• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

2. Persentase perkecambahan spora FMA (%)

Menghitung persentase perkecambahan spora fungi mikoriza arbuskula dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah spora yang berkecambah

Persentase perkecambahan = x 100%

Jumlah spora yang dikecambahkan 3. Laju perkecambahan (Kartasapoetra, 2003)

Laju perkecambahan dihitung dengan menggunakan rumus berikut : (100) (A1 + A2 + ... + An)

C.G =

A1T1 + A2T2 + ... + AnTn

Dimana :

A : Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu. T : Waktu yang bersesuaian dengan A.

n : Jumlah hari pada penilaian/perhitungan akhir. CG: Koefisiensi perkecambahan.

4. Uji kolonisasi FMA pada akar tanaman inang

Untuk membandingkan bagaimana pengaruh konsentrasi fungisida bahan aktif asamfosfit dan metalaksil terhadap FMA yang ada tanaman inangnya menjadi penting dalam penelitian ini. Variabel yang diamati adalah persentase kolonisasi FMA pada akar tanaman inang (Zea mays L).

Mula-mula pot plastik diberi label perlakuan F0M1, F1M1, F2M1, F3M1, F4M1, F5M1, F6M1, F0M2, F1M2, F2M2, F3M2, F4M2, F5M2, F6M2 dengan ulangan sebanyak 3 kali. Setiap pot plastik diisi sebanyak ±500 gram pasir sungai yang terlebih dahulu pasirnya dicuci bersih dan dijemur di panas matahari. Kemudian diberi 5 spora FMA (Gigaspora margarita atau Acaulospora

tuberculata) dan benih tanaman inang (Zea mays L). Setiap pot plastik yang telah berisi FMA dan tanaman inang (Zea mays L) disirami dengan air secukupnya hingga tercapai keadaan kapasitas lapang, interval penyiraman 1 kali dalam 1 hari, diberi larutan pupuk hyponex merah konsentrasi 1 gram/2 liter air, interval penyiraman 1 kali dalam 3 hari dan diberi konsentrasi larutan fungisida asam fosfit dan metalaksil sesuai perlakuan, interval penyiraman 1 kali dalam 1 minggu. Penyiraman air, larutan pupuk hyponex merah dan larutan fungisida dilakukan

sampai tanaman berumur 42 hari.

Akar tanaman inang dipanen pada saat tanaman berumur 42 hari, yang digunakan adalah yang segar dan halus berdiameter 0,5-1,0 mm (Rajapakse dan Miller, 1992). Akar dicuci dengan air mengalir (air kran) hingga bersih, kemudian dimasukkan ke dalam larutan KOH 10% selama 24 jam sampai keluar seluruh isi sitoplasma sel atau berwarna pucat untuk memudahkan pengamatan struktur kolonisasi FMA pada akar. Larutan KOH dicuci menggunakan air mengalir (air kran). Setelah itu akar direndam dalam HCl 2% selama 12 jam kemudian dicuci menggunakan air mengalir (kran), bertujuan menurunkan pH akar agar proses pewarnaan lebih bagus. Selanjutnya akar tanaman inang diberi larutan pewarna (staining) mengandung trypan blue 0,05% sesuai teknik yang dilakukan oleh Kormanik dan McGraw (1982). Larutan trypan blue dibuang dan diganti dengan larutan lacto glyserol untuk proses destaining (pengurangan warna). Setelah itu akar dipotong-potong dengan ukuran panjang ±1 cm. Dari yang satu perlakuan dan ulangan yang sama diambil secara acak sebanyak 10 potong akar tanaman yang berukuran ±1 cm tadi untuk disusun pada kaca preparat secara berbaris.

Setiap preparat diberi label perlakuan dan ulangan. Selanjutnya kolonisasi FMA pada akar tanaman inang siap diamati menggunakan mikroskop compoun.

Penghitungan persentase kolonisasi FMA pada akar tanaman inang menggunakan metode panjang akar terkolonisasi (Giovannetti dan Mosse, 1980). Potongan akar tanaman yang tersusun pada preparat diamati di bawah mikroskop compoun untuk setiap bidang pandang. Bidang pandang yang menunjukkan tanda-tanda kolonisasi (terdapat hifa dan atau arbuskula dan atau vesikula) diberi tanda (+), sedangkan yng tidak terdapat tanda-tanda kolonisasi diberi tanda negatif (-). Selanjutnya dihitung persentase kolonisasi FMA pada akar tanaman inang menggunakan rumus :

∑ bidang pandang bertanda (+)

% kolonisasi FMA pada akar tanaman = x 100%

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

1. Hari mulai berkecambah spora FMA

Perlakuan interaksi fungisida dan mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap hari mulai berkecambah spora FMA. Data dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 1a-1c. Uji beda rataan antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hari mulai berkecambah spora FMA (hari)

Bahan aktif fungisida dan konsentrasi Kontrol

Asam fosfit Metalaksil

0,0000 % 0,0400 % 0,1200 % 0,2000 % 0,0525 % 0,0875 % 0,1225 % Perlakuan (F0) (F1) (F2) (F3) (F4) (F5) (F6) Rataan G. margarita (M1) 5,13 b 5,20 b 6,22 d 10,00 f 5,78 c 6,20 d 6,53 e 6,44 A. tuberculata (M2) 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 Rataan 2,57 2,60 3,11 5,00 2,89 3,10 3,27

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

Pemberian fungisida bahan aktif asam fosfit pada konsentrasi tertinggi F3M1 lebih menghambat perkecambahan spora FMA dibandingkan pemberian fungisida bahan aktif metalaksil konsentrasi tertinggi F6M1. Tetapi pemberian fungisida bahan aktif asam fosfit konsentrasi terendah F1M1 tidak lebih menghambat perkecambahan spora FMA dibandingkan pemberian fungisida bahan aktif metalaksil konsentrasi terendah F4M1. Kemudian pemberian fungisida bahan aktif asam fosfit konsentrasi menengah F2M1 tidak berbeda nyata dengan pemberian fungisida bahan aktif metalaksil konsentrasi menengah F5M1. Dari data tersebut terlihat bahwa jenis bahan aktif fungisida yang digunakan

memberikan pengaruh berbeda, namun dalam penelitian ini tidak dilakukan pengujian pengaruh jenis fungisida terhadap perkecambahan spora FMA.

Penggunaan fungisida dengan semakin dinaikkan konsentrasi bahan aktifnya F0(0,0000%), F1(0,0400%), F4(0,0525%), F5(0,0875%), F2(0,1200%), F6(0,1225%), F3(0,2000%) tidak tergantung apakah yang dinaikkan konsentrasinya adalah bahan aktif asam fosfit ataukah bahan aktif metalaksil, terlihat berpengaruh terhadap hari mulai berkecambah spora Gigaspora margarita

yaitu menjadi lebih lambat beraturan 5,13; 5,20; 5,78; 6,20; 6,22; 6,53; 10,00 hari. Semakin tinggi konsentrasi bahan aktif fungisida yang digunakan menjadikan semakin sedikit jumlah air yang dapat pindah masuk secara osmosis ke dalam sel-sel spora, yang kemudian akan berpengaruh menghambat perkecambahan. Cukupnya jumlah air mutlak bagi spora untuk berkecambah yaitu diperlukan sebagai media reaksi kimia di dalam sel, mengaktifkan enzim, mengedarkan nutrisi ke seluruh bagian sel-sel spora yang sedang aktif melakukan pembelahan sel untuk berkecambah (Priadi, 2009 ).

2. Persentase perkecambahan spora FMA

Perlakuan mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap persentase perkecambahan spora FMA. Sementara perlakuan fungisida berpengaruh tidak nyata terhadap persentase perkecambahan spora FMA. Data dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2a-2c. Uji beda rataan antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase perkecambahan spora FMA (%)

Bahan aktif fungisida dan konsentrasi Kontrol

Asam fosfit Metalaksil

0,0000 % 0,0400 % 0,1200 % 0,2000 % 0,0525 % 0,0875 % 0,1225 % Perlakuan (F0) (F1) (F2) (F3) (F4) (F5) (F6) Rataan G. margarita (M1) 100,00 100,00 93,33 86,67 100,00 93,33 86,67 94,29 b A. tuberculata (M2) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 a Rataan 50,00 50,00 46,67 43,34 50,00 46,67 43,34

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

Dari Tabel 1 diketahui bahwa konsentrasi fungisida berpengaruh menghambat hari mulai berkecambah spora FMA. Sementara dari Tabel 2 diketahui bahwa konsentrasi fungisida tidak berpengaruh menurunkan persentase perkecambahan spora FMA. Dari Tabel 1 dan 2 berarti konsentrasi fungisida hanya bersifat menunda tetapi tidak mencegah perkecambahan spora FMA.

Dokumen terkait