• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Rumah Tangga Mempunyai Garam Cukup Iodium Menurut Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan Selatan, Riskesdas 2007

Tanah Laut 84,7 Kota Baru*** 97,4 Banjar 62,5 Barito Kuala 85,3 Tapin 76,8

Hulu Sungai Selatan 75,1

Hulu Sungai Tengah 77,9

Hulu Sungai Utara 52,3

Tabalong 52,5 Tanah Bumbu 90,9 Balangan 61,2 Banjarmasin 82,6 Banjar Baru 72,6 Kalimantan Selatan 76,2

Pada penulisan laporan ini yang disajikan hanya yang mempunyai garam cukup iodium (≥ 30 ppm KIO3). Tabel 13.27 memperlihatkan persentase rumah tangga yang mempunyai garam cukup iodium (≥ 30 ppm KIO3) menurut kabupaten kota.

Kualitas konsumsi garam cukup iodium pada RT di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 76,2% (52,3-97,4%). Pencapaian ini masih belum mencapai target nasional 2010 maupun target ICCIDD/UNICEF/WHC Universal Salt Iodization (USI) atau “garam beriodium untuk semua” yaitu minimal 90% rumah tangga menggunakan garam cukup iodium. Dua kabupaten yang telah mencapai target garam beriodium untuk semua yaitu Kota Baru dan Tanah Bumbu.

Tabel 3.2.5.2

Persentase Rumah Tangga Mempunyai Garam Cukup Iodium Menurut

Karakteristik Responden di Provinsi Kalimantan Selatan, Riskesdas 2007

Karakteristik Rumah tangga mempunyai garamcukup Iodium (%)

Tipe daerah

Perkotaan 83,0

Perdesaan 72,1

Tingkat pengeluaran per kapita

Kuintil 1 71,7

Kuintil 2 75,3

Kuintil 3 74,9

Kuintil 4 77,5

Kuintil 5 81,6

Pendidikan Kepala Keluarga

Tidak sekolah & Tidak tamat SD 71,4

Tamat SD 72,9

Tamat SMP 79,6

Tamat SMA 81,8

Tamat PT 89,4

Pekerjaan Kepala Keluarga

Tidak bekerja/Sekolah/Ibu rumah tangga 75,2

TNI/Polri/PNS/BUMN 86,7

Pegawai swasta 87,4

Wiraswasta/Pedagang/Pelayanan Jasa 80,3

Petani/Nelayan 70,7

Buruh/Lainnya 70,1

Tabel 3.2.5.2 memperlihatkan persentase rumah-tangga yang mempunyai garam cukup iodium (>30 ppm) menurut menurut karakteristik responden. Persentase rumah-tangga yang mempunyai garam cukup iodium di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan.

Ditinjau dari kuintil pengeluaran rumah-tangga per kapita, semakin tinggi status ekonomi yang diukur berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita semakin tinggi persentase rumah tangga yang mempunyai garam cukup iodium. Demikian pula menurut pendidikan, semakin tinggi pendidikan kepala keluarga semakin tinggi persentase yang mempunyai garam cukup iodium. Berdasarkan pekerjaan, persentase yang mempunyai garam cukup iodium pada kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan tetap seperti PNS/TNI/Polri/BUMN dan swasta lebih tinggi dibandingkan yang pekerjaannya tidak tetap.

3.3 KESEHATAN IBU DAN ANAK

3.3.1 STATUS IMUNISASI

penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada anak yang dicakup dalam PPI adalah satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, empat kali imunisasi polio, satu kali imunisasi campak dan tiga kali imunisasi Hepatitis B (HB).

Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; imunisasi polio pada bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu, imunisasi DPT/HB pada bayi umur dua, tiga, empat bulan dengan interval minimal empat minggu, dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan.

Dalam Riskesdas, informasi tentang cakupan imunisasi ditanyakan pada ibu yang mempunyai balita umur 0 – 59 bulan. Informasi tentang imunisasi dikumpulkan dengan tiga cara yaitu:

a. Wawancara kepada ibu balita atau anggota rumah-tangga yang mengetahui, b. Catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), dan

c. Catatan dalam Buku KIA.

Bila salah satu dari ketiga sumber tersebut menyatakan bahwa anak sudah diimunisasi, disimpulkan bahwa anak tersebut sudah diimunisasi untuk jenis tersebut.

Selain untuk tiap-tiap jenis imunisasi, anak disebut sudah mendapat imunisasi lengkap bila sudah mendapatkan semua jenis imunisasi satu kali BCG, tiga kali DPT, tiga kali polio, tiga kali HB dan satu kali imunisasi campak. Oleh karena jadwal imunisasi untuk BCG, polio, DPT, HB, dan campak yang berbeda, bayi umur 0-11 bulan dikeluarkan dari analisis imunisasi. Hal ini disebabkan karena bila bayi umur 0-11 bulan dimasukkan dalam analisis, dapat memberikan interpretasi yang berbeda karena sebagian bayi belum mencapai umur untuk imunisasi tertentu, atau belum mencapai frekuensi imunisasi tiga kali.

Oleh karena itu hanya anak umur 12-59 bulan yang dimasukkan dalam analisis imunisasi. Berbeda dengan Laporan Nasional, analisis imunisasi di tingkat provinsi tidak memasukkan analisis untuk anak umur 12-23 bulan, tetapi hanya anak umur 12-59 bulan. Alasan untuk tidak memasukkan analisis imunisasi anak 12-23 bulan karena di beberapa kabupaten/ kota, jumlah sampel sedikit sehingga tidak dapat mencerminkan cakupan imunisasi yang sebenarnya dengan sampel sedikit.

Tidak semua balita dapat diketahui status imunisasi (missing). Hal ini disebabkan karena beberapa alasan, yaitu ibu lupa anaknya sudah diimunisasi atau belum, ibu lupa berapa kali sudah diimunisasi, ibu tidak mengetahui secara pasti jenis imunisasi, catatan dalam KMS tidak lengkap/tidak terisi, catatan dalam Buku KIA tidak lengkap/tidak terisi, tidak dapat menunjukkan KMS/ Buku KIA karena hilang atau tidak disimpan oleh ibu, subyek yang ditanya tentang imunisasi bukan ibu balita, atau ketidak akuratan pewawancara saat proses wawancara dan pencatatan.

Persentase cakupan imunisasi dasar anak umur 12-59 bulan yang tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan adalah BCG (85,8%), Campak (80,3%), dan Polio 3 (71,2%).

Persentase cakupan imunisasi BCG untuk anak umur 12-59 bulan lebih rendah dari angka provinsi adalah Kabupaten Banjar, Kota Baru, Tanah Bumbu, dan Balangan. Untuk imunisasi Campak kabupaten/kota dengan persentase cakupan lebih rendah dari angka provinsi adalah Banjar, Balangan, Banjarmasin, Kota Baru, dan Tanah Bumbu. Untuk imunisasi polio terendah adalah Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Selatan, Tapin, dan Balangan.

Persentase cakupan imunisasi dasar pada hampir semua jenis imunisasi pada anak umur 12-59 bulan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan kepala keluarga, lebih tinggi di perkotaan lebih tinggi, dan cenderung meningkat sesuai dengan meningkatnya tingkat pengeluaran per kapita.

Persentase cakupan imunisasi lengkap anak umur 12-59 bulan di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 52,9%, tidak lengkap adalah 36,4% dan tidak mendapat imunisasi sama sekali sebesar 10,6%. Untuk imunisasi yang tidak lengkap, persentase tertinggi di Balangan, Tapin, dan Hulu Sungai Selatan. Untuk yang tidak mendapat imunisasi sama sekali tertinggi di Banjar, Tanah Bumbu, dan Kota Baru.

Persentase imunisasi lengkap anak l2-59 bulan di Provinsi Kalimantan Selatan meningkat sesuai dengan meningkatnya jenjang pendidikan kepala keluarga, lebih tinggi di perkotaan, dan meningkat sesuai dengan meningkatnya tingkat pengeluaran per kapita.

Untuk persentase imunisasi tidak lengkap dan tidak mendapat imunisasi sama sekali makin meningkat pada pendidikan yang lebih rendah, lebih tinggi di perdesaan, dan meningkat pada tingkat pengeluaran per kapita yang lebih rendah.

Tabel 3.3.1.1

Persentase Anak Balita Umur 12 – 59 Bulan yang Mendapatkan Imunisasi