• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Disabilitas Penduduk Umur 15 tahun ke Atas menurut Status dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan, Riskesdas 2007

Kabupaten/Kota Sangat masalah Masalah

Tanah Laut 1.5 25.9

Kota Baru 1,3 9,3

Banjar 3,0 43,6

Barito Kuala 3,0 29,6

Tapin 1,7 31,8

Hulu Sungai Selatan 2,6 34,9

Hulu Sungai Tengah 1,9 25,8

Hulu Sungai Utara 1,8 30,7

Tabalong 1,8 13,5 Tanah Bumbu 2,3 42,9 Balangan 2,5 37,9 Banjarmasin 3,4 36,2 Banjar Baru 1,3 25,2 Kalimantan Selatan 2,4 31,0

Dalam menilai status disabilitas kriteria “Bermasalah” dirinci menjadi “Bermasalah” dan “Sangat bermasalah”. Kriteria “Sangat bermasalah” apabila responden menjawab ya untuk salah satu dari tiga pertanyaan tambahan. Pada tabel 3.93 menunjukkan di Provinsi Kalimantan Selatan rata-rata status disabilitas dengan kriteria “Sangat bermasalah” adalah 2,4% dan “Bermasalah” 31,0%.

Prevalensi disabilitas “Sangat Bermasalah” tertinggi terdapat kota Banjarmasin (3,4%), sedangkan prevalensi disabilitas “Bermasalah” tertinggi di Kabupaten Banjar (43,6%) dan Tanah Bumbu (42,9%). Prevalensi disabilitas “Sangat bermasalah” terendah di Kabupaten Kota Baru dan Banjar Baru, sedangkan “Bermasalah” terendah di Kabupaten Kota Baru dan Tabalong.

Tabel 3.6.2.3

Persentase Disabilitas Penduduk Umur 15 tahun ke Atas Menurut Status dan Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan Selatan, Riskesdas 2007

Karakteristik Sangat masalah Masalah

Kelompok umur (tahun)

15-24 0,9 16,0 25-34 1,2 21,0 35-44 1,0 29,7 45-54 1,8 43,4 55-64 4,7 59,5 65-74 12,8 69,3 >75 25,8 64,1 Jenis kelamin Laki-laki 2,1 27,9 Perempuan 2,7 33,9 Pendidikan Tidak sekolah 9,8 56,3 Tidak tamat SD 3,2 42,2 Tamat SD 1,9 30,5 Tamat SMP 1,1 21,2 Tamat SMA 1,3 23,3 Tamat PT 1,3 21,3 Pekerjaan Tidak bekerja 11,5 39,7 Sekolah 0,6 12,7 Ibu RT 1,5 32,5

Pegawai (Negeri, Swasta, Polri) 1,1 23,2

Wiraswasta 1,6 31,0 Petani/Nelayan/Buruh 1,3 33,1 Lainnya 3,5 37,1 Tipe daerah Perkotaan 2,3 30,8 Perdesaan 2,4 31,2

Tingkat Pengeluaran per kapita

Kuintil 1 3,6 30,6

Kuintil 2 2,2 31,5

Kuintil 3 1,9 32,7

Kuintil 4 2,3 30,7

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa prevalensi disabilitas menunjukkan variabilitas menurut karakteristik responden, yang terlihat pada Tabel 3.6.2.3

Prevalensi penduduk yang memiliki status disabilitas “Sangat bermasalah” dan “Masalah” meningkat dengan bertambahnya umur. Ditinjau dari jenis kelamin, persentase status disabilitas “Sangat bermasalah” dan “Masalah” lebih banyak ditemui pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dan cenderung meningkat dengan makin rendahnya pendidikan.

Berdasarkan jenis pekerjaan, prevalensi disabilitas “Sangat bermasalah” dan “Bermasalah” paling tinggi ditemukan pada kelompok tidak bekerja, dan penduduk yang tinggal di perdesaan hampir serupa dengan perkotaan. Prevalensi disabilitas “Sangat bermasalah” paling banyak pada tingkat pengeluaran per kapita yang terendah, namun prevalensi disabilitas “Masalah” tidak berbeda pada tingkat pengeluaran per kapita.

3.7 Pengetahuan, Sikap dan Prilaku

Persentase penduduk umur 10 tahun ke atas di Provinsi Kalsel yang perokok saat ini terdiri dari perokok setiap hari mencapai 20% (rentang: 15,8-23,6%) dan perokok kadang-kadang mencapai 4,1% (rentang: 15,9-23,6%). Perokok setiap hari tertinggi di Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Banjar, terendah di Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Utara, dan Hulu Sungai Selatan.

Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang perokok setiap hari cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, pada usia 10-14 tahun sudah mencapai 0.7%, tertinggi pada kelompok usia 25-34 tahun (26%). Pria yang perokok saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan wanita (40,2:1,5), cenderung sama tingginya pada semua tingkat pendidikan, kecuali pada pendidikan tamat perguruan tinggi, paling tinggi pada pekerjaan utama sebagai petani/nelayan/buruh (33,4%), tidak banyak berbeda menurut tipe daerah dan tingkat pengeluaran per kapita.

Rerata jumlah batang rokok yang dihisap di Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 13,31 batang sehari (11,78-15,38), paling banyak di kabupaten Tapin, Hulu Sungai Utara, dan Tabalong.

Rerata jumlah batang rokok yang dihisap paling banyak pada usia 45-54 tahun yaitu 14,9 batang sehari, dan cenderung menurun pada usia yang lebih tua. Walaupun perokok saat ini pada laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan, namun jumlah batang rokok yang dihisap per hari tidak berbeda. Selain itu, rerata jumlah batang rokok yang dihisap per hari tidak banyak berbeda di antara tingkat pengeluaran per kapita. Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan usia 10 tahun ke atas yang pertama kali merokok setiap hari paling tinggi pada saat berusia 15-19 tahun (36,8%), tertinggi di Banjar Baru, Tanah Laut, Banjarmasin, dan Hulu Sungai Utara. Penduduk yang pertama kali merokok setiap hari pada saat usia yang sangat muda (5-9 tahun) mencapai 1,4%, tertinggi di Hulu Sungai Tengah,Tapin, dan Banjar.

Penduduk umur 10 tahun ke atas yang merokok menurut usia mulai merokok tiap hari cenderung paling tinggi mulai usia 15-19 tahun diikuti usia 20-24 tahun. Namun perlu mendapat perhatian, bahwa pada kelompok usia paling muda 10-14 tahun, sebagian besar mulai merokok pada usia 5-9 tahun.

Proporsi penduduk perkotaan cenderung lebih muda dalam usia mulai merokok setiap hari dibandingkan perdesaan.

Proporsi penduduk Provinsi Kalimantan Selatan dengan usia pertama kali merokok paling tinggi pada usia 15-19 tahun (34,6%), tertinggi di Banjarbaru, Banjarmasin, dan Tanah Bumbu. Namun penduduk yang mulai merokok pertama kali pada usia sangat

muda (5-9 tahun) mencapai 1,3%, tertinggi di Tabalong, Banjar, Tanah Laut dan Kota Baru.

Pada daerah perkotaan usia pertama kali merokok/mengunyah tembakau cenderung lebih muda dibandingkan daerah perdesaan.

Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan yang merokok, sebagian besar merokok di dalam rumah (85,4% rentang: 65-94,1%), tertinggi di Tanah Bumbu, Tanah Laut, dan Tapin.

Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang merokok menurut jenis rokok yang dihisap, cenderung memilih rokok kretek dengan filter (85,3%), diikuti rokok kretek tanpa filter (20,9%). Penduduk yang mengunyah tembakau di Provinsi Kalsel 1,4%, tertinggi di Tanah Bumbu (3,2%).

Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang merokok menurut jenis rokok yang dihisap, semua karakteristik responden cenderung memilih rokok kretek dengan filter. Walaupun demikian, bila ditinjau pada tingkat pendidikan, persentase penduduk yang berpendidikan tidak sekolah cenderung lebih memilih rokok kretek tanpa filter dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Untuk jenis tembakau yang dikunyah, perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, lebih tinggi di perdesaan dari pada perkotaan, cenderung tinggi pada tingkat pendidikan yang lebih rendah, dan pada ibu rumah tangga.

3.7.1 Perilaku Merokok

Pada penduduk umur 10 tahun ke atas ditanyakan apakah merokok setiap hari, merokok kadang-kadang, mantan perokok atau tidak merokok. Bagi penduduk yang merokok setiap hari, ditanyakan berapa umur mulai merokok setiap hari dan berapa umur pertama kali merokok, termasuk penduduk yang belajar merokok. Pada penduduk yang merokok, yaitu yang merokok setiap hari dan merokok kadang-kadang, ditanyakan berapa rata-rata batang rokok yang dihisap per hari dan jenis rokok yang dihisap. Juga ditanyakan apakah merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain. Bagi mantan perokok ditanyakan berapa umur ketika berhenti merokok.

Tabel 3.7.1.1

Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan Merokok