• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Sub Variabel Perencanaan

Dalam dokumen LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA (Halaman 43-50)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Sub Variabel Perencanaan

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada sub variabel perencanaan masuk dalam kategori cukup, hal tersebut menunjukkan bahwa perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) secara umum telah mampu membuat perencanaan keperawatan pada aspek spiritual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini;

Tabel 5. Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Sub Variabel Perencanaan No Butir pernyataaan Prosentase Kategori 1 Membuat perencanaan spiritual,

yang disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh masing-masing klien.

70,83% Cukup

2 Dalam memberikan intervensi keperawatan spiritual, Perawat melakukannya secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu.

52,08% Kurang Baik

3 Sebelum melaksanakan

implementasi, Perawat berusaha mempersiapkan kondisi

spiritualnya sendiri.

79,17% Baik

Rata-rata 67,36% Cukup

Dari tabel 5 diketahui bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan

asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada sub variabel perencanaan menunjukkan rata-rata 67,36% dan masuk dalam kategori cukup. Pada item pernyataan; membuat perencanaan spiritual yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh masing-masing klien, ditunjukkan dengan persentase sebesar 70,83 %. Hal ini menunjukkan perawat telah cukup mampu membuat perencanaan pada aspek spiritual dengan memandang manusia sebagai makhluk yang unik apalagi tentang masalah spiritual, masing-masing individu memiliki keunikan tersendiri. Pada item pernyataan; mempersiapkan kondisi spiritual perawat sendiri, ditunjukkan dengan persentase sebesar 79,17%. Hal ini menunjukkan; perawat telah memahami bahwa sebelum melakukan intervensi keperawatan spiritual, perawat harus mempersiapkan kondisi spiritualnya sendiri. Hamid (2000) menyampaikan bahwa mempersiapkan keyakinan spiritual pribadi perawat merupakan prinsip pertama yang harus dilakukan dan jika keyakinan agama perawat sudah cukup kuat, perawat akan lebih peka dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien. Pada item pernyataan

unfavourable;”Dalam memberikan intervensi keperawatan spiritual, perawat melakukannya secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu”, diperoleh persentase sebesar 52,08% dan masuk dalam kategori kurang baik. Hal tersebut berarti bahwa pada umumnya perawat pelaksana memberikan intervensi keperawatan aspek spiritual secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Hal ini bias saja terjadi karena perawat pelaksana lebih mempersiapkan diri dalam menyusun rencana intervensi keperawatan biologis atau fisik seperti mempersiapkan tindakan resusitasi bagi klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung sehingga rencana intervensi keperawatan aspek spiritual kurang mendapatkan perhatian.

VI.Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Sub Variabel Implementasi Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa, persepsi perawat tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada sub variabel implementasi masuk dalam kategori cukup dibuktikan dengan persentase rata-rata sebesar 75,38%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung secara umum telah mampu dalam mengimplementasikan perencanaan keperawatan pada aspek spiritual yang telah ditetapkan. Dalam tahap pelaksanaan pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat pelaksana ini, peneliti berpedoman pada

Nursing Intervention Classification menurut Mc.Closkey & Bulechec (1996)

dan berdasarkan pada 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia menurut Clinebell (cit. Munjirin, 2008).

Pada tahap implementasi berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC) menurut Mc.Closkey & Bulechek (1996), diketahui bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) secara umum masuk dalam kategori baik ditunjukkan dengan persentase sebesar 77,65%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat pelaksana telah berusaha melaksanakan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) berdasarkan NIC, seperti terlihat pada tabel 6 berikut ini;

Tabel 6. Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Sub Variabel Pelaksanaan Berdasarkan Nursing Intervention

Classification (NIC) menurut Mc.Closkey & Bulechek (1996)

No Butir pernyataaan Prosentase Kategori 1 Saya memberitahu pelayanan

spiritual yang tersedia di Rumah Sakit kepada klien dan keluarga klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU).

77,08% Baik

2 Saya menghubungi petugas rohaniawan atau petugas asuhan rohani bila klien membutuhkannya

maupun keluarga klien menginginkannya.

3 Untuk mengatasi masalah spiritual klien di ruang Intensive Care Unit (ICU), saya tidak perlu mendatangkan rohaniawan (petugas asuhan rohani)

77,08% Baik

4 Saya memberikan kesempatan dan membantu klien untuk dapat menjalankan kewajiban

agamanya.

89,58% Baik

5 Saya memberi semangat kepada klien untuk menggunakan

sumber-sumber spiritual sesuai kemampuan klien (misalnya; penutup aurat)

81,28% Baik

6 Saya menyiapkan alat maupun benda-benda tentang spiritual untuk klien

62,50% Cukup

7 Saya membantu klien melakukan Rutinitas peribadatannya

(misalnya;

berdo’a/meditasi/shalat/ritual).

77,08% Baik

8 Saya memanfaatkan waktu luang klien untuk berdo’a atau

melakukan ritual keagamaan lainnya.

68,75% cukup

9 Saya mengingatkan klien untuk berdo’a atau membisikkan do’a kepada klien.

79,16% Baik

10 Saya meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan/perasaan klien/mendoakan klien.

79,16% Baik

11 Saya memfasilitasi klien untuk mengekspresikan rasa ketakutan dan ketidakberdayaannya.

68,75% Cukup

Rata-rata 77,65% Baik

Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada sub variabel implementasi berdasarkan Nursing Intervention

Classification (NIC) masuk dalam kategori baik ditunjukkan dengan

persentase rata-rata 77,65%. Terdapat beberapa item pernyataan perawat pelaksana yang masuk dalam kategori cukup, salah satunya adalah item pernyataan; menyiapkan alat maupun benda-benda tentang spiritual untuk klien, contohnya; artikel,tulisan,buku atau kitab suci yaitu ditunjukkan dengan persentase sebesar 62,50%. Hal tersebut bisa saja jarang dilakukan oleh perawat pelaksana dikarenakan keterbatasan sumber dan sarana yang dimaksud.

Pada item pernyataan; memanfaatkan waktu luang klien untuk berdo’a atau melakukan ritual keagamaan lainnya, masuk dalam kategori cukup ditunjukkan dengan persentase sebesar 68,75%. Perawat pelaksana bias saja tidak memanfaatkan waktu luang klien karena perawat lebih banyak melakukan observasi terhadap kondisi fisik klien, dan waktu klien banyak dihabiskan untuk asuhan keperawatan fisik, seperti; tindakan resusitasi dan pemantauan hemodinamik setiap saat oleh perawat pelaksana. Sehingga perawat pelaksana berdo’a dan membimbing klien melakukan ritual keagamaannya ketika hendak dan atau setelah selesai melakukan asuhan keperawatan fisik kepada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU). Berdasarkan tabel 6 di atas juga diketahui bahwa, perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan spiritual pada item pernyataan; memfasilitasi klien untuk mengekspresikan rasa ketakutan dan ketidakberdayaannya masuk dalam kategori cukup ditunjukkan dengan presentase sebesar 68,75%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa, perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung telah cukup memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan rasa ketakutan dan ketidak berdayaannya menghadapi kondisi sakit dan menghadapi perawatan di ruang Intensive Care Unit (ICU).

Menurut Hamid (2000), bahwa pada tahap implementasi asuhan keperawatan ini, perawat hendaknya menerapkan rencana intervensi dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan pada aspek spiritual, salah satunya adalah dengan memberitahu pelayanan spiritrual yang tersedia di rumah sakit.

Pada tahap pelaksanaan yang berpedoman pada 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia menurut clinebell (cit. Munjirin, 2008) diketahui bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual masuk dalam kategori cukup. Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung telah berusaha melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritual untuk klien, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini;

Tabel 7. Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Sub Variabel Pelaksanaan

Berdasarkan 10 Butir Kebutuhan Dasar Spiritual Manusia Menurut Clinebell (cit. Munjirin, 2008)

No Butir pernyataaan Prosentase Kategori 1 Saya mengingatkan klien di ruang

Intensive Care Unit (ICU) bahwa tujuan hidup ini adalah ibadah.

64,58% Cukup

2 Saya berdiskusi dengan klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) bahwa hidup ini harus selaras dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitar.

62,50% Cukup

3 Saya berdiskusi dengan klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) bahwa nilai-nilai ibadah harus dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

62,50% Cukup

4 Saya mengingatkan kepada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU)

bahwa meskipun sedang dirawat di Rumah Sakit kita harus tetap menjalankan ibadah untuk meningkatkan keimanan. 5 Saya memberikan pengertian

kepada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) bahwa sakit yang sedang dialami bukan hukuman Tuhan, tetapi bentuk ujian yang harus diterima dengan sabar.

81,25% Baik

6 Saya menghargai dan

memberikan pujian kepada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) atas kerja sama yang telah

dilakukan dalam proses keperawatan yang terkait

pemenuhan kebutuhan spiritual.

77,08% Baik

7 Saya memberikan dukungan mental kepada klien untuk tidak larut dalam penderitaan, dan harus yakin bahwa hari esok akan lebih baik.

79,17% Baik

8 Saya mengingatkan kepada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) bahwa kedudukan seseorang dihadapan Tuhan tergantung dari tingkat keimanannya.

68,75% cukup

9 Saya memberikan kesempatan kepada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) untuk dapat berhubungan (berinteraksi) dengan orang lain dan

lingkungannya (keluarga, dan sesama klien).

75,00% Cukup

10 Saya menyiapkan kondisi yang tenang dan mendukung untuk berdo’a atau meditasi klien.

79,17% Baik

Rata-rata 73,12% Cukup

Pada tebel 7 di atas diketahui bahwa, rata-rata item pernyataan yang menunjukkan persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual masuk dalam kategori cukup, contohnya pada item pernyataan; mengingatkan klien di ruang Intensive

Care Unit (ICU) bahwa tujuan hidup ini adalah ibadah ditunjukkan dengan

persentase sebesar 64,58%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat sanantiasa mengingatkan klien untuk selalu ingat kepada Tuhan dengan beribadah, seperti berdo’a dan menunaikan Shalat. Berdasarkan 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia menurut Clinebell (cit. Munjirin, 2008) ini dapat diketahui bahwa, perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung telah memahamitentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan spiritual dan berusaha mengimplementasikannya.

VII.Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam

Dalam dokumen LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA (Halaman 43-50)

Dokumen terkait