• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan Preferensi Pengunjung

HASIL DAN PEMBAHASAN

3) Persepsi dan Preferensi Pengunjung

Dari hasil wawancara dengan pengunjung, sebagian besar mengatakan bahwa kondisi objek wisata PAI saat ini masih kurang nyaman. Hal ini disebabkan oleh genangan-genangan air pada area tertentu ketika musim hujan dan kurangnya vegetasi di tepi pantai. Selain itu, kondisi pantai juga masih cukup kotor. Mengenai pengelola, mereka juga mengatakan bahwa promosi objek wisata PAI juga masih kurang sehingga yang datang hanya wisatawan lokal saja.

Sebagian besar pengunjung menyatakan setuju dengan rencana pengembangan kawasan objek wisata PAI menjadi kawasan ekowisata. Salah satu dari mereka ada yang berpendapat bahwa, jika pengembangan PAI menjadi kawasan ekowisata hanya tetap mengandalkan atraksi wisata berupa pemandangan pantai akan sama saja. Oleh karena itu, perlu dibuat atraksi baru yang sesuai dengan konsep ekowisata dan mampu menarik perhatian pengunjung serta perlu ditambah fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.

Hasil Analisis

Penggabungan peta-peta tematik hasil analisis spasial beberapa faktor dari aspek fisik, biofisik, ekologi dan wisata menghasilkan satu peta komposit yang terbagi kedalam beberapa area dengan skor yang berbeda. Karena skornya terlalu bervariasi, maka perlu dibuat pengelompokan melalui rentang skor. Dengan demikian, area-area yang memiliki skor masih dalam satu rentang skor dapat digabungkan dan cukup diwakili oleh satu area saja. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengkategorian tingkat kesesuaian tapak untuk pengembangan kegiatan ekowisata. Berdasarkan rentang skor yang telah dibuat, peta komposit akan dibagi kedalam tiga kategori zona kesesuaian ekowisata, yaitu kesesuaian rendah, sedang dan tinggi (Gambar 32). Adapun kategori kesesuaian tapak dan rentang skornya disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat kesesuaian tapak untuk pengembangan kegiatan ekowisata

Rentang Skor Kategori Keterangan

1,43 – 1,78 Kesesuaian rendah Kondisi lahan telah melampaui faktor pembatas ekologi pada tapak. Ditunjukkan dengan berubahnya sabuk hijau pantai menjadi area terbuka dan tempat perdagangan para penjual makanan.

1,78 – 2,14 Kesesuaian sedang Kondisi lahan masih dalam batas-batas toleransi faktor pembatas ekologi pada tapak, walaupun telah mengalami perubahan pola penggunaan lahan. 2,14 – 2,49 Kesesuaian tinggi Kondisi lahan sebagian besar masih alami, sehingga

cocok untuk pengembangan ekowisata.

Area dengan kategori kesesuaian rendah meliputi bagian gisik pantai dan beting gisik muda. Area ini seharusnya menjadi area sabuk hijau pantai dan jauh dari segala bentuk pemanfaatan. Namun, kondisi di lapangan menunjukkan sebagian lahan di bagian beting gisik pantai bagian barat telah berubah fungsi menjadi area terbuka dan tempat perdagangan para penjual makanan. Oleh karena itu, area ini perlu dikonservasi dan bangunan-bangunan para pedagang harus direlokasi untuk memulihkan kembali fungsi alamiahnya.

Ga mbar 32. P eta Komposi t

Sementara, area dengan kategori kesesuaian sedang meliputi sebagian area beting gisik tua. Area ini sebagian besar telah dimanfaatkan warga untuk kegiatan pertambakan. Walaupun demikian, area ini masih dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata yang mendukung prinsip ekowisata.

Adapun area dengan kategori kesesuaian tinggi meliputi sebagian kecil area beting gisik muda dan sebagian area beting gisik tua. Kondisi area ini masih berupa tutupan lahan alami, seperti formasi mangrove dan formasi barringtonia. Area ini dapat dipertahankan kondisi alaminya atau ditambahkan beberapa fasilitas wisata, namun harus tetap memperhatikan batasan daya dukungnya.

Sintesis

Peta komposit dari hasil analisis dijadikan acuan dalam menentukan alternatif pengembangan ruang yang direncanakan dalam bentuk zona-zona / rencana blok. Rencana blok ini berfungsi untuk mengelompokkan kegiatan wisata yang akan dikembangkan. Adapun pembagian zona pada tapak, yaitu zona intensif, semi-intensif dan non-intensif. Secara spasial, rencana blok tapak untuk pengembangan ekowisata dapat dilihat pada Gambar 33.

Zona intensif merupakan area yang akan dikembangkan untuk berbagai kegiatan wisata dan pembangunan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Zona ini akan direncanakan sebagai area penerimaan, area transisi, area pelayanan dan area wisata. Kegiatan wisata yang dikembangkan dapat bersifat aktif atau pun pasif. Dengan demikian, intensitas penggunaan lahan akan terkonsentrasi pada zona ini. Adapun zona semi-intensif, yaitu area yang hanya dikembangkan untuk kepentingan kegiatan ekowisata dan pembangunan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Zona ini sebagian besar akan digunakan sebagai area pendidikan berwawasan lingkungan bagi pengunjung. Jenis kegiatan yang dikembangkan lebih bersifat pasif, karena pada zona ini lebih mengutamakan aspek ekologi atau keadaan alami yang dimiliki tapak.

Sementara, zona non-intensif adalah area yang diusahakan bebas dari segala bentuk pemanfaatan. Ini bertujuan untuk melindungi vegetasi alami pantai yang ada di area ini, karena memiliki peran ekologis yang sangat besar sebagai pelindung pantai. Namun, zona ini memiliki satu kesatuan dengan zona yang lain, maka tidak akan pernah lepas dari kegiatan wisata yang dilakukan oleh para pengunjung. Walaupun demikian, kegiatan wisata yang dilakukan pada zona ini perlu dibatasi hanya pada lapisan luarnya saja dan jenis kegiatan yang dikembangkan lebih bersifat pasif.

Konsep Perencanaan Konsep Dasar

Pada perencanaan ini, kawasan objek wisata PAI Kota Tegal akan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata atau kawasan wisata berbasis lingkungan dan kebudayaan masyarakat lokal. Konsep ini bertujuan untuk menjadikan sumberdaya alam khas pantai serta kesenian dan kebudayaan masyarakat lokal sebagai atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh para pengunjung. Dengan demikian, pengunjung dapat belajar secara langsung mengenai peran pentingnya ekosistem pantai dan kebudayaan masyarakat lokal.

Ga mbar 33. P eta Re n ca n a B lok

Perencanaan lanskap suatu kawasan wisata dengan konsep ekowisata harus mempunyai batasan terhadap kapasitas kegiatan wisata yang akan dikembangkan. Penambahan fasilitas-fasilitas penunjang juga harus direncanakan sedemikian rupa supaya tidak menggangu kondisi ekologi kawasan. Bahkan, diharapkan mampu meningkatkan nilai ekologi dan estetika kawasan. Selain itu, secara ekonomi juga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Pengembangan Konsep

Dokumen terkait