• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 : Persentase Variabel Motivasi Belajar

Dalam dokumen KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH POLA ASUH OR (Halaman 71-107)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Diagram 4. 2 : Persentase Variabel Motivasi Belajar

Berdasarkan pengolahan data di Tabel 4. 5 dan Diagram 4. 2 yang ditunjukkan di atas dapat dilihat bahwa terdapat 0,00% atau tidak ada sama sekali responden memiliki sikap motivasi belajar yang sangat rendah, 0,00% atau tidak ada sama sekali responden yang memiliki sikap motivasi belajar yang rendah, 81,25% atau 13 dari 16 responden yang memiliki sikap motivasi belajar yang tinggi, dan 18,75% atau 3 dari 16 responden yang memiliki sikap motivasi belajar yang sangat tinggi.

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti akan melakukan analisis terhadap masing-masing variabel untuk melakukan uji hipotesis yang terdapat di dalam bab II sebagai berikut:

18,75%

81,25% 0,00%

0,00%

Motivasi belajar sangat tinggi Motivasi belajar tinggi Motivasi belajar rendah Motivasi belajar sangat rendah

59

4.2.1 Analisis Data Hasil Penelitian Variabel X

Seperti yang telah dideskripsikan di dalam bab II bahwa pola asuh orangtua merupakan perlakuan yang sudah pasti diterapkan di dalam setiap keluarga, namun dengan cara yang berbeda-beda tergantung kepada setiap orangtua. Oleh karena itu, peneliti dapat menarik suatu pemahaman bahwa pengaruh pola asuh orangtua terjadi secara positif keseluruhan atau 100%. Peneliti kemudian melakukan analisis data terhadap variabel pola asuh orangtua melalui hasil penelitian yang telah diperoleh sebagai berikut:

KATEGORI POLA ASUH ORANGTUA PERSENTASE KATEGORI UJI HIPOTESIS

OTORITER 6%

(+)

PERMISIF 0%

DEMOKRATIS ATAU AUTORITATIF 94%

Tabel 4. 6 : Analisis Data Variabel Pola Asuh Orangtua

Subjek penelitian yang diteliti oleh peneliti mendapatkan penerapan pola asuh orangtua secara positif keseluruhan atau 100% yang terbagi ke dalam 3 (tiga) jenis penerapan pola asuh orangtua yang berbeda, yaitu pola asuh otoriter sebesar 6%, pola asuh permisif sebesar 0%, dan pola asuh demokratis atau autoritatif sebesar 94%. Perbedaan penerapan pola asuh orangtua terjadi karena kenyamanan masing- masing orangtua terhadap cara untuk mendidik anak. Umumnya, orangtua meninginkan norma dan nilai yang ada di dalam keluarga diteruskan kepada anak (Atmosiswoyo & Subyakto, 2002:212), sehingga orangtua akan menerapkan suatu pola asuh yang cocok bagi anak agar hal tersebut dapat diteruskan.

60

4.2.2 Analisis Data Hasil Penelitian Variabel Y

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh pada bagian sebelumnya dapat dilihat bahwa motivasi belajar terjadi secara positif keseluruhan atau 100%. Peneliti kemudian melakukan analisis data terhadap variabel motivasi belajar melalui hasil penelitian yang telah diperoleh sebagai berikut:

KATEGORI SIKAP PERSENTASE KATEGORI UJI HIPOTESIS

Motivasi belajar sangat rendah 0,00%

(-)

Motivasi belajar rendah 0,00%

Motivasi belajar tinggi 81,25%

(+)

Motivasi belajar sangat tinggi 18,75%

Tabel 4. 7 : Analisis Data Variabel Motivasi Belajar

Subjek penelitian yang diteliti oleh peneliti memiliki sikap motivasi belajar secara positif keseluruhan atau 100% yang terbagi ke dalam 2 (dua) skala motivasi belajar yang berbeda, yaitu motivasi belajar tinggi sebesar 81,25%, dan motivasi belajar sangat tinggi sebesar 18,75%. Banyak faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa apabila hasil penelitian dikaitkan dengan landasan teori yang terdapat di dalam bab II, yaitu kultur, keluarga, sekolah, dan faktor internal anak (Wlodkowski & Jaynes (dalam Hawadi, 2001:94-95)). Di dalam penelitian ini, keluarga menjadi peran penting untuk memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Peran keluarga yang dapat diberikan kepada anak salah satunya adalah pola asuh orangtua. Pola asuh orangtua menuntut

61

keterlibatan orangtua di dalam proses belajar anak. Orangtua perlu membimbing dan mengarahkan anak untuk mendorong motivasi belajar. Hal ini sesuai dengan teori Wlodkowski & Jaynes (dalam Hawadi, 2001:94-95) bahwa adanya keterlibatan orangtua di dalam proses belajar anak menunjukkan hasil yang besar, kemudian peran orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan sangat diperlukan untuk mendorong motivasi belajar anak. Motivasi belajar yang tinggi dapat diperoleh apabila terdapat keterlibatan orangtua yang besar di dalam proses belajar anak. Sebaliknya, motivasi belajar yang rendah diperoleh karena kecil atau tidak ada keterlibatan orangtua di dalam proses belajar anak. Kemudian, besarnya dorongan motivasi belajar anak memerlukan besarnya peran orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan anak. Begitu juga sebaliknya, kecilnya dorongan motivasi belajar anak dikarenakan kecilnyanya peran orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan anak

4.3 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dengan motivasi belajar di sekolah pada siswa kelas XII di SMA XYZ. Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti mendapatkan hasil secara positif dan signifikan terjadinya pengaruh pola asuh orangtua terhadap motivasi belajar siswa. Analisis data hasil penelitian tersebut dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan peneliti untuk diisi oleh responden melalui lembar angket pola asuh orangtua dan lembar angket motivasi belajar.

62

Pada dasarnya, motivasi belajar adalah dorongan yang yang ditandai dengan munculnya perasaan menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan tertentu, di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Dorongan yang timbul berupa dorongan ekstrinsik dan dorongan instrinsik. Dorongan ekstrinsik merupakan dorongan yang datangnya dari luar diri seseorang, sedangkan dorongan intrinsik merupakan dorongan yang tidak perlu disertai perangsang dari luar. Di dalam penelitian ini, dorongan yang terjadi merupakan dorongan ekstrinsik berupa pola asuh orangtua.

Sementara itu, pola asuh orangtua adalah perlakuan orangtua di dalam interaksi keluarga yang ditunjukkan melalui sikap, cara, dan kebiasaan untuk menunjukkan kekuasaan guna membentuk perilaku, memerhatikan keinginan anak, dan menerapkan nilai serta norma yang sesuai sengan kehidupan masyarakat. Pola asuh orangtua menjadi faktor yang memengaruhi motivasi belajar anak dengan menunjukkan sikap, cara, dan kebiasaaan. Melalui sikap, cara, dan kebiasaan yang terus berulang untuk dilakukan dapat menjadikan suatu pola bagi anak. Anak akan memahami hal tersebut dan melakukan atau memiliki sikap motivasi belajar.

Melalui hasil penelitian yang telah diperoleh, motivasi belajar siswa di SMA XYZ memiliki nilai secara positif 100% yang telah dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar sangat tinggi. 81,25% atau 13 dari 16 responden tergolong ke dalam motivasi belajar tinggi, sedangkan 18,75% atau 3 dari 16 responden tergolong ke dalam motivasi belajar

63

sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh penerapan pola asuh orangtua yang telah dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu pola asuh otoriter dan pola asuh demokratis atau autoritatif. 6% atau 1 dari 16 responden tergolong ke dalam pola asuh otoriter, sedangkan 94% atau 15 dari 16 responden tergolong ke dalam pola asuh demokratis atau autoritatif.

Peneliti kemudian melakukan wawancara untuk menemukan hasil penelitian yang lebih detail. Dari 16 responden yang telah diteliti oleh peneliti melalui penyebaran lembar angket pola asuh orangtua dan lembar angket motivasi belajar, peneliti melakukan wawancara terhadap 12,5% bagian atau 2 dari 16 responden tersebut. Pemilihan narasumber wawancara dari keseluruhan responden tersebut berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah diperoleh. Narasumber wawancara tersebut merupakan responden dengan nilai tertinggi pada hasil angket pola asuh orangtua, yaitu pola asuh otoriter dan pola asuh demokratis atau autoritatif.

Secara keseluruhan pendapat yang diberikan oleh narasumber 1, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa jenis pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh otoriter (lihat Lampiran B. Lembar Wawancara, hal. B-1). Hal ini terjadi karena tingkat tuntutan (demandingness) yang tinggi dan tingkat tanggapan (responsiveness) yang rendah. Berdasarkan pendapat narasumber 1, dapat dilihat bahwa orangtua tidak pernah memberikan kesempatan untuk berpendapat, namun tetap memberikan hukuman bila berlaku salah dengan tingkat intensitas yang sering. Kesempatan berpendapat yang terbatas menyebabkan orangtua tidak memahami kebutuhan narasumber 2. Orangtua juga tidak pernah memberikan

64

perhatian seperti menanyakan kegiatan di sekolah, memberikan penghargaan, pujian, dan hadiah apabila memenangkan suatu perlombaan, dan lain sebagainya, namun tetap mendorong untuk belajar. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dideskripsikan di dalam bab II bahwa pola asuh demokratis atau autoritatif merupakan pola asuh orangtua yang tinggi pada tuntutan (demandingness) dan rendah tanggapan (responsiveness). Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis atau autoritatif yang dapat dilihat menurut Baumrind (dalam Casmini, 2007:51), yaitu:

1. orangtua memberi nilai tinggi pada kepatuhan dan dipenuhi permintaannya,

2. orangtua cenderung lebih suka menghukum, bersifat absolut dan penuh disiplin,

3. orangtua meminta anaknya harus menerima segala sesuatu tanpa pertanyaan,

4. adanya aturan dan standar yang tetap diberikan oleh orangtua, dan 5. orangtua tidak mendorong tingkah laku anak secara bebas dan

membatasi anak.

Oleh karena pola asuh otoriter yang diterapkan orangtua, narasumber 1 memiliki sikap motivasi belajar yang tinggi apabila dilihat secara keseluruhan melalui rasa ingin tahu yang tingg dengan bertanya kepada teman mengenai tugas yang sulit, kemampuan untuk memertahankan pendapat, kegemaran untuk bekerja secara individu, kegemaran terhadap soal yang beragam, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan analisa data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Sikap motivasi belajar yang tinggi diperoleh melalui dorongan yang diberikan

65

oleh orangtua. Orangtua mengarahkan narasumber 1 untuk belajar dan menjelaskan manfaat yang didapatkan, namun dengan perasaan yang cenderung takut, karena akan mendapatkan hukuman apabila melakukan kesalahan.

Sementara itu, secara keseluruhan pendapat yang diberikan oleh narasumber 2, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa jenis pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh demokratis atau autoritatif (lihat Lampiran B. Lembar Wawancara, hal. B-4). Hal ini terjadi karena tingkat tuntutan (demandingness) dan tanggapan (responsiveness) yang sama tinggi. Berdasarkan pendapat narasumber 2, dapat dilihat bahwa orangtua selalu memberikan kesempatan untuk berpendapat, namun tetap memberikan hukuman bila berlaku salah. Orangtua juga selalu memberikan perhatian seperti menanyakan kegiatan di sekolah, mendorong untuk belajar, memberikan penghargaan, pujian, dan hadiah apabila memenangkan suatu perlombaan, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dideskripsikan di dalam bab II bahwa pola asuh demokratis atau autoritatif merupakan pola asuh orangtua yang tinggi pada tuntutan (demandingness) dan tanggapan (responsiveness). Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis atau autoritatif yang dapat dilihat menurut Baumrind (dalam Casmini, 2007:50), yaitu:

1. orangtua bersikap hangat, namun tegas,

2. orangtua mengatur standar agar anak dapat melaksanakan serta memberi harapan yang konsisten terhadap kebutuhan dan kemampuan anak,

66

3. orangtua memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang secara otonomi dan mampu mengarahkan diri, namun anak harus memiliki tanggung jawab terhadap tingkah lakunya, dan

4. orangtua menghadapi anak secara rasional, berorientasi pada masalah- masalah memberi dorongan dalam diskusi keluarga, dan menjelaskan disiplin yang mereka berikan.

Oleh karena pola asuh demokratis atau autoritatif yang diterapkan orangtua, narasumber 2 memiliki sikap motivasi belajar yang tinggi yang dapat dilihat melalui cara belajar yang tertantang dengan kemampuan berpikir kritis, kegemaran terhadap soal yang beragam, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan analisa data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Sikap motivasi belajar yang tinggi diperoleh melalui dorongan yang diberikan oleh orangtua. Orangtua mengarahkan narasumber 2 untuk belajar dan menjelaskan manfaat yang didapatkan.

Dengan demikian, peneliti dapat menarik kesimpulan akhir bahwa pola asuh orangtua berpengaruh terhadap motivasi belajar melalui sikap, cara, dan kebiasaan yang diberikan oleh orangtua kepada anak untuk mendorong motivasi belajar anak. Hal ini sesuai dengan teori Wlodkowski & Jaynes (dalam Hawadi, 2001:94-95) bahwa adanya keterlibatan orangtua di dalam proses belajar anak menunjukkan hasil yang besar, kemudian peran orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan sangat diperlukan untuk mendorong motivasi belajar anak. Melalui penelitian ini dapat dilihat bahwa pola asuh orangtua merupakan salah satu faktor yang memengaruhi motivasi belajar. Nilai motivasi yang tinggi pada penelitian ini dapat menjadi suatu bahan evaluasi bagi orangtua

67

untuk memahami cara mendidik dan mengasuh anak dengan pola asuh orangtua yang tepat agar lebih mengembangkan motivasi belajar anak.

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada bab IV, peneliti telah memeroleh kesimpulan untuk penelitian secara keseluruhan. Di dalam bab V, peneliti akan mendeskripsikan kesimpulan tersebut, mendeskripsikan keterbatasan, dan memberikan saran untuk peneliti selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama beberapa waktu, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. pola asuh orangtua dapat memengaruhi motivasi belajar di sekolah pada siswa kelas XII di SMA XYZ secara positif dan signifikan. Tingkat motivasi belajar yang diteliti melalui penelitian ini dibatasi oleh beberapa indikator yang diperoleh melalui teori Sardiman (2008:83) dan Uno (2008:23) yang kemudian beberapa disintesiskan untuk menyesuaikan kebutuhan peneliti, dan

2.

pola asuh orangtua dapat memengaruhi motivasi belajar di sekolah pada siswa kelas XII di SMA XYZ melalui sikap, cara, dan kebiasaan yang diberikan oleh orangtua kepada anak untuk mendorong motivasi belajar anak. Dorongan-dorongan yang diberikan berupa perhatian terhadap kegiatan anak di sekolah, penyediaan fasilitas bagi kegiatan belajar anak, penghargaan, pujian, dan hadiah yang diberikan untuk

69

menghargai anak, dan bahkan hukuman yang diberikan apabila anak melakukan kesalahan.

5.2 Saran

Peneliti telah menyelesaikan penelitian ini. Suatu anugerah dari Allah yang dapat peneliti rasakan selama proses berjalannya penelitian ini dimulai dari tindak penelitian dan penulisan hasil penelitian ini. Oleh karena kasih Allah yang nyata, peneliti dapat menyelesaikan segala proses penelitian dengan baik dan tepat waktu. Sebagai manusia yang terbatas, peneliti menyadari akan banyaknya kekurangan di dalam penelitian ini. Peneliti juga menemukan berbagai kendala selama proses berjalannya penelitian ini seperti:

1. ditemukannya banyak hari libur, sehingga peneliti tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan subjek penelitian untuk penyebaran angket dan guru pembimbing untuk melakukan bimbingan penelitian,

2. peneliti yang kurang memahami tata bahasa yang tepat, sehingga masih ditemukannya penggunaan Bahasa Indonesia yang kurang tepat di dalam penelitian,

3. peneliti yang kurang disiplin waktu di dalam penulisan penelitian, sehingga menghabiskan waktu kembali di luar sekolah untuk menulis penelitian, dan

70

4. guru pembimbing yang memiliki keterbatasan di dalam koreksi penelitian, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk melanjutkan penelitian.

Berdasarkan kendala yang ditemukan selama proses berjalannya penelitian diperlukan saran sebagai solusi agar penelitian di lain waktu dapat berjalan lebih efektif, seperti:

1. peneliti perlu mencari alternatif lain agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan subjek penelitian dan guru pembimbing untuk melakukan bimbingan penelitian,

2. peneliti perlu membaca buku pengetahuan mengenai tata bahasa lebih lagi agar mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan tepat di dalam penelitian,

3. peneliti perlu meningkatkan disiplin waktu di dalam penulisan penelitian agar tidak perlu menghabiskan waktu kembali di luar sekolah untuk menulis penelitian, dan

4. guru pembimbing perlu memertimbangkan waktu koreksi penelitian agar proses penelitian dapat berjalan tepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

71

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R., & Hawadi. (2001). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

English Oxford Living Dictionaries. (2017). Diambil dari:

http://en.oxforddictionaries.com pada 5 Maret 2017 pukul 19.00 WIB. Graha, C. (2007). Keberhasilan Anak di Tangan Orangtua. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo.

Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Habibi, M. (2015). Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Deepublish. Hardywinoto, & Setiabudhi, T. (2003). Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Herlanti, Y. (2014). Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulah.

Hermawan, A. (2009). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Grasindo.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Juliandi, A., Irfan, & Manurung, S. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis. Medan: UMSU Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Diambil dari: http://kbbi.web.id pada 11 Maret 2017 pukul 19.00 WIB.

Kelompok Kerja Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan Persekutuan Gereja- gereja di Indonesia. (2009). Suluh Siswa 1: Bertumbuh Dalam Kristus.

72

Marlina, I. (2014). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kecerdasan Emosi Siswa Kelas V SD Se-Gugus II Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi.

Mukhtar, R. (2015). Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Seni Budaya Bidang Seni Musik Siswa Kelas X SMA PIRI 1 Yogyakarta. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi.

Murdiyatmoko, J. (2007). Sosiologi untuk Kelas X. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Pudjiastiti, P. (2007). Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Grasindo. Rahman, I. U. (2015). Lecture Notes on Statistics. Hamburg: Anchor Academic

Publishing.

Rangkuti, F. (2007). Riset Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rianto, A. (2005). Born to Win: Kunci Sukses yang Tak Pernah Gagal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sabran, M. S. (2007). 7 Rahasia Kecemerlangan Akademik. Kuala Lumpur: Utusan Publications and Distributors.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwono, J. (2010). Pintar Menulis Karagan Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Andi. Soeroso, A. (2008). Sosiologi 1 SMA Kelas X. Bogor: Penerbit Yudhistira.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Qualitative and Quantitative Reasearch). Bandung: Alfabeta.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Imperial Bhakti Utama (IMTIMA).

Wahyuning, W. d. (2003). Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Wijanarko, J., & Setiawati, E. (2016). Ayah Ibu Baik. Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia.

73

Winarti. (2011). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Akhlak Anak Usia 7-12 Tahun di Ketapang Tangerang. Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi.

Yusri. (2016). Pragmatik Dalam Perspektif Kesopanan Berbahasa. Yogyakarta: Deepublish.

Yusuf, Y., & Auliya, U. (2011). Sirkuit Pintar Melejitkan Kemampuan Matematika dan Bahasa Inggris dengan Metode Ular Tangga. Jakarta: Visi Media Pustaka.

Zaman, S., & Libertine, A. (2012). Membuat Anak Rajin Belajar Itu Gampang.

A-1

B-1

C-1

D-1

E-1

Lampiran E. Dokumentasi Penelitian

Dalam dokumen KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH POLA ASUH OR (Halaman 71-107)

Dokumen terkait