• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi

CAPAIAN KINERJA

A. Capaian Kinerja Tahun 2014

1. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi

Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu

Indikator persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu merupakan indikator baru Sasaran 2 karena sebelumnya digunakan indikator kecepatan untuk mengukur kecepatan penyiapan, penyusunan dan penyampaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Non Kementerian/LPNK kepada Presiden. Pengertian penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres adalah meliputi dukungan teknis, administratif, dan analisis Sekretariat Kabinet dalam penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres.

Semakin tepat waktu penyelesaian RPerpres, RKeppres, RInpres, maka semakin berkualitas penyelesaian RPerpres, RKeppres, RInpres yang dihasilkan. Ketepatan waktu mencerminkan waktu (rata-rata hari) yang dibutuhkan dalam penyiapan,

penyusunan dan penyampaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres, yang diukur berdasarkan waktu sebagaimana dialokasikan dalam SP, untuk tahun 2014 ini yaitu 9 hari.

Pada Tahun 2014 realisasi penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu adalah 7 hari. Hal tersebut berdasarkan penghitungan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu, dengan rekapitulasi sebagaimana tabel berikut:

Tabel 12

Waktu Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres Tahun 2014

Bulan Rerata Waktu Penyelesaian (Hari)

Januari 6 hari Februari 6 hari Maret 6 hari April 6 hari Mei 7 hari Juni 7 hari Juli 7 hari Agustus 7 hari September 6 hari Oktober 7 hari November 7 hari Desember 7 hari Rata-rata 6,59 hari

Berdasarkan tabel di atas, realisasi penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang tepat waktu per bulan selama kurun waktu Tahun 2014 berkisar antara 6 hari dengan rata-rata 6,59 hari.

Mengingat indikator Sasaran 2 tahun 2014 adalah persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu merupakan indikator kedua maka dapat dibandingkan dengan sasaran tahun sebelumnya.

Gambar 5

Perbandingan Capaian Sasaran RPerpres, RKeppres dan RInpres Secara Tepat Waktu

2. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan

Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti

Pengukuran persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti dilakukan terhadap penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu.

Dalam rangka penghitungan persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti dilakukan pengukuran kualitasnya, yaitu apakah RPerpres, RKeppres, dan RInpres disetujui oleh Presiden dan dari sisi teknis perundang-undangan terhadap Perpres, Keppres dan Inpres yang telah ditetapkan oleh Presiden telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan praktek legal

drafting serta tidak dilakukan penarikan kembali dari masyarakat dan

disebarluaskan kembali dalam bentuk ”Distribusi II” karena terdapat kesalahan ketik/redaksi penulisan.

Pada Tahun 2014, terhadap ke-98 RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan kepada Presiden seluruhnya sudah tepat karena tidak ada distribusi II dan tidak dilakukan perubahan. Target penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres yang ditindaklanjuti sebesar 97% sedangkan realisasi yang dicapai sebesar 100%. Mengacu pada target dan realisasi tersebut, maka capaian penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti berdasarkan rumus 1 adalah 103%.

Indikator Sasaran 2 tahun 2014 yaitu persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti merupakan indikator baru sehingga tidak dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya.

Gambar 5

Perbandingan Capaian Sasaran Penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres yang Ditindaklanjuti

Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini dikategorikan memuaskan. Hal

ini menggambarkan bahwa IKU Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Persentase Penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang tepat waktu dan ditindaklanjuti) telah berhasil dicapai melalui pencapaian sasaran tersebut.

Kegiatan yang dilakukan guna mencapai indikator Sasaran 2 adalah “penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres”.

Penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2004 tentang Tata Cara Mempersiapkan RPerpres, RKeppres dan RInpres.

Disamping ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, juga memperhatikan pula Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor B.257/M.Sesneg/D-4.03.2010 tanggal 3 Maret 2010, kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan para pimpinan LPNK hal Penyusunan Rancangan Undang-Undang, Perpu, RPP, RPerpres, RKeppres, RInpres yang intinya mengatur bahwa setiap rancangan yang akan dibahas dengan panitia antar kementerian/lembaga harus terlebih dahulu mendapat izin prakarsa Presiden.

Adapun, langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, secara singkat dapat disampaikan sebagai berikut:

1) RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh pimpinan Kementerian/LPNK, oleh pimpinan (Presiden, Sekretaris Kabinet/ Wakil Sekretaris Kabinet, Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum) secara hierarkis diteruskan kepada staf dengan disertai petunjuk penyelesaiannya.

2) Staf melakukan penelitian dan analisis terhadap prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan hasilnya disampaikan/dilaporkan secara hierarkis kepada

pimpinan, baik mengenai bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan dengan disertai berkas.

3) Dalam hal laporan/hasil penelitian/analisis menyatakan terdapat permasalahan, maka dapat dilakukan:

a) koordinasi dengan instansi terkait, baik melalui rapat maupun permintaan pertimbangan/persetujuan;

b) melaporkan lebih lanjut pokok-pokok masalah kepada pimpinan.

4) RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang tidak lagi mengandung permasalahan disiapkan dalam bentuk naskah rancangan untuk diteruskan kepada pimpinan guna mendapatkan persetujuan/ penetapan Presiden.

5) Naskah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang telah mendapat persetujuan/penetapan Presiden dibuatkan salinannya untuk kemudian digandakan dan didistribusikan kepada lembaga-lembaga tinggi negara, Kementerian/LPNK, Gubernur, dan Bupati/Walikota, serta lembaga terkait lainnya, antara lain, Badan Pembinaan Hukum nasional, Antara dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Dalam rangka menunjang kegiatan tersebut, pada Tahun 2014 telah dilaksanakan 132 kali rapat penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres meliputi 111 kali Rapat di Kementerian terkait (dalam kota), 20 kali Rapat di luar kota dan 1 di luar negeri sebagai wakil delegasi RI dalam perundingan internasional baik bilateral maupun multilateral di Myanmar.

Pejabat dan pegawai pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam menjadi wakil delegasi RI dalam perundingan The Sixty-Second Meeting of the ASEAN Coordinating Commitee on Invetsment (62ND CCI), Nay Pyi Taw, Myanmar, tanggal 10-11 Januari 2014

Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan ke-61 CCI yang telah diselenggarakan pada tanggal 1-5 Juli 2013 di Brunei Darussalam. Selama 2 (dua) hari pertemuan, para pihak telah membahas pokok-pokok perundingan yang salah satunya terkait persiapan ratifikasi Protocol to Amend the ASEAN Comprehensive

Investment Agreement (ACIA) yang telah ditindaklanjuti oleh Indonesia (Sekretaris Kabinet) melalui surat persetujuan izin prakarsa kepada Kepala BKPM nomor B.585/Seskab/12/2014 tanggal 18 Desember 2014.

Pejabat pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam menjadi wakil delegasi RI dalam perundingan 2nd Meeting of Dialogue for the Establishment of Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO), Nay Pyi Taw, Myanmar, tanggal 26-27 Februari 2014

Pertemuan kedua dialog pendirian AfoCo diselenggarakan oleh

Korea Forest Service bekerja sama dengan Pemerintah Myanmar

pada tanggal 26-27 Februari 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Delegasi Indonesia diwakili oleh Kementerian Kehutanan, Kementerian Luar Negeri, dan Sekretariat Kabinet. Pertemuan tersebut membahas draft Agreement on the Establishment of the

Asian Forest Cooperation (AfoCO) terkait pengaturan mengenai

keuangan, privilege and immunities, membership, dan mekanisme pengambilan keputusan. Sebagai saran dan tindak lanjut, Sekretariat

Kabinet menilai masih perlu pendalaman setiap klausula dalam Persetujuan karena masih banyak pengaturan yang tidak sesuai dengan kaidah pembentukan perjanjian internasional dan juga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan nasional.

Keberhasilan pencapaian outcome kegiatan Sasaran 2, tidak hanya diukur dari jumlah RPerpres, RPerpres dan RInpres yang ditetapkan menjadi produk Perpres, Keppres dan Inpres, tetapi meliputi pula peran Sekretrariat Kabinet dalam setiap pembahasan RPerpres, RPerpres, dan RInpres baik di Sekretariat Kabinet maupun di instansi terkait (kuantitatif) dan keterlibatan dalam setiap proses penyelesaian RPerpres, RKepres dan RInpres, misalnya laporan hasil penelitian/kajian maupun rumusan hasil pembahasan pembahasan RPerpres, RPerpres, dan RInpres (kualitatif).

Seperti dalam penyusunan RPerpres tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia, Sekretariat Kabinet melakukan penelitian/kajian terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan koordinasi penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis, yang menghasilkan:

a. Perlu diatur syarat/kriteria tertentu dalam pembentukan satuan organisasi baru di lingkungan TNI dengan memperhatikan kebutuhan nyata sesuai tingkat ancaman, strategi pertahanan, dan anggaran yang tersedia.

b. Pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan patut direalisasikan dengan tujuan mengnyinergikan matra darat, laut, dan udara serta operasi antar wilayah sekaligus dengan mempertimbangkan sarana dan prasarana, termasuk ketersediaan sumber daya manusia dan alutsista.

c. Perlu pemerataan penempatan prajurit TNI ke seluruh wilayah Indonesia, khususnya di wilayah tengah dan timur Indonesia.

Hasil koordinasi tersebut telah disampaikan kepada Panglima TNI dengan surat nomor: B.21/Seskab/01/2015 tanggal 12 Januari 2015.

Pejabat melakukan kegiatan rapat koordinasi penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis dengan Kodam Udayana, Provinsi Bali

Substansi Perpres, Keppres, dan Inpres yang ditetapkan Presiden pada tahun 2014, antara lain:

a. Peraturan Presiden (Perpres)

1. Perpres Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Perpres ini menjadi pedoman/panduan bagi seluruh perancang atau unit yang menangani perancangan perundang-undangan di kementerian/lembaga dalam menyusun rancangan baik itu UU, Perpu, PP, dan Perpres serta Peraturan Daerah (baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota) ataupun peraturan perundangan-undangan lainnya yang diakui.

2. Perpres Nomor 136 Tahun 2014 tentang Program Pengembangan Pesawat Tempur IF-X

Perpres ini mengatur mengenai program pengembangan pesawat tempur IF-X antara pemerintah RI dan pemerintah Korea Selatan yang meliputi tahap pengembangan teknologi, pengembangan rekayasa dan manufaktur, dan produksi.

3. Perpres Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja

Perpres ini sebagai tindaklanjut dibentuknya Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, dimana terdapat beberapa kementerian baru dan yang mengalami perubahan baik penggabungan maupun pemisahan diantaranya: Kemenko Bidang Kemaritiman, Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, agar kementerian tersebut dapat menjalankan tugas dan fungsinya maka perlu diatur mengenai lingkup tugas dan fungsinya sebelum diatur dengan Perpres mengenai kementerian yang bersangkutan. 4. Perpres Nomor 167 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelantikan

Gubernur, Bupati dan Walikota

Perpres ini merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 165 Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, yang didalamnya mengatur mengenai tata cara pelantikan Gubernur yang dilakukan oleh Presiden atau Wakil Presiden atau Menteri, dan pelantikan Bupati/Walikota oleh Gubernur atau Wakil Gubernur atau Menteri.

5. Perpres Nomor 178 Tahun 2014 tentang Badan Keamanan Laut Perpres ini merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 67 UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Bakamla dibentuk dengan tugas melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia. Bakamla dikoordinasikan oleh Menko Bidang Polhukam dan berkoordinasi dengan Menko Bidang Kemaritiman dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut.

6. Perpres Nomor 190 Tahun 2014 tentang Unit Staf Kepresidenan Perpres ini membentuk Unit Staf Kepresidenan dalam rangka kelancaran penyelenggaraan komunikasi politik kepresidenan dan pengelolaan isu strategis yang dipimpin oleh seorang kepala setingkat menteri.

b. Keputusan Presiden (Keppres)

1. Keppres Nomor 15 Tahun 2014 tentang Panitia Nasional Penyelenggaraan Pertemuan Open Government Partnership Tingkat Regional Asia Pasifik Tahun 2014

Keppres ini mengatur pembentukan Panitia Nasional Pertemuan OGP Asia Pasifik Tahun 2014 yang diselenggarakan pada tanggal 4 – 7 Mei 2014 di Bali mengingat Indonesia sebagai Ketua Umum OGP Periode 2013-2014.

2. Keppres Nomor 19 Tahun 2014 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah Prioritas Tahun 2014

Keppres ini sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 26 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana pada Tahun 2014 Pemerintah telah menetapkan sebanyak 80 RPP masuk kedalam program prioritas penyusunan PP untuk Tahun 2014. Keppres ini sebagai pedoman bagi pemrakarsa dalam menyelesaikan RPP yang masuk dalam program prioritas tersebut.

3. Keppres Nomor 20 Tahun 2014 tentang Program Penyusunan Peraturan Presiden Prioritas Tahun 2014

Keppres ini sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 31 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana pada Tahun 2014 Pemerintah telah menetapkan sebanyak 22 RPerpres masuk kedalam program prioritas penyusunan Perpres untuk Tahun 2014. Keppres ini sebagai pedoman bagi pemrakarsa dalam menyelesaikan RPerpres yang masuk dalam program prioritas tersebut.

4. Keppres Nomor 36 Tahun 2014 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia pada the International Committee of

Military Medicine

Keppres ini menetapkan Indonesia sebagai anggota the

International Committee of Military Medicine, keanggotaan dan

peran serta Indonesia dalam organisasi internasional tersebut dapat memberikan dukungan dan pengukuhan posisi Indonesia pada kesehatan militer di forum internasional.

c. Instruksi Presiden (Inpres)

1. Inpres Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2014

Inpres ini dikeluarkan Pemerintah dalam rangka menjamin terciptanya kondisi sosial, hukum, dan keamanan dalam negeri yang kondusif untuk mendukung kelancaran pembangunan nasional, perlu kelanjutan pelaksanaan langkah-langkah penanganan konflik sosial melalui keterpaduan, baik antar Aparat Pusat, antar Aparat Daerah, maupun antara Aparat Pusat dan Daerah.

2. Inpres Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014

Inpres ini dikeluarkan Pemerintah Dalam upaya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 (Stranas PPK), dan sebagai implementasinya dilakukan penyusunan aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi (PPK) setiap tahun.