• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOPTESIS

A. Persepsi Guru

1. Pengertian Persepsi

Manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga cara pandang antara individu satu dengan yang lainnya berbeda, persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Toha, 1983:138). Menurut Davidoff dalam Walgito (2005:100) persepsi adalah proses pemahaman yang terorganisir dan menggabungkan data-data indera untuk dikembangkan sehingga kita menyadari sekeliling kita. Sementara itu Walgito (1994) mengatakan persepsi adalah proses yang didahului penginderaan, diterimanya stimulasi melalui reseptor, kemudian diteruskan ke otak dan terjadilah proses psikologi sehingga individu mengerti tentang apa yang diindrakan, setelah manusia mengindrakan objek di lingkungan ia memproses hasil penginderannya itu dan tumbuhlah makna tentang objek itu pada diri manusia yang bersangkutan.

Dengan demikian, persepsi dapat disimpulkan sebagai proses pemahaman, pengintepretasian dan pemberian makna terhadap suatu objek yang diinderakan melalui pancaindera.

2. Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persepsi

Menurut Bimo Walgito (2005:101) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.

Faktor-faktor diatas membuat perbedaan persepsi individu dengan individu lainnya, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi terjadi dari dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar dan pengetahuannya.

3. Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Walgito (1989:54) menyatakan bahwa terbentuknya persepsi melalui suatu proses, dimana secara alur proses persepsi dapat dikemukakan sebagai berikut: berawal dari objek yang menimbulkan rangsangan dan rangsangan tesebut mengenai alat indra atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Kemudian rangsangan yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Selanjutnya terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu rangsangan yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak/pusat kesadaran itulah dinamakan dengan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indra (reseptor).

Persepsi merupakan bagian dari seluruh proses yang menghasilkan respon atau tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subprosesnya adalah pengenalan, prasaan dan penalaran. persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan, dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.

Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama berikut, a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari

luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b. Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interprestasi juga

bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan

pengkatagoriaan informasi yang kompleks menjadi sarjana.

c. Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai rekasi (Depdikbud, 1985), dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai ke syaraf sensoris yang dilanjutkan ke otak untuk diinderakan.

4. Guru

Guru adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan sebagai guru ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa mempunyai keahlian sebagai guru. Menjadi seorang guru dibutuhkan syarat-syarat khusus. Apa lagi jika menjadi seorang guru yang profesional maka harus menguasai seluk beluk pendidikan serta mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang harus dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.

Pengertian dan definisi guru adalah unsur penting di dalam keseluruhan sistem pendidikan. Karena itu peranan dan kedudukan guru demi meningkatkan mutu dan kualitas anak didik harus diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Pengertian dan definisi guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya melakukan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang dipikulnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:228) guru adalah orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya mengajar. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa, “Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran melalui pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”. Setiap kegiatan pendidikan formal dilakukan oleh tenaga kependidikan yang mempunyai kewewenangan

mengajar yakni guru. Sedangkan Menurut Jamaluddin (1978:1) Guru adalah pendidik, orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam pengembangan tubuh dan jiwa untuk mencapai kematangan, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang mampu berdiri sendiri.

Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 mei 2007 tentang kualifikasi akademik guru merumuskan bahwa kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik guru

pendidikan anak usia dini/taman kanak-kanak/raudatuI atfal

(PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru Sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB) dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK*). Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 mei 2007 merumuskan standar kompetensi guru yang dikembangkan menjadi empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Peran Guru dalam proses kemajuan pendidikan sangatlah penting. Guru merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi intelektulitas saja melainkan

juga dari tata cara berperilaku dalam masyarakat. Oleh karena itu tugas yang diemban guru tidaklah mudah. Guru yang baik harus mengerti dan paham tentang hakekat sejati seorang guru, hakekat guru dapat di pelajari dari definisi atau pengertian dari istilah guru itu sendiri.

Falsafah Jawa mengartikan guru sebagai sosok tauladan yang harus di “gugu lan ditiru”. Dalam konteks falsafah jawa ini guru dianggap sebagai pribadi yang tidak hanya bertugas mendidik dan mentransformasi pengetahuan di dalam kelas saja, melainkan lebih dari itu guru dianggap sebagai sumber informasi bagi perkembangan kemajuan masyarakat ke arah yang lebih baik. Dengan demikian tugas dan fungsi guru tidak hanya terbatas di dalam kelas saja melainkan jauh lebih kompleks dan dalam makna yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam masyarakat Jawa seorang guru dituntut pandai dan mampu menjadi ujung tombak dalam setiap aspek perkembangan masyarakat (multi talent).

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengertian guru diperluas menjadi pendidik yang dibutuhkan secara dikotomis tentang pendidikan. Bab XI pada ayat 2 tentang pendidik dan tenaga kependidikan menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Hasil motivasi berprestasi, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Guru memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik dengan cara memaksimalkan potensi yang dimiliki peserta didik. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik untuk mengembangkan jasmani maupun rohaninya (Atmaka, 2004:17). Pendidik memenuhi tugasnya sebagai mahkluk Tuhan, mahkluk sosial dan mahkluk individu yang berkompeten. Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional (E. Mulyasa, 2003:53).

Dalam pandangan Mohammad Uzer Usman (1992:4), guru merupakan profesi, jabatan dan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Menurutnya jenis pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan, meskipun kenyataannya masih didapati guru yang berasal dari luar bidang kependidikan. Seorang guru memenuhi ciri atau karakteristik yang harus ada, yaitu:

a. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial bagi masyarakat, dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.

b. Menurut ketrampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Memiliki kompetensi yang didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a sytenatic bady of knowledge).

d. Memiliki kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta saksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode eti tersebut.

e. Sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok berhak memperoleh imbalan finansial atau material.

Dengan demikian, pengertian guru dapat disimpulkan sebagai seseorang pengajar atau pendidik profesional pada satuan pendidikan formal baik di tingkat pendidikan anak usia dini/taman Kanak-kanak/raudatuI atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah

ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah pertama/madrasah

Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB) dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK) dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik serta menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi intelektulitas saja melainkan juga dari tata cara berperilaku dalam masyarakat.

5. Persepsi Guru

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yang sebagian besar melalui indera penglihatan menghasilkan stimulus yang diorganisir dan diinterprestasikan, sehingga individu mengerti tentang objek yang diinderanya dengan melibatkan perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu (Walgito, 1990:53). Oleh karena itu, persepsi masing- masing individu saling berbeda antara satu dengan lainnya. Persepsi merupakan proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif. Menurut Daviddof (dalam Walgito 1997:53) Suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus akan diterima panca indera kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari yang di inderanya itu”. Atkinson dan Hilgard (dalam Walgito 2001:73) mengemukakan bahwa persepsi adalah “Proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan”. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Menurut Walgito (2001:75) bahwa: “Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu”. Proses

pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Walgito 2001:73) sebagai “Pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli”.

Dengan demikian, persepsi guru dapat disimpulkan sebagai proses pemahaman guru dalam mengintepretasikan dan memaknai suatu objek yang diindera melalui pancaindera sehingga guru mengerti dan memahami objek tersebut sesuai karakteristik diri guru tersebut.

Dokumen terkait