• Tidak ada hasil yang ditemukan

(%) 1 Idling/Minor Stoppages Losses 1050,66 43,06 2 Yield/Scrap losses 0,00 0,00 3 Reduce Speed Losses 766,40 31,41 4 Breakdown Losses 352,68 14,45 5 Setup and Adjustment Losses 9,61 0,39 6 Rework Losses 260,88 10,69 Total 2440,22 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel 5.15 diatas dijelaskan bahwa persentase faktor terbesar dari Losses disebabkan oleh Idling and Minor Stoppages Losses yaitu sebesar 43,06 % dengan total kehilangan waktu sebesar 1050,66 jam. Hal ini menerangkan bahwa mesin sering berhenti secara berulang ulang ataupun mesin harus berhenti dikarenakan gangguan pada mesin yang lain seperti Pre Heater/Shaking Machine bermasalah sehingga harus dilakukan pemberhentian produksi.

Gambar 5.13 : Diagram persentase Six Big Losses. Idling/Minor Stoppages Losses; 43,06 Yield/Scrap losses; 31,41 Reduce Speed Losses; 14,45 Breakdown Losses; 0,39 Setup and Adjustment Losses; 10,69

Tabel 5.16. Six Big Losses Target.

No Six Big Losses

Total Time Losses

(jam)

Persentase

(%) Target

1 Breakdown Losses 352,68 14,45 Zero 2 Setup and

Adjustment Losses 9,61 0,39 Minimized 3 Idling/Minor

Stoppages Losses 1050,66 43,06 Zero 4 Reduce Speed

Losses 766,40 31,41 Zero

5 Yield/Scrap losses 0 0,00 Zero

6 Rework Losses 260,88 10,69 Minimized

Total 2440,22 100

Sumber: http://www.plant-maintenance.com/articles/RCMvTPM.shtml

Kegiatan dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin/peralatan dan meminimalkan downtime mesin/peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat meyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin/peralatan saja. Rendahnya produktivitas mesin/peralatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering diakibatkan oleh penggunaan mesin/peralatan yang tidak efektif dan efisien terdapat enam faktor yang disebut enam kerugian besar (six big losses).

Menurut Gaspertz, efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi merupakan karakteristik proses mengukur performansi aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan. Sedangkan efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses mengukur derajat pencapaian output dari sistem produksi. Efektivitas diukur dari aktual output rasio terhadap output direncanakan.

Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya mengacu pada kuantitas output semata akan dapat menyesatkan, karena pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama dari proses yaitu : kapasitas, efisiensi dan efektivitas. Menggunakan mesin/peralatan seefisien mungkin artinya adalah memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin/peralatan

produksi dengan tepat guna dan berdaya guna. Untuk dapat meningkatkan produktivitas mesin/peralatan yang digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan pada six big losses.

5.4 Analisa diagram sebab akibat (Fish Bone Diagram)

Untuk mendapatkan penanganan masalah secepat mungkin, maka perlu dilakukannya analisa sebab akibat terhadap faktor – faktor yang mengakibatkan masalah - masalah tersebut. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan (Fish Bone Diagram).

Analisa ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung dilapangan, wawancara dengan operator, dan juga wawancara dengan shift engineer di pabrik Anoda Karbon. Hasil wawancara tersebut, merupakan salah satu kemungkinan penyebab dari sulitnya pencapaian OEE yang diharapkan.

Dalam wawancara yang didapat maka diambil parameter – parameter yang mempengaruhi terjadinya kerugian/Losses tersebut, yaitu : mesin, manusia, metode, produksi.

Dari diagram sebab akibat diatas menerangkan bahwa penyebab mesin mengalami kerugian atau losses oleh karena 4 kategori yaitu manusia, mesin, metode dan produksi. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh :

1. Manusia

Setiap pekerjaan yang dilakukan sangat membutuhkan pengawasan, baikmemantau seberapa besar kemampuan karyawan dan etos kerja saat bekerjadengan tujuan mengatur serta mengkoordinir berlangsungnya proses dengan baik.

Dari hasil pengamataan yang dilakukan, operator kurang peduli dengan kebutuhan maintenance mesin. Faktor ini disebabkan Bagian Produksi yang mengharuskan tercapainyan target produksi yang tinggi dengan mengurangi atau menekan waktu pemeliharaan mesin.

Sementara faktor yang lain adalah kurang disiplinnya karyawan terhadap waktu (jam kerja), masih banyak waktu yang terbuang ketika akan memulai pekerjaan, hal ini juga dipengaruhi oleh sistem absensi yang masih menggunakan metode manual.

2. Mesin

Bilamana terjadi kerusakan pada mesin ini dan harus mengganti suku cadang, maka diganti dengan suku cadang yang tidak berdasarkan standar pabrik pembuat mesin tersebut. Hal ini dikarenakan langkanya spartparts asli karena produsen mesin tidak memproduksi lagi.

Sementara faktor lain adalah adanya gangguan secara tiba – tiba. Bisa saja penyebabnya adalah arus listrik (Kwh) pada motor penggerak yang tidak stabil sehingga mengakibatkan trip dan hunting yang bisa menyebabkan kelebihan arus yang dihasilkan ataupun kurang arus. Dikarenakan didalam sebuah pabrik tersebut merupakan sebuah system yang memiliki keterikatan satu sama lain, maka kerusakan mesin pada mesin yang lain juga mengakibatkan pemberhentian mesin pengaduk KO-Kneader ini. Hal ini akan menyebabkan Losses karena harus menunggu perbaikan mesin yang mengalami kerusakan tersebut.

Dari label SOP (Standart Operation Procedure) ada, dan yang dilihat peneliti bahwa masih banyak penerapan maintenance yang kurang baik. Penggantian komponen maupun jadwal pemeliharaan tidak semua dilakukan secara terjadwal atau preventif. Beberapa komponen utama bahkan diganti hanya jika terjadi Breakdown Jika ini terus terjadi maka akan menyebabkan performa mesin menurun dan menyebabkan losses.

4. Produksi (Target Produksi)

Produksi menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan losses di mesin ini karena target pencapaian produksi yang tinggi membuat Bagian Produksi mengurangi waktu pemeliharaan mesin, Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip maintenance itu sendiri, karena jika maintenance dilakukan dengan metode dan SOP (Standart Operation Procedure) yang tepat akan meningkatkan hasil produksi.

Target produksi yang tinggi ini juga membuat operator mesin sering melalaikan perawatan mesin dan hanya meementingkan target produksi yang diberikan bagian produksi.

5.5 Usulan pemecahan masalah

5.5.1 Usulan penyelesaian masalah Six Big Losses Tabel 5.17 Usulan penyelesaian masalah Six Big Losses.

No. Faktor-faktor Usulan Penyelesaian

1. Manusia

a. Disiplin waktu kerja yang kurang.

a. Penggantian metode absensi konvensional ke metode absensi fingerprint.

b. Ditanamkan komitmen kerja efisian bagi semua karyawan, terkhusus leader di tim masing-masing departemen.

c. Penerapan dasar Total Productive Maintenance(TPM) pada karyawan.

2. Mesin

a. Komponen mesin tidak original.

a. Bekerjasama dengan kontraktor atau perusahaan yang bergerak dibidang material yang profesional dalam

b. Gangguan tiba-tiba (Breakdowns).

membuat komponen mesin.

b. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan penggantian mesin baru, karena faktor usia mesin yang sudah tua dan juga teknologi pengadukan pasta yang terbaru sudah banyak berkembang.

3. Metode

a. Jadwal Maintenance tidak teratur.

a. Penerapan Preventive Maintenance yang benar dan terjadwal dengan baik.

b. Mulai melakukan penerapan Total Productive Maintenance (TPM).

4. Produksi (Target Produksi) a. Fokus perusahaan

lebih ke Target Produksi.

a. Perlu dilakukan penyelarasan pemikiran bahwasanya Mainteance yang baik akan menghasilkan produksi (target produksi) yang baik juga.

b. Perlu dilakukan penyeimbangan waktu produksi dan waktu pemeliharaan mesin.

5.5.2 Penerapan Total Productive Maintenance (TPM)

Perbedaan Total Productive maintenance (TPM) dengan planned Maintenance (PM) yang utama adalah kegiatan pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance) dan kunci kesuksesan TPM juga tergantung pada kesuksesan program autonomous maintenance. Kegiatan autonomous maintenance ini melibatkan seluruh karyawan mulai dari pimpinan sampai dengan operator. Dengan adanya kegiatan autonomous maintenance ini maka setiap operator akan terlibat dalam perawatan dan penanganan setiap masalah yang terjadi pada mesin dibagian produksi anoda karbon.

Sistem pelaksanaan kegiatan maintenance yang diterapkan oleh PT. INALUM merupakan sistem pemeliharaan terencana mulai dari perencanaan sampai dengan penggantian. Penanganan kerusakaan mesin yang terjadi pada Mesin Pengaduk KO-Kneader merupakan tanggung jawab pada bagian departemen maintenance. Penerapan pemeliharaan mandiri dilakukan dengan tujuan agar pola pikir operator dimana selama ini operator hanya bisa

menggunakan mesin tetapi tidak dapat memperbaiki. Hal ini harus diubah agar perawatan mesin di perusahaan dapat berjalan dengan baik dan kerusakan dapat dicegah. Agar hal tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan waktu dan usaha untuk melatih operator agar kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan autonomous maintenance dapat ditingkatkan. Kegiatan pemeliharaan mandiri dapat dilakukan oleh operator sesuai dengan TPM adalah:

1. Meningkatkan efektivitas mesin dengan mengeliminasi faktor dominan dari Six Big Losses.

2. Meningkatkan pemahaman standar prosedur perbaikan mesin (SOP maintenance).

3. Melakukan pelatihan secara rutin setiap tahun agar membangun keterampilan operator terhadap tugas-tugas yang ada seperti mengenali gejala kerusakan mesin, mengetahui perbaikan sementara mesin, dan memahami permasalahan yang sering terjadi pada mesin.

BAB VI

Dokumen terkait