencana alam adalah televisi. Selain itu, teman/tetangga maupun keluarga dan kerabat ternyata juga cukup banyak menjadi sumber informasi dalam menyebarluaskan cara penyelamatan diri dari bencana. Berdasarkan hasil yang diperoleh ini, dapat disimpulkan bahwa diseminasi informasi mengenai cara penyelamatan diri dapat dilakukan secara kekeluargaan, yakni dengan menyebarluaskan pengetahuan mengenai penyelamatan diri dari bencana kepada orang- orang terdekat, seperti keluarga, kerabat, tetangga, maupun teman.

Pengetahuan dan Sikap terhadap Bencana Alam

Salah satu indikator ketangguhan masyarakat menghadapi bencana adalah pemahaman mereka terhadap informasi kebencanaan. Semakin masyarakat paham mengenai suatu bencana, maka semakin kecil risiko yang timbul apabila terjadi bencana di masa yang akan datang. Selain itu, pemahaman mengenai bencana dapat berasal dari pengalaman masyarakat sendiri. Bencana yang pernah melanda, sudah semestinya menjadi guru yang berharga bagi masyarakat untuk mengetahui tanda-tandanya atau menentukan langkah antisipasinya. Pengetahuan ini diwariskan dari generasi ke generasi menjadi suatu kearifan lokal (local wisdom).

Jenis Kejadian

Pengalam an Bencana Pernah Mengalam i

( % )

Tidak Pernah Mengalam i ( % )

( 1) ( 2) ( 3)

Gempabumi 99,2 0,8

Letusan Gunungapi 28,4 71,6

Gelombang Pasang 14,0 86,0

Angin Puting Beliung 10,4 89,6

Gempabumi dan Tsunami 8,0 92,0

Tanah Longsor 6,0 94,0

Banjir 3,2 96,8

Kebakaran Lahan dan Hutan 2,0 98,0

Kekeringan 1,2 98,8

Tabel 5.7

39,9 48,4 11,7 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 1 2-3 >3

Gambar 5.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Frekuensi Gempabumi yang Pernah Dialami

Tabel 5.7 menunjukkan jenis bencana alam yang pernah dialami oleh sebagian besar responden adalah gempabumi, bahkan hampir seluruh responden (sebanyak 99,2 persen) menyatakan pernah mengalami gempabumi.

Selain gempabumi, responden juga cukup banyak yang mengalami letusan gunungapi, gelombang pasang, dan angin puting beliung. Di antara responden yang pernah mengalami gempabumi, 39,9 persen diantaranya mengalami sebanyak satu kali, 48,4 persen lainnya pernah mengalami sekitar dua atau tiga kali, sedangkan sisanya mengaku mengalami lebih dari tiga kali bencana gempabumi.

Sebagai data pembanding, berdasarkan kajian dan historis data bencana, wilayah sampel merupakan salah satu wilayah Indonesia yang sering mengalami bencana gempabumi. Hasil survei membenarkan kenyataan ini bahwa masyarakat wilayah sampel lebih sering mengalami bencana gempabumi.

Walaupun hampir semua responden menyatakan pernah mengalami gempabumi, namun pada Tabel 5.8 terlihat hanya sekitar seperempatnya yang mengetahui tanda-tanda akan terjadinya gempabumi. Hal ini dapat dirasa cukup wajar karena gempabumi memang merupakan bencana yang sifatnya terjadi Sumber : Hasil Survei KAP 2013

Jenis Kejadian

Penget ahuan Mengenai Tanda- t anda Terjadinya Bencana Tahu ( % ) Tidak Tahu ( % )

( 1) ( 2) ( 3)

Gempabumi 25,2 74,8

Gempabumi dan Tsunami 53,2 46,8

Letusan Gunungapi 26,4 73,6

Banjir 54,4 45,6

Tanah Longsor 30,0 70,0

Kekeringan 37,6 62,4

Gelombang Pasang 22,0 78,0

Angin Puting Beliung 10,8 89,2

Kebakaran Lahan dan Hutan 11,2 88,8

Tabel 5.8

Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Mengenai Tanda-Tanda Terjadinya Bencana Menurut Jenis Kejadian

secara tiba-tiba waktunya walaupun suatu wilayah memang mempunyai potensi besar untuk mengalami gempabumi.

Lain halnya dengan gempabumi, sekitar setengah dari responden sudah mengetahui tanda-tanda akan terjadinya gempabumi dan tsunami. Namun yang perlu diperhatikan adalah masih ada hampir separuh lainnya yang belum mengetahui tanda-tanda terjadinya gempabumi dan tsunami padahal wilayah

tempat tinggal responden (Kota Padang) merupakan wilayah rawan bencana gempabumi dan tsunami. Selain itu, banyak responden yang tidak mengetahui tanda–tanda terjadinya bencana yang seharusnya sudah dapat diprediksi sejak awal seperti letusan gunungapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, gelombang pasang serta kebakaran lahan dan hutan. Hal ini menjadi tugas besar agar tingkat kesiapsiagaan masyarakat dapat ditingkatkan pada masa yang akan datang.

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0

Tidak Mungkin Kecil Besar Sangat Besar 3,3

37,0

50,8

8,9

Gambar 5.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Pendapat Mengenai Besarnya Kemungkinan Bencana Gempabumi Akan Menimpa Wilayah Mereka

Gambar 5.10 menunjukkan sebanyak 50,8 persen responden menjawab bahwa wilayah tempat tinggal mereka kemungkinan besar dapat mengalami bencana gempabumi dan tsunami. Hal tersebut sesuai dengan wilayah sampel yang terletak di Kota Padang merupakan wilayah dengan kategori rawan bencana gempabumi dan tsunami tinggi. Dari hasil ini, tercermin bahwa pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan ternyata sudah cukup besar. Pengetahuan yang sudah cukup baik ini seharusnya dibarengi dengan pembekalan tentang langkah-langkah penanggulangan bencana yang tepat yang harus dilakukan jika gempabumi dan tsunami terjadi.

Penilaian dan Pengetahuan tentang Mitigasi Bencana

Tahapan dalam manajemen bencana terdiri dari 4 (empat) yaitu tanggap darurat, pemulihan, pencegahan dan mitigasi, dan kesiapsiagaan. Mitigasi merupakan salah satu langkah dalam mengurangi risiko bencana

yang dilakukan apabila bahaya yang ada sudah diketahui dan relokasi masyarakat sudah tidak dapat dilakukan. Dalam mitigasi bencana, masyarakat juga dikenalkan dengan peringatan dini bencana/peringatan bencana seperti sirine yang berbunyi apabila akan terjadi tsunami. Peringatan bencana dapat dilakukan melalui beberapa media yang ada di masyarakat, seperti media, baik cetak maupun elektronik, pemerintah, pemuka agama, TNI/polri.

Selain itu untuk menunjang kesiapsiagaan masyarakat dan upaya untuk menyelamatkan masyarakat dari bencana, pemerintah dan pihak terkait juga telah memasang beberapa fasilitas atau peralatan kesiapsiagaan. Peralatan/fasilitas ini seperti rambu evakuasi, peta jalur evakuasi, jalur evakuasi, sirine dan peralatan lainnya. Fasilitas ini digunakan agar masyarakat lebih familier dengan jalur evakuasi, selain itu yang lebih penting lagi peralatan/fasilitas ini diharapkan akan dapat berfungsi dengan baik apabila sewaktu-waktu terjadi bencana.

Sum ber Peringat an Bencana Menget ahui ( % ) Tidak Menget ahui ( % )

( 1) ( 2) ( 3)

Televisi 66,4 33,6

Pemerintahan Pusat/Pemerintahan Daerah 61,2 38,8

Radio 49,6 50,4

Media Cetak (Surat Kabar, Majalah, dll) 44,4 55,6

Tempat-tempat Ibadah 39,6 60,4

Internet 33,2 66,8

Pemuka Agama/Pemuka Masyarakat 31,2 68,8

TNI/Polri/Petugas Keamanan 22,8 77,2

Tabel 5.9

Persentase Pengetahuan Rumah Tangga tentang Sumber Peringatan Bencana

Dari Tabel 5.9 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh (66 persen) responden sudah mengetahui sumber peringatan bencana dari media televisi dan pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah. Pemerintah daerah sebaiknya turut berpartisipasi dalam

menyebarkan informasi terkait pertanda terjadinya suatu bencana, seperti gempabumi dan atau tsunami. Hal ini akan memberikan pengaruh positif kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, agar selalu siap siaga menghadapi bencana.

Gambar 5.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Ketersediaan Peralatan/Fasilitas yang Sudah Ada di Wilayah

Tempat Tinggal Responden 37,3 23,8 19,0 19,0 0,8 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 Rambu

evakuasi Peta jalurevakuasi Jalur evakuasi Sirine Lainnya

Sebanyak 45,2 persen responden menyatakan bahwa di tempat mereka sudah terdapat peralatan/fasilitas kesiapsiagaan dan atau mitigasi bencana. Dari jumlah tersebut, pada Gambar 40, peralatan berupa rambu

evakuasi adalah yang terbanyak (37,3 persen), disusul oleh peta jalur evakuasi (23,8 persen), jalur evakuasi (19,0 persen), sirine (19,0 persen), dan peralatan lainnya (0,8 persen)

Gambar 5.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Mengenai Upaya Pemerintah dalam Memberitahukan Masyarakat Tentang

Kemungkinan Terjadinya Bencana

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 Memberitahu Lewat Radio dan

Televisi Mengaktifkan Sirine Peringatan Tsunami Peringatan Dini

Tentang Gempa Cara Tradisional MengumumkanDatangnya Tsunami Lewat SMS 73,6 67,2 55,6 48,8 17,2 26,4 32,8 44,4 51,2 82,8

Pernah Dilakukan Tidak Pernah Dilakukan

Dari Gambar 5.12, menurut pendapat lebih dari separuh (73,6 persen) responden, usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberitahukan masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana alam adalah melalui pemberitahuan lewat radio dan televisi, mengaktifkan sirine peringatan tsunami, dan peringatan dini tentang gempabumi. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai mengenal pemberitahuan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal kemungkinan terjadinya bencana.

Upaya pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana dapat dilakukan dengan cara menyadarkan masyarakat mengenai risiko yang ada di sekitar mereka, dapat mencegah bencana,

sanggup untuk mengatasi bencana yang menimpa dan kembali bangkit ke kehidupan normal apabila terkena bencana. Usaha ini dapat dilakukan dengan cara pelatihan dan atau simulasi langsung kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Megathrust

gempabumi mentawai yang dikhawatirkan akan terjadi di wilayah Sumatera Barat berkekuatan mencapai 8,9 SR mengharuskan adanya pelatihan atau simulasi kepada masyarakat. Pelatihan dan atau simulasi yang pernah diikuti oleh sebagian besar responden adalah berupa pelatihan dan atau simulasi mengenai bencana gempabumi serta gempabumi dan tsunami. Hal ini juga tercermin dari banyaknya masyarakat yang telah mengetahui cara menyelamatkan diri dari bencana gempabumi maupun gempabumi dan tsunami.

Jenis Pelat ihan at au Sim ulasi yang Pernah Diikut i Ya ( % ) Tidak ( % )

( 1) ( 2) ( 3)

Gempabumi 96,1 3,9

Gempabumi dan Tsunami 80,5 19,5

Banjir 14,3 85,7

Letusan Gunungapi 2,6 97,4

Kekeringan 2,6 97,4

Gelombang Pasang 2,6 97,4

Tanah Longsor 1,3 98,7

Angin Puting Beliung 1,3 98,7

Kebakaran Lahan dan Hutan 1,3 98,7

Tabel 5.10

Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Pelatihan dan atau Simulasi yang Pernah Diikuti

Tabel 5.11

Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Tentang Cara Menyelamatkan Diri dari Bencana

Jenis Bencana Menget ahui ( % ) Tidak Menget ahui ( % )

( 1) ( 2) ( 3)

Gempabumi 91,6 8,4

Gempabumi dan Tsunami 81,6 18,4 Letusan Gunungapi 42,4 57,6

Banjir 70,8 29,2

Tanah Longsor 34,0 66,0

Kekeringan 30,4 69,6

Gelombang Pasang 39,2 60,8

Angin Puting Beliung 28,0 72,0 Kebakaran Lahan dan Hutan 27,6 72,4 Dari Tabel 5.10 menunjukkan jenis pelatihan

bencana gempabumi serta gempabumi dan tsunami adalah yang terbanyak yang pernah diikuti oleh responden (91,6 persen). Sejalan

dengan hal tersebut, pada Tabel 5.11 terlihat bahwa hampir semua responden mengetahui cara menyelamatkan diri dari kedua bencana tersebut.

Tabel 5.12

Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan yang Masih Dapat Digunakan jika Terjadi Bencana

Kepem ilikan Aset

Dapat Digunakan Ket ika Bencana ( % )

Ya Tidak

( 1) ( 2) ( 3)

Tabungan 48,4 51,6

Tanah/Rumah lain yang aman dari bencana 26,4 73,6

Asuransi Jiwa/Properti/Benda 17,6 82,4

Lainnya 13,2 86,8

Dampak bencana yang menimpa masyarakat antara lain kehilangan harta benda dan paling berat adalah timbulnya korban jiwa. Kerusakan yang sering ditimbulkan oleh bencana di mana masyarakat biasanya membutuhkan aset lain yang dimiliki dan masih dapat digunakan. Dengan aset ini diharapkan agar masyarakat dapat hidup normal kembali setelah terjadi bencana. Beberapa aset yang kemungkinan dimiliki oleh masyarakat adalah tabungan, tanah/rumah lain yang aman dari bencana dan asuransi jiwa/properti/benda.

Berkaitan dengan daya lenting masyarakat terhadap bencana atau kemampuan masyarakat untuk kembali hidup seperti semula setelah terjadinya bencana, hasil dari survei ini mengindikasikan bahwa daya lenting masyarakat terhadap bencana masih cukup rendah. Terlihat dari sedikitnya responden yang memiliki cadangan aset yang masih dapat digunakan jika terjadi bencana.

Indeks Kesiapsiagaan Rumah

Dalam dokumen Pilot Survei Pengetahuan Sikap and Peril (Halaman 98-107)