• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2.2 Persepsi Masyarakat Berdasarkan Jenis Pekerjaan

5.2.2 Persepsi Masyarakat Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dimiliki masyarakat, yaitu sebagai penyadap getah, petani (sawit, tanaman perkebunan dll), buruh, wiraswasta/pedagang, penebang kayu, ibu rumah tangga dan pegawai. Masyarakat Batin Sembilan pada umumnya memiliki pekerjaan sebagai penyadap getah dan petani, sebagian kecil sebagai buruh tandan kelapa sawit dan sebagai pegawai di perkebunan kelapa sawit milik PT Asiatic Persada. Selain itu, masih terdapat masyarakat yang melakukan perburuan terhadap satwaliar. Satwaliar yang diburu pada umumnya yaitu jenis burung.

Responden yang memiliki pekerjaan sebagai penyadap getah, biasanya menyadap getah dari pohon balam (Palaquium spp.), jelutung (Dyera sp.) dan karet (Hevea brasiliensis) yang terdapat di dalam hutan (areal Harapan Rainforest). Namun, setelah ada Harapan Rainforest (PT REKI), penyadapan terhadap getah balam sudah tidak dilakukan. Pihak PT REKI menghimbau kepada masyarakat Batin Sembilan terutama masyarakat untuk tidak menyadap getah balam karena untuk menyadap getahnya terlebih dahulu harus menebang pohonnya agar getah balam keluar. Apabila getah balam terus disadap, maka akan banyak pohon balam yang ditebang dan itu dapat merusak hutan. Oleh karena itu, sekarang ini responden dari masyarakat Batin Sembilan hanya melakukan penyadapan getah terhadap pohon karet dan jelutung yang terdapat di dalam areal Harapan Rainforest (Gambar 9a dan 9b).

(a) (b)

Gambar 9 (a) Jelutung (Dyera sp.) dan (b) Karet (Hevea braciliensis).

Responden yang bekerja sebagai petani, umumnya memiliki lahan kebun yang ditanami tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti singkong, ubi, tanaman obat dan lain-lain. Selain itu, terdapat responden yang memiliki kebun karet. Lahan hutan yang dijadikan kebun oleh masyarakat Batin Sembilan, umumnya lahan hutan yang termasuk areal yang dimiliki PT REKI. Oleh karena itu, hal tersebut menimbulkan konflik lahan tetapi tidak terjadi secara besar. Konflik tersebut segera diselesaikan dengan tahapan pembuatan peta partisipatif yang difasilitasi oleh pihak WARSI. Dalam pembuatan peta tersebut digambarkan lahan hutan yang telah dijadikan kebun dan dianggap menjadi tanah adat yang dimiliki masyarakat secara turun-temurun, serta batas-batas areal Harapan Rainforest.

Perburuan terhadap satwa liar terutama burung masih dilakukan oleh responden. Perburuan masih dilakukan denga cara tradisional yang sederhana, yaitu menggunakan jerat, alat pikat dan memanjat pohon untuk mengambil anakan burung (juvenil) dalam sarangnya. Jenis-jenis burung yang biasa diburu oleh beberapa orang responden dari masyarakat Batin Sembilan ditampilkan pada Gambar 10.

(a) Tiong Emas (Gracula speciosa) (b) Kucica (Copsychus sp.) Gambar 10 Contoh jenis-jenis burung yang diburu oleh responden dari

masyarakat Batin Sembilan.

Sebagian kecil responden Batin Sembilan bekerja sebagai buruh tandan kelapa sawit. Sedikitnya jumlah orang yang bekerja sebagai buruh tandan sawit ini karena harga tandan sawit yang relatif murah di pasaran, walau terkadang harga tandan sawit juga dapat mengalami kenaikan tetapi hal tersebut tidak menentu. Oleh karena itu, pekerjaan ini kurang diminati karena kurang dapat mencukupi kebutuhan hidup walaupun pekerjaan ini tergolong mudah untuk dilakukan. Responden yang bekerja sebagai buruh tandan sawit melakukan pengumpulan tandan sawit dari kelapa sawit yang jatuh yang berada di perkebunan kelapa sawit milik PT Asiatic Persada yang lokasinya berdekatan dengan areal Harapan Rainforest atau lebih tepatnya hanya dibatasi jalan tanah yang dibuat untuk mengangkut hasil panen kelapa sawit. Jalan yang dibuat untuk mengangkut hasil panen sawit dan responden yang bekerja sebagai buruh tandan sawit ditampilkan pada Gambar 11.

(a) (b)

Gambar 11 (a) Jalan tanah sebagai batas antara kawasan Harapan Rainforest dengan PT Asiatic Persada dan (b) Seorang buruh tandan sawit.

Responden Sako Suban lebih banyak bekerja sebagai petani, yaitu petani karet, tanaman pangan dan sawit. Sebagian lahan yang dijadikan sebagai kebun oleh masyarakat merupakan areal yang dimiliki oleh PT REKI dan perusahaan lain. Oleh karena itu, hal ini juga menimbulkan konflik lahan. Masyarakat yang memiliki lahan di Desa Sako Suban banyak yang berasal dari luar desa yang datang ke Sako Suban untuk membeli lahan karena menurut masyarakat lahan di Sako Suban dijual dengan harga yang cukup murah dibandingkan di tempat lain. Hal ini juga yang menimbulkan konflik karena masyarakat berusaha untuk mempertahankan hak terhadap lahan yang sudah dibeli. Konflik ini dapat diatasi salah satunya dengan menghimbau masyarakat untuk menanam jenis pohon sesuai tujuan dan rencana yang sudah disusun untuk tahapan penanaman. Salah satu jenis pohon yang biasa dan dapat ditanam oleh masyarakat Sako Suban, yaitu karet (Hevea braciliensis).

Selain bekerja di kebun sebagai petani karet, terdapat responden yang bekerja sebagai penyadap getah. Biasanya responden menyadap getah di kebun karet milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Selain itu, masih banyak masyarakat Sako Suban yang bekerja sebagai penebang kayu secara ilegal dan hanya empat orang responden yang memiliki pekerjaan tersebut yang berhasil diwawancarai karena cukup sulit untuk meyakinkan responden dan untuk menggali informasi mengenai pekerjaan tersebut. Responden bekerja sebagai penebang kayu karena bagi para penebang tersebut pekerjaan ini dapat

menghasilkan uang yang lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan yang lainnya. Kayu hasil tebangan biasanya dijual ke kota atau dijual ke masyarakat di Sako Suban untuk membangun rumah. Responden juga biasanya menerima pesanan kayu dari jenis pohon tertentu yang dipesan oleh seseorang yang berasal dari kota. Kayu yang dipesan umumnya kayu bulian yang memiliki kualitas yang bagus. Kayu hasil tebangan liar ditampilkan pada Gambar 12.

Gambar 12 Kayu hasil tebangan secara liar.

Selain menebang kayu secara ilegal, masih ada masyarakat yang melakukan perburuan terhadap satwa liar terutama jenis burung. Burung hasil buruan biasanya dipelihara sendiri dan ada juga yang dijual. Beberapa contoh jenis burung yang diburu masyarakat, yaitu tiong emas, bubut dan luntur (Gambar 13a, b, dan c). Selain jenis burung, jenis mamalia juga biasa diburu seperti monyet ekor panjang (Gambar 13d), landak, babi hutan dan lain-lain.

Gambar 13 Beberapa contoh satwa liar yang diburu masyarakat Sako Suban.

Responden Sako Suban juga ada yang bekerja sebagai kepala desa dan perangkatnya, guru serta bidan yang digolongkan sebagai pegawai. Selain itu, terdapat responden yang bekerja sebagai wiraswasta/pedagang yang membuka warung-warung dengan menjual bensin, kebutuhan hidup sehari-hari dan jajanan. Sebagian kecil responden juga berperan sebagai ibu rumah tangga.

Pekerjaan sebagai petani kelapa sawit mendominasi jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden Tanjung Sari. Pada awalnya setiap masyarakat yang menjadi transmigran diberi lahan seluas 2,5 ha (rumah dan lahan kebun) dan setiap masyarakat menanami kebunnya dengan sawit. Oleh karena itu, sawit dijadikan sebagai sumber pendapatan masyarakat dan pembangunan fisik di Desa Tanjung Sari. Selain itu, yang manjadi responden juga ada yang bekerja sebagai pegawai yaitu kepala desa dan perangkatnya, serta satu orang yang bekerja sebagai wiraswasta/pedagang yang membuka toko di pasar yang terdapat di Desa Tanjung Sari.

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dikelompokkan bahwa pekerjaan sebagai penebang kayu, penyadap getah dan petani merupakan pekerjaan yang tergantung pada keberadaan hutan dan sumberdayanya, sedangkan empat jenis pekerjaan yang lainnya tidak memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada hutan dan sumberdayanya. Tabel 10 menjelaskan tingkat persepsi masyarakat terhadap kegiatan restorasi ekosistem berdasarkan pekerjaan.

(d) Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) (c) Luntur (Harpactes sp.)

Tabel 10 Tingkat Persepsi Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan

Masyarakat Pekerjaan

Jumlah Responden

(orang)

Persepsi terhadap Manfaat Restorasi Ekosistem

Ekologi Ekonomi Sosial

Rata-rata Rata-rata Rata-rata

FH RE PM DKH RE PNRE PPRE Batin Sembilan Penebang kayu - - - - - - - - Penyadap getah 13 3,87 3,85 4,21 4,20 3,62 3,77 3,45 Petani 9 3,55 3,73 4,50 4,55 3,93 3,94 3,85 Buruh 7 3,74 3,84 4,60 4,88 4,15 3,84 3,97

Ibu rumah tangga - - - - - - - -

Wiraswasta/pedagang - - - - - - - - Pegawai 1 4,84 4,31 5,00 3,66 3,73 4,47 4,00 Sako Suban Penebang kayu 4 2,83 3,17 2,98 3,51 2,80 2,71 2,73 Penyadap getah 8 3,39 4,06 4,16 3,05 4,15 3,88 3,95 Petani 18 3,73 3,97 4,11 3,24 4,02 3,39 3,82 Buruh - - - - - - - -

Ibu rumah tangga 4 3,62 4,21 4,47 2,90 3,90 4,00 3,94 Wiraswasta/pedagang 6 2,63 2,95 3,54 3,65 3,01 2,25 2,82 Pegawai 5 2,97 4,37 4,68 3,16 3,81 3,87 3,84 Tanjung Sari Penebang kayu - - - - - - - - Penyadap getah - - - - - - - - Petani 9 3,72 3,86 3,80 3,12 2,89 3,72 3,35 Buruh - - - - - - - -

Ibu rumah tangga - - - - - - - -

Wiraswasta/pedagang 1 4,09 3,91 5,00 3,13 1,52 2,83 2,94

Pegawai 4 3,39 3,27 3,96 2,49 2,90 3,54 3,56

Keterangan : 1= Sangat tidak setuju; 2= Tidak setuju; 3= Cukup setuju; 4= Setuju; 5= Sangat setuju; FH= Fungsi hutan; RE= Restorasi ekosistem; PM= Peran masyarakat; DKH= Dampak kerusakan hutan; PNRE= Pertanyaan negatif tentang restorasi ekosistem; dan PPRE= Pertanyaan positif tentang restorasi ekosistem.

Tabel 10 menjelaskan persepsi responden Batin Sembilan, Sako Suban dan Tanjung Sari berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki masing-masing responden. Secara umum, pekerjaan mempengaruhi persepsi yang diberikan oleh responden Batin Sembilan, tetapi pekerjaan tidak mempengaruhi persepsi yang diberikan responden Sako Suban dan Tanjung Sari.

Persepsi responden Batin Sembilan terhadap manfaat ekologi umumnya positif. Nilai rata-rata yang tergolong tinggi menunjukkan responden cenderung setuju bahkan sangat setuju apabila hutan rusak maka fungsi hutan akan terganggu. Fungsi hutan yang dimaksud yaitu sebagai tempat penyimpanan dan persediaan cadangan air, persediaan dan penyimpanan udara segar, satwa liar dan tumbuhan, mencegah bencana banjir dan longsor. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya dalam mengatasi permasalahan yang ditimbulkan dari kerusakan hutan,

maka dilakukan proyek bersama dalam rangka pemulihan kawasan hutan yang rusak supaya berfungsi sebagaimana mestinya. Kegiatan restorasi ekosistem dapat menjadi salah satu upaya atau solusi untuk mengatasi masalah tersebut dan responden cenderung setuju dengan pernyataan bahwa kegiatan restorasi ekosistem merupakan salah satu upaya dalam memulihkan kondisi hutan yang rusak sehingga dapat kembali berfungsi sesuai peruntukkannya. Responden mendukung kegiatan restorasi dengan bersedia apabila dilibatkan dalam kegiatan tersebut, karena seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa responden Batin Sembilan menganggap hutan sebagai tempat tinggal sehingga menjaga kelestarian hutan menjadi salah satu tugas bagi masyarakat Batin Sembilan.

Nilai rata-rata yang diperoleh pada persepsi masyarakat terhadap peran serta masyarakat dalam melestarikan hutan juga menunjukkan bahwa pekerjaan mempengaruhi persepsi responden Batin Sembilan. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat ketergantungan dari suatu pekerjaan yang dimiliki responden maka semakin tinggi nilai rata-rata yang diperoleh dan semakin positif persepsi yang diberikan. pernyataan tersebut berbanding terbalik, karena diasumsikan bahwa responden dengan pekerjaan yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap hutan dan sumberdayanya maka responden akan semakin waspada untuk setiap program yang masuk dari perusahaan yang bersangkutan. Namun, apabila program atau kegiatan dari perusahaan sesuai dengan karakteristik masyarakat maka akan lebih mudah bagi masyarakat untuk mendukung dan ikut terlibat demi kelancaran kegiatan tersebut.

Menurut responden Batin Sembilan, apabila terjadi kerusakan hutan maka sangat berpengaruh terhadap pekerjaan masyarakat Batin Sembilan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yang tergolong tinggi yang menunjukkan responden cenderung setuju bahkan sangat setuju apabila terjadi kerusakan hutan maka sumberdaya hutan yang menjadi sumber utama kehidupan mengalami penurunan. Masalah itu juga dapat mengakibatkan kebutuhan hidup tidak terpenuhi dan sulitnya memperoleh pekerjaan lain selain memanfaatkan sumberdaya yang ada di hutan. Oleh karena itu, responden juga cenderung menyatakan setuju bahwa kegiatan restorasi ekosistem dapat membantu masyarakat Batin Sembilan dalam mengatasi masalah yang ditimbulkan karena

kerusakan hutan. Kegiatan penanaman menjadi fokus dari kegiatan restorasi ekosistem dan jenis yang ditanam yaitu jenis pohon hutan yang umumnya dapat dimanfaatkan masyarakat, dua diantaranya yaitu karet dan jelutung yang biasa disadap getahnya oleh masyarakat Batin Sembilan. Kegiatan penanaman tersebut menjadi salah satu kegiatan yang sangat diharapkan masyarakat Batin Sembilan, selain pembuatan peta partisipatif yang sudah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, responden juga setuju dan bersedia jika dilibatkan dalam kegiatan tersebut sebagai tenaga kerja karena dengan demikian terdapat peluang pekerjaan yang baru dan dianggap lebih baik dari pekerjaan sebelumnya.

Selain persepsi terhadap peran masyarakat, nilai rata-rata yang diperoleh untuk persepsi responden terhadap pertanyaan positif dari restorasi ekosistem juga memperlihatkan adanya pengaruh dari pekerjaan yang dimiliki responden. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat ketergantungan dari suatu pekerjaan terhadap hutan maka semakin tinggi nilai rata-rata yang diperoleh dan semakin positif persepsi yang diberikan. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki pekerjaan dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap hutan maka lebih sulit untuk menerima kegiatan restorasi ekosistem yang cukup membatasi pekerjaan masyarakat terutama sebagai penyadap getah, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pihak PT REKI menghimbau masyarakat untuk tidak menyadap getah balam. Himbauan tersebut dipenuhi dan dipatuhi oleh masyarakat, namun pendapatan masyarakat menjadi berkurang. Oleh karena itu, responden yang mewakili masyarakat menyatakan cukup setuju bahwa kegiatan restorasi diterima dan bermanfaat bagi masyarakat karena umumnya responden belum merasakan secara langsung manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ini. Bagi responden yang memiliki pekerjaan yang tidak tergantung pada hutan cenderung setuju dengan dilakukannya kegiatan restorasi ekosistem, karena pada dasarnya kegiatan tersebut tidak akan mengganggu pekerjaan yang dimiliki responden. Bahkan kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Batin Sembilan.

Tabel 10 menjelaskan bahwa pekerjaan yang dimiliki responden Sako Suban tidak mempengaruhi persepsi yang diberikan terhadap kegiatan restorasi ekosistem yang dilakukan PT REKI. Nilai rata-rata yang diperoleh tidak ada yang

menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat ketergantungan dari suatu pekerjaan terhadap hutan maka semakin tinggi nilai rata-rata yang diperoleh dan semakin positif persepsi yang diberikan. Responden dengan pekerjaan yang berbeda-beda umumnya memperoleh nilai rata-rata yang beragam.

Umumnya responden Sako Suban cenderung menyatakan cukup setuju terhadap manfaat ekologi yang terkait dengan fungsi hutan. Responden memberikan persepsi demikian dikarenakan belum merasakan secara langsung dan nyata bahwa kerusakan hutan dapat berdampak buruk pada fungsi hutan yang sebenarnya. Responden masih menganggap bahwa hutan yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat Sako Suban kondisinya masih baik dan tidak terjadi perubahan. Hanya responden yang bekerja sebagai petani yang cenderung menyatakan setuju bahwa kerusakan hutan dapat berdampak buruk bagi kehidupan. Pada dasarnya, responden yang diwawancarai menyadari dan mengetahui permasalahan tersebut, tetapi responden umumnya masih kurang peduli dan seolah tidak ingin tahu adanya permasalahan tersebut. Namun demikian, responden cenderung setuju dengan dilakukannya kegiatan restorasi ekosistem, maka masalah-masalah yang diuraikan sebelumnya dapat teratasi.

Nilai rata-rata persepsi responden terhadap peran serta masyarakat menunjukkan bahwa responden juga cenderung setuju apabila dalam memanfaatkan hasil hutan harus didasarkan pada peraturan supaya hutan tetap terjaga kelestariannya. Menurut responden, kelestarian hutan merupakan salah satu tanggung jawab masyarakat. Namun, responden yang bekerja sebagai penebang kayu cenderung menyatakan cukup setuju karena responden belum dapat menerima sepenuhnya apabila dalam memanfaatkan hasil hutan terdapat peraturan yang diberlakukan sehingga dalam menjalankan pekerjaannya terdapat suatu batasan-batasan. Batasan tersebut memungkinkan dapat merugikan responden yang memiliki pekerjaan sebagai penebang kayu liar di dalam hutan. Terkait dengan manfaat ekonomi dari restorasi ekosistem, responden sempat memberikan pernyataan bahwa responden mendukung kegiatan restorasi ekosistem dengan tidak melakukan penebangan kayu lagi, namun responden menginginkan pekerjaan sebelumnya sebagai penebang kayu dialihkan ke pekerjaan yang lain. Jika pekerjaan tersebut dialihkan ke pekerjaan yang

memanfaatkan hasil hutan buka kayu seperti memanen madu hutan, responden mengharapkan adanya perhatian dan bantuan dari pihak PT REKI berupa perlengkapan pengaman untuk melindungi diri ketika memanen madu yang terdapat pada pohon sialang.

Kerusakan hutan tidak cukup mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat Sako Suban. Oleh karena itu, pada Tabel 10 dijelaskan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh responden untuk manfaat ekonomi dari restorasi khususnya mengenai dampak kerusakan hutan terhadap perekonomian masyarakat tergolong sedang. Seluruh responden cenderung cukup setuju bahwa kerusakan hutan dapat berdampak buruk bagi kehidupan perekonomian masyarakat Sako Suban, namun dampak buruk tersebut tidak berpengaruh besar terhadap kehidupan perekonomian masyarakat. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden memiliki pekerjaan yang tidak memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap hutan, walaupun banyak responden yang bekerja sebagai petani. Para petani tersebut awalnya memang sangat tergantung pada lahan hutan untuk dijadikan sebagai perkebunan. Oleh karena itu, saat ini umumnya responden sudah menggantungkan hidupnya pada perkebunan yang dimiliki walaupun sebagian besar lahan perkebunan yang dimiliki responden statusnya milik seorang pengusaha bahkan juga milik PT REKI.

Permasalahan tenurial yang terjadi dapat diatasi salah satunya dengan melakukan kesepakatan antara masyarakat dengan pihak perusahaan yang bersangkutan. Bentuk kesepakatan yang dibuat dapat berdasarkan tujuan dari perusahaan dan tipe perkebunan masyarakat. Dua hal tersebut dapat diselaraskan, apabila memang dari kedua belah pihak menginginkan seperti itu. Selain itu, responden juga sempat menyatakan bahwa masyarakat Sako Suban berharap kepala desa beserta pihak perusahaan bersama-sama membuat tata batas yang jelas supaya masyarakat tidak resah dengan status lahan yang dimiliki sekarang karena ada beberapa masyarakat yang lahannya overlap dengan lahan perusahaan. Hal tersebut dapat diatasi salah satunya proses jual beli lahan lebih diperjelas, kepala desa sangat berperan penting dalam hal ini karena menurut responden proses jual beli lahan dilakukan melalui kepala desa. Penguatan kelembagaan juga dapat menjadi salah satu program untuk mengatasi masalah tersebut.

Persepsi responden terhadap manfaat sosial dari restorasi ekosistem baik persepsi terhadap pertanyaan negatif maupun pertanyaan positif (Lampiran 1 bagian C), terlihat adanya konsistensi dari responden dalam memberikan persepsi terhadap kegiatan restorasi ekosistem oleh PT REKI. Responden umumnya menerima adanya kegiatan restorasi ekosistem yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan sosial masyarakat Sako Suban dan merupakan upaya yang baik dilakukan dalam pemulihan kondisi kawasan hutan. Namun, sebagian kecil responden masih ada yang menyatakan cukup setuju bahkan setuju bahwa kegiatan restorasi ekosistem tidak diterima oleh masyarakat karena dapat memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat. Pernyataan tersebut berdasarkan pengalaman responden selama berinteraksi dengan masyarakat lainnya dan menyampaikan persepsi masyarakat lainnya mengenai penolakan terhadap kegiatan restorasi ekosistem. Penolakan tersebut umumnya diungkapkan masyarakat yang memiliki pekerjaan yang bertentangan dengan tujuan utama dari kegiatan restorasi ekosistem.

Persepsi responden terhadap kegiatan restorasi ekosistem selain yang telah diuraikan sebelumnya, persepsi responden juga diberikan berdasarkan pada harapan masyarakat Sako Suban secara umum bahwa dengan dilakukannya kegiatan restorasi ekosistem maka pihak PT REKI dapat memenuhi janji mengenai bantuan berupa bibit karet seperti yang sudah disosialisasikan pada masyarakat Sako Suban. Menurut responden, hal tersebut belum dipenuhi oleh pihak PT REKI sehingga mengakibatkan masyarakat cukup kecewa. Masyarakat sudah memenuhi hal yang diminta oleh pihak PT REKI yaitu penyediaan lahan untuk menyimpan bibit karet, tetapi pihak PT REKI belum memenuhi bantuan yang dijanjikan. Dalam memberikan bantuan pada masyarakat memang harus melalui tahapan-tahapan yang sudah menjadi prosedur atau peraturan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang matang sebelum melakukan sosialisasi supaya tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian informasi pada masyarakat yang dapat menyebabkan kesalahpahaman di masyarakat sehingga menimbulkan kekecewaan. Walaupun demikian, responden tetap berharap pada pihak perusahaan untuk memenuhi janji dengan memberikan bantuan tersebut.

Tabel 10 juga menjelaskan responden Tanjung Sari yang terbagi pada tiga jenis pekerjaan saja, yaitu responden yang bekerja sebagai petani, wiraswasta/pedagang dan pegawai. Pekerjaan sebagai petani terutama petani sawit yang mendominasi jenis pekerjaan yang dimiliki responden. Jenis-jenis pekerjaan tersebut juga tidak mempengaruhi persepsi responden terhadap kegiatan restorasi ekosistem yang dilakukan PT REKI.

Responden Tanjung Sari baik yang bekerja sebagai petani, wiraswasta/pedagang dan pegawai memberikan persepsi yang baik terhadap manfaat ekologi terutama yang terkait dengan fungsi hutan. Nilai rata-rata yang diperoleh setiap responden tergolong sedang hingga tinggi. Responden cenderung setuju, kerusakan hutan dapat mengganggu fungsi hutan sebagai salah satu sumber kehidupan bagi masyarakat. Bagi sebagian masyarakat Tanjung Sari, hutan dapat berfungsi sebagai penyedia lahan untuk perkebunan (tanah), air, udara, satwa liar dan tumbuhan. Namun, memang pada dasarnya dampak buruk dari kerusakan hutan tidak dirasakan langsung oleh masing-masing responden karena pekerjaan yang responden miliki tidak tergantung pada hutan. Persepsi yang diberikan responden berdasarkan pengetahuan yang responden peroleh dari bangku sekolah, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat Tanjung Sari lebih terbuka untuk menerima informasi dari bangku sekolah maupun dari luar sekolah.

Berdasarkan pengetahuan umum yang dimiliki, responden juga menyetujui apabila kegiatan restorasi ekosistem dilakukan, maka akan memberikan manfaat yang baik karena kegiatan tersebut bertujuan untuk memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak. Kegiatan restorasi juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan karena terjadinya kerusakan hutan yang disebabkan penebangan pohon secara liar dan berlebihan, serta pemanfaatan sumberdaya hutan lainnya seperti satwa liar dan tumbuhan secara berlebihan.

Umumnya responden Taanjung Sari bersedia untuk mendukung dan ikut serta apabila dilibatkan dalam kegiatan restorasi yang dilakukan PT REKI.

Dokumen terkait