• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

Dalam dokumen Proceeding SN FKIP UKSW 24 05 2016 (Halaman 46-50)

Naniek Sulistya Wardani

Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana wardani.naniek@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; untuk mengetahui karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE (Program Kegiatan Ekstrakurikuler); untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Unit penelitian adalah seluruh mahasiswa kelas RS 2013 C pengambil mata kuliah Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler (PKE) sebanyak 30 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani adalah tinggi dengan rata-rata capaian 66,67%; (2) mahasiswa memiliki karakter religius, disiplin, dan jujur dalam perkuliahan PKE tinggi mencapai sebesar 67,77%; dan (3) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE.

Kata Kunci: Persepsi mahasiswa, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, pembentukan karakter.

PENDAHULUAN

Kompetensi inti kurikulum 2013 yang akan dicapai terdiri dari 4 kompetensi yakni sikap religius, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi yang hendak dicapai ini sejalan dengan pemikiran baik yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun pemikiran dari teori pendidikan modern. Ki Hadjar Dewantara telah lama mengenalkan konsepTri-Nga yang terdiri dariNgerti, Ngrasa dan

Nglakoni yang sejalan dengan kompetensi yang hendak dicapai dalam kurikulum 2013 (kurtilas) yakniNgerti merupakan aspek kognitif yang berarti mengetahui atau pengetahuan yang dalam kurtilas adalah kompetensi inti ke 3,Ngrasaartinya memahami yangmerupakan aspek afektif (sikap) merupakan kompetensi inti ke 1

| , ! " # $6

dan 2, danNglakoniadalahmelakukan, merupakan aspek psikomotorik yang berarti ketrampilan yang merupakan kompetensi inti ke 4. Teori modern dalam Taxonomy Bloom menyebutkan bahwa tujuan belajar mencakup aspekcognitive, affective,

danpsychomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk. 2010:110) yang dikenalkan sejak tahun 1956. Konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara (KHD) diimplementasikan di Tamansiswa yang berdiri 3 Juli 1922, dan hingga sekarang konsep-konsep KHD digunakan dalam dunia pendidikan.Makna dari konsep KHD ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya. (http://langkahkebebasan. blogspot.co.id/p/edukasi.html, diakses

tanggal 23 Mei 2016). Nampak bahwa konsep KHD sejalan dengan pemikiran

ilmuwan barat terutama Benyamin S. Bloom.Belajar yang merupakan aktivitas dalam pendidikan merupakan proses pembudayaan nilai-nilai luhur yang dilakukan secara terus menerus (kontinu), fokus (konsentris) dan konvergen. Oleh karena itu, pelaksanaan belajar tidak hanya dilakukan dalam pendidikan formal di sekolah saja, namun juga dilakukan di rumah maupun masyarakat. Dalam aktivitas belajar mengandung 3 konsep KHD yakni tri-nga: mengetahui, memahami dan melakukan yang saling kait mengkait.

Jaman globalisasi ini, sebagian besar manusia terbuai dengan teknologi yang canggih, aspek-aspek-aspek dalam kehidupan terlupakan, pentingnya membangun relasi dengan orang lain terabaikan, aktivitas sosial di dalam masyarakat tidak menjadi perhatian, menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya menjadi tidak penting.Manusia terkuasai oleh kemajuan teknologi. Keberadaan manusia pada

zaman ini seringkali diukur dari “to have” (materi apa saja yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Kondisi ini melanda pada

dunia persekolahan, yang semestinya tidak larut dengan dampak negatif globalisasi. Di jaman globalisasi ini, mau tidak mau pendidikan harus menerimanya dan tidak dapat menolak. Pendidikan di Indonesia mencanangkannya ke dalam generasi emas. Pendidikan memiliki peranan penting dan strategis dalam menuju ke generasi emas. Melalui pendidikan, kecerdasan, karakter, dan sikap dari penerus bangsa

dapat dibentuk secara dini. Tidak ada kata ‘terlambat’ untuk mewujudkan Generasi

Emas untuk Indonesia Emas.

Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi adalahjauh lebih penting dan tentu tidak sama persis dengan apa yang

%& '(&ps) M*+* ()s,* PGSD T&r+ *-* . Kons&p P&n-)-) /*n K) H*-0*' D&,*1t*' *2N*1 )&/ S. 3*' -*1 )

menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut KHD menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)).

Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !” Salah satu langkah

untuk ikut serta mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas adalah melalui penelitian tentang Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan KHD. Istilah persepsi sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau objek.(Haryanto: 2015).

Dampak negatif, globalisasi komunikasi dan teknologi, menjadikan manusia makin bersikap individualis, menjadikan manusia cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran perlu diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Menurut KHD manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Manusia itu pada dasarnya berbudaya. Salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Disini peran guru menjadi penting. Guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, menjadi pahlawan dan menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figur keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing- masing anggotanya. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love), supaya manusia menjadi

merdeka. Oleh karena itu bagi KHD pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”. Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia

muda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri

dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian. Untuk itu semboyan “Tut wuri handayani”, atau aslinya:ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani harus dapat dilakukan terutama oleh para guru. Arti dari semboyan

4 5678 98 :;7<=8:> 5:>786:>?9>:@ <9>A@B CB |DC 84B C 7E, 7 FGFH I J FK L= MIK N O6

Semboyan ajaran KHD harus terwujud, untuk menjadikan Indonesia Emas dari Generasi Emas, maka karakter para guru juga harus dibentuk. Dalam Kebijakan Nasional (2010) tentang Pembangunan Karakter Bangsa dibekali oleh nilai-nilai karakter sebagai berikut: 1) Religius, 2) Jujur, 3) toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin Tahu, 10) Semangat Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat, 14) Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan,17) Peduli Sosial dan 18) Tanggung-jawab (Gultom Syawal: 2012, 37). Karakter yang utama dalam pembelajaran, yang telah dilakukan dalam penelitian Wardani Naniek Sulistya (2016: 492), menyatakan bahwa karakter belajar adalah besarnya perolehan skor pengamatan dari rubrik pengukuranreligius, jujur, rasa ingin tahu, dan gemar membaca.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2)untuk mengetahui karakter mahasiswa dalam perkuliahan PKE; (3) untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan karakter mahasiswa dalam perkuliahan PKE. ini adalah:tut wuri handayani(dari belakang seorang guru harus bisa mendorong dan memotivasi peserta didik),ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus berbaur dan berinovasi menciptakan prakarsa dan ide), daning ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus menjadi suri tauladan atau contoh tindakan yang baik). Semboyan KHD dapat digambarkan melalui gambar 1 berikut ini.

PQ RSQpsT MUVU STsWU PGSD TQrV UXU Y KonsQp PQnXTXT ZUn KT HUX[UR DQWU\tUR U]NU\ TQZ S. ^UR XU\ T

Dalam dokumen Proceeding SN FKIP UKSW 24 05 2016 (Halaman 46-50)