• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat dan Pejabat Publik

Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang berupa kesan yang diperoleh melalui panca indera dan kemudian kesan tersebut dianalisa, diinterpretasi dan dievaluasi sehingga memunculkan suatu makna dari pengamatan, dan hasil dari makna tersebut bergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial di lingkungan individu, sehingga persepsi yang dimunculkan oleh setiap individu terhadap suatu hal tentu memiliki makna yang bervariasi.

Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dalam suatu wilayah, berinteraksi satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan satu dengan yang lain, memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang disepakati bersama, memiliki kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan, dan melahirkan suatu kebudayaan.

Pejabat publik adalah pegawai pemerintah yang memegang jabatan penting sebagai pimpinan yang mengurusi kepentingan orang banyak guna mewujudkan cita-cita suatu negara terutama dalam hal pelayanan publik.

Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa persepsi masyarakat dan pejabat publik merupakan hal yang sangat berkaitan erat terhadap suksesnya pembangunan pada yang akan dilakukan. Hal ini tentu mudah apabila hanya untuk dikatakan atau hanya dalam kontekstual semata, namun dalam pengimplementasiannya untuk mewujudkan kesatuan persepsi antara masyarakat dan pejabat publik tentu memiliki berbagai tantangan yang apabila dapat dilewati maka akan mewujudkan suatu kepuasan sosial yang sangat bermakna bagi pembangunan.

4. Kota

Kota merupakan suatu permukaan wilayah dimana terdapat pemusatan (konsentrasi) penduduk dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya dan administrasi pemerintahan. Kota mempunyai daya tarik yang relatif kuat bagi penduduk yang berdomosili diluar kota yang bersangkutan, baik yang tersebar di daerah pedesaan ataupun kota-kota yang lebih kecil.Kota mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dan dominan dalam pertumbuhan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan kota merupakan wilayah inti yang berperan sebagai pusat pelayanan dan pembangunan22

Fungsi, peranan dan kedudukan kota sebagai pusat berbagai kegiatan menjadikan kota perlu dibina, digairahkan, dan diarahkan perkembangan dan

.

pertumbuhannya pada masa yang akan datang untuk menciptakan tata lingkungan kehidupan msyarakat perkotaan yang lebih sempurna23

a. Jenis-jenis Kota

. Dalam hal ini, pemerintah kota mempunyai peranan yang aktif dan positif untuk menentukan arah kebijakan pengembangan kota yang disusun dalam suatu rencana pembangunan kota yang serasi dan aplikatif. Paritispasi masyarakat juga diperlukan guna mendukung pembangunan, pengamanan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan kota, sehingga mempunyai daya dan hasil guna secara maksimal.

Ada berbagai macam jenis kota, yaitu:

1. Kota Metropolitan (kota raya), yaitu kota yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 jiwa, berkembang pesat karena arus urbanisasi yang kuat dan pada umumnya menjurus menjadi pusat kota.

2. Kota Satelit adalah kota yang terletak di pinggir atau berdekatan dengan suatu kota besar yang secara ekonomi, sosial, administrasi dan politis masih tergantung pada kota besar.

3. Kota Mandiri merupakan kota yang memiliki fungsi-fungsi perkotaan secara lengkap dan secara ekonomi mampu mandiri dalam arti dapat memenuhi kebutuhan kegiatan perkotaan dan pengembannya berdasarkan hasil kegiatan ekonomi24

4. Kota Pertanian merupakan kota yang dicirikan dengan kota yang berada di tengah ladang (sawah) dengan radius sekitar 10 km terhadap wilayah

.

23

Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 54

pengarushnya, memiliki sekitar 20.000 jiwa penduduk, terdapat kegiatan pemasarankomoditas hasil pertanian (agrobisnis).

5. Kota Pariwisata merupakan pemukiman yang dibangun dengan tujuan utama untuk rekreasi termasuk kegiatan yang bersifat fisik, mental dan budaya, umumnya memiliki fasilitas hotel, penginapan, rumah makan dan toko cendramata dan lainnya.

6. Kota Taman adalah kota yang dirancang dengan tujuan untuk memperbaiki mutu lingkungan hidup kota industri yang dirasakan semakin memburuk (pencemaran udara) dimana kawasan permukiman perkotaan yang tersebar itu dikelilingi oleh jalur hijau, kantong-kantong fasilitas taman umum, pekarangan hijau dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sosial25

7. Kota Danau merupakan kota yang mementingkan kondisi lingkungan hidup perkotaan yang bersih dengan pembangunan danau di tengah kota seperti kota Canberra, ibu kota Australia.

.

8. Kota Pantai adalah kota tepi laut, pemukimannya berkembang karena adanya potensi ekonomi yang memberi peluang pemanfaatan sumber daya kelautan.

9. Kota Baru yaitu kota yang dibangun dari ada sampai menjadi suatu kota yang siap huni, lokasinya dapat berada di bagian dari kota lama atau berada diluarnya.

Konsep green city atau kota hijau merupakan salah satu konsep kota yang dapat dijadikan solusi pembangunan untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan yang belakangan ini melanda di perkotaan26

b. Tingkatan Pertumbuhan Kota

. Konsep kota hijau adalah konsep kota yang sehat secara ekologis, memanfaatakan secara efektif dan efesien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah dan menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Konsep kota hijau ini mulai muncul pada pertemuan para walikota dari berbagai negara di San Fransisco, Amerika Serikat pada hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) tahun 2005.

Menurut Taylor, ada lima tingkatan pertumbuhan kota, yaitu:

1. Infantile Towns, dicirikhasi oleh distribusi toko-toko dan rumah-rumah

yang semrawut dan belum ada pabrik-pabrik

2. Juvenile Towns, ditandai adanya gejala diferensiasi zona dan toko-toko

mulai terpisah

3. Adolescent Towns, mulai memiliki pabrik-pbarik, tetapi belum

menunjukkan adanya rumah-rumah klas tinggi

4. Early Mature Towns, menunjukkan adanya segresi yang jelas tentang

rumah-rumah klas tinggi

5. Mature Towns, menunjukkan adanya pemisahan daerah perdagangan dan

industri dan zona-zona perumahan yang berbeda-beda kualitasnya

c. Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan dan Tata Ruang Perkotaan

26

Perencanaan dapat memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Bagi orang yang memiliki profesi tertentu, perencanaan dapat berarti suatu kegiatan khusus yang memerlukan keahlian tertentu, sifatnya cukup rumit, banyak menguras tenaga dan pikiran, serta membutuhkan waktu yang lama dalam penyusunanya27

. Akan tetapi, bagi orang lain perencanaan dapat berarti suatu pekerjaan sehari-hari tidak rumit, bahkan biasa saja, terlebih orang tersebut biasanya tidak menyadari bahwa dia telah melakukan perencanaan. Hal inilah yang membuat perencanaan bisa berbeda dan bervariasi antara penulis satu dengan penulis lain atau antara buku yang satu dengan buku lainnya. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan sudut pandang, perbedaan fokus perhaatiaan dan perbedaan luasnya bidang yang tercakup dalam perencanaan itu sendiri.

Definisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Definisi ini tentu belum mampu memberikan gambaran atas suatu perencanaan yang rumit dan luas, namun cocok digunakan untuk perencaaan yang sederhana yang tujuannya dapat ditetapkan dengan mudah dan tidak terdapat faktor pembatas yang berarti untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada tahap selanjutnya kita melihat ada faktor pembatas dalam mencapai suatu tujuan. Pada tingkat kedua ini, perencanaan dapat didefinisikan dengan penetapan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencpai tujuan tersebut, serta memilih menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Kesulitan berikutnya dalam perencanaan adalah jika ada faktor luar yang berpengaruh dalam pencapaian tersebut. Faktor ini bersifat eksternal dan kita tidak dapat mengatur dan mengendalikannya 28

1) Perencanaan Fisik dan Perencanaan Ekonomi

. Dalam tahapan ini kita dapat mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan setelah memperhatikan pembatas internal dan pengaruh eksternal, memilih, serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Ketiga pengertian mengenai perencanaan tersebut belum mampu untuk menjadi konsep pengertian perencanaan yang lebih kompleks dan rumit, sehingga pada akhirnya dengan mempertimbangkan ketiga pengertian di atas di tambah dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak terkendali, maka dapat didefinisikan bahwa perencanaan adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan.

Perencanaan di Indonesia sendiri di kenal adanya jenis perencanaan

top-down and bottom-up planning, vertical and horizontal planning, dan perencanaan

yang melibatkan masyarakat secara langsung dan yang tidak melibatkan masyarakat sama sekali. Berikut penjelasan tipe-tipe perencanaan di atas:

Perencanaan fisik (physical planning) adalah perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan struktur fisik suatu wilayah misalnya,

28

perencanaan tata ruang atau tata guna tanah, perencanaan jalur transportasi, dan penyediaan fasilitas untuk umum. Sementara perencanaan ekomoi (economic planning) berkenaan dengan perubahan struktur ekonomi suatu wilayah dan langkah-langkah untuk memperbaiki tingkat kemakmuran wilayah. Perencanaan ekonomi lebih didasarkan atas mekanisme pasar ketimbang perencanaan fisik yang lebih didasarkan atas kelayakan teknis.

2) Perencanaan Alokatif dan Perencanaan Inovatif

Perencanaan alokatif (allocative planning) berkenaan dengan menyukseskan kesepakatan bersama sehingga inti kegiatan dari perencanaan ini berupa koordinasi dan sinkronisasi agar sistem kerja untuk mencapai tujuan dapat berjalan secara efektif dan efesien sepanjang waktu. Sementara perencanaan inovatif (innovative

planning) lebih memiliki kebebasan, baik dalam menetapkan target

maupun cara yang di tempuh untuk mencapai target tersebut yang terpenting dari perencanaan ini ialah target dapat di capai atau dilampaui bisa dengan menciptakan prosedur atau cara-cara yang baru. 3) Perencanaan Bertujuan Jamak dan Perencanaan Bertujuan Tunggal

Perencanaan yang bertujuan jamak ialah perencanaan yang memiliki beberapa tujuan sekaligus. Sementara perencanaan yang bertujuan tunggal apabila perencanaan yang sasaran yang hendak di capai adalah sesuatu yang dinyatakan tegas dalam perencanan itu dan bersifat tunggal dan bulat serta merupakan kesatuan yang utuh.

4) Perencanaan Indikatif dan Perencanaan Imperatif

Perencanaan indikatif adalah perencanaan dimana tujuan yang hendak di capai hanya dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak dipatok dengan tegas. Sementara perencanaan imperatif adalah perencanaan yang mengatur baik sasaran, prosedur, pelaksana, waktu pelaksanaan, bahan-bahan, serta alat-alat yang dapat dipakai untuk menjalankan rencana tersebut.

5) Top Down and Bottom Up Planning

Perencanaan model top-down adalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu berada pada institusi yang lebih tinggi di mana institusi perencana level yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari institusi yang lebih tinggi. Sedangkan bottom-up

planning adalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu

berada pada institusi yang lebih rendah, di mana institusi perencana pada level yang lebih tinggi harus menerima usulan-usulan yang diajukan oleh institusi perencana pada tingkat yang lebih rendah.

6) Vertical and Horizontal Planning

Vertical planning adalah perencanaan yang lebih mengutamakan

koordinasi sektoral, jadi menekankan pentingnya koordinasi antarberbagai jenjang pada instansi yang sama (sektor yang sama), tidak mengutamakan keterkaitan antarsektor atau apa yang direncanakan sektor lainnya. Sedangkan horizontal

planningmenekankan keterkaitan antarberbagai sektor sehingga berbagai sektor itu dapat berkembang secara bersinergi.

7) Perencanaan yang Melibatkan Masyarakat Secara Langsung dan Perencanaan yang Tidak Melibatkan Masyarakat

Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung adalah apabila sejak awal masyarakat telah diberitahu dan diajak ikut serta dalam menyusun rencana tersebut. Sementara perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat adalah apabila masyarakat tidak dilibatkan sama sekali

Penataan ruang adalah usaha untuk merencanakan jumlah penggunaan lahan untuk keperluan tertentu dan pada tempat yang tepat, termasuk didalamnya mengatur hubungan antara pemukiman dengan tempat bekerja, sekolah, berbelanja, tempat hiburan, taman, dan lain-lain yang semuanya juga tergantung pada rencana jaringan jalan di kota dan pemilihan rencana penggunaan lahan. Tata ruang perkotaan adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang perkotaan baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Perencanaan tata ruang kota dilakukan oleh pemerintah kota.

Perencanaan kota merupakan respon terhadap pengelolaan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat perkotaan yang semakin berkembang pesat. Perencanaan kota diperlukan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kota yang berlangsung secara berkesinambungan29

29

Branch, Melville C. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar & Penjelasan. Diterjemahkan

. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian khusus dalam perencanaan kota, yaitu aspek

pembangunan ekonomi perkotaan, pembangunan masyarakat, rekreasi dan tata ruang terbuka, aspek perumahan serta aspek perbaikan transportasi.

Dalam proses perencanaan tata ruang di Indonesia, ada yang di kenal dengan Rencana Tata Ruang (RTR) yang secara umum digambarkan sebagai bentuk perencanaan dalam hal memetakan daerah-daerah yang ada untuk mencapai tujuan pembangunan 30

Perlibatan masyarakat dalam perencanaan kota dan lingkungan di Indonesia masih sering diabaikan, padahal penting sekali artinya untuk menumbuhkan harga diri, percaya diri dan jati diri

. Dalam skala perkotaan, di kenal adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Perkotaan, pada perencanaan ini dilakukan pemetaan spasial kota untuk berbagai hal salah satunya keruangan untuk ruang terbuka hijau seperti taman kota.

Kemudian, ada yang disebut dengan peraturan zonasi yaitu ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya. Dalam peraturan zonasi terdapat perencanaan pola ruang yang berfungsi sebagai

zoning map yang dirumuskan berdasarkan daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup serta perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan.

31

30

Pratama, Arsandi, dkk, Menata Kota Melalui Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)(Yogyakarta:

. Kemudian,sebagai makhluk yang berakal manusia membutuhkan rasa penguasaan dan pengawasan terhadap habitat atau lingkungannya. Rasa tersebut merupakan faktor mendasar dalam menumbuhkan rasa memiliki untuk kemudian mempertahankan atau melestarikan.

Menjawab perlunya keterlibatan masyarakat, muncullah konsepsi mengenai keterlibatan masyarakat dalam penataan ruang secara formal di Indonesia yaitu pada tahun 1992 melalui UU No. 24 tahun 199232 tentang penataan ruang yang mengamanatkan pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam penataan ruang karena hasl dari penataan ruang nantinya adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Keberadaan undang-undang ini kemudian di dorong oleh PP No. 69 tahun 1996 tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penatan ruang33

32

UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang 33

PP No. 69 tahun 1996 tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran sehingga menjadikan UU No. 69 tahun 1966 dapat dioperasionalkan. Setelah 15 tahun berjalan, maka UU No. 69 tahun 1966 tersebut dianggap sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga dikeluarkanlah UU No. 26 tahun 1007 tentang penataan ruang. Dalam UU No. 26 tahun 2007 menyatakan bahwa penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat, ditegaskan lagi dalam ayat 2 UU No. 26 tahun 2007 tersebut bahwa masyarakat berperan dalam hal partisipasi dalam menyusun Rencana Tata Ruang (RTR), pemanfaatan ruang dan partisipasi pengendalian pemanfaatan ruang. Jadi, undang-undang ini mengarahkan bahwa masyarakat menjadi objek sekaligus subjek pembangunan, bukan hanya menjadi objek pembangunan semata seperti yang sebelumnya berlangsung. Bahkan, masyarakat juga dilibatkan dalam pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang.

Dokumen terkait