• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

PERSEPSI PERAWAT TENTANG PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN

SPIRITUAL PADA KLIEN DI RUANG

INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT UMUM

PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG

Oleh:

M. KHOIRUL AMIN S,Kep, Ns.

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2012

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. JUDUL: PERSEPSI PERAWAT TENTANG PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA KLIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG

2. Bidang Ilmu Penelitian : Ilmu Kesehatan 3. Peneliti

a. Nama lengkap dan gelar : Muhammad Khoirul Amin, S.Kep, Ns b. Jenis kelamin : Laki-laki

c. Golongan/Pangkat/NIS : IIIA/Pranata Muda/108006043 d. Jabatan fungsional : -

e. Jabatan struktur : Kepala Laboratorium Dasar Keperawatan f. Fakultas / Program Studi : Ilmu Kesehatan/DIII Keperawatan

4. Jangka waktu kegiatan : 4 bulan 5. Bentuk kegiatan : Penelitian

6. Lokasi Kegiatan : PKU Muhammadiyah Temanggung 7. Biaya yang diperlukan : 4 juta

Menyetujui, Ketua LP3M UMM

Drs. Suliswiyadi, M.Ag NIS. 966610111

Mengetahui, Dekan FIKES UMM

Dwi Sulistiyono, BN. Peneliti

(3)

INTISARI

Latar Belakang: Klien yang mengalami kondisi kritis di ruang Intensive Care Unit (ICU) umumnya mengalami perasaan cemas dan takut, yaitu terhadap; kondisi kesehatannya, tindakan-tindakan keperawatan, alat-alat yang terpasang, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Pada fase ini klien harus mendapat perawatan secara utuh, yaitu mencakup unsur; bio, psiko, sosio dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan spiritual pada fase ini sangat diperlukan untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi klien. Perawat memiliki tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaanasuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif dan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, sebanyak 12 perawat pelaksana. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Hasil: Persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung berdasarkan instrument kuesioner pada perawat pelaksana, secara umum masuk dalam kategori cukup, yang terdiri dari lima sub variable yaitu; pengkajian dengan nilai 78,47% (kategori baik), penetapan diagnosa dengan nilai 45,83% (kategori kurang baik), perencanaan dengan nilai 67,36% (kategori cukup), pelaksanaan dengan nilai 75, 38% (kategori cukup), evaluasi dengan nilai 68,75% (kategori cukup).

Kesimpulan: Persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung, secara keseluruhan dalam kategori cukup.

Kata Kunci: Persepsi Perawat, Asuhan Keperawatan Spiritual, Intensive Care Unit (ICU)

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam melihat kesehatan secara menyeluruh dalam semua segi kehidupan. Pandangan Islam terhadap kesehatan secara menyeluruh, mempunyai arti bahwa kesehatan meliputi; kesehatan fisik, emosi, psikis serta spiritual, semuanya menjadi pertimbangan secara bersamaan. Menjaga badan dalam keadaan sehat merupakan tanggung jawab

(amanat), kondisi kesehatan yang baik merupakan anugerah dari Allah

SWT (Kasule, 2008). Sehat adalah suatu keadaan yang bukan hanya bebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek; fisik, emosi, sosial dan spiritual (Aziz, 2004). Kehidupan manusia adalah anugerah dari Allah SWT. Dalam kehidupan manusia, Allah SWT menguji manusia dengan berbagai cobaan. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155-157 menerangkan bahwa; ”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan

kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa (sakit dan mati) dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan Innalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk”. Salah satu

cobaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat-Nya adalah kondisi sakit.

Sakit adalah suatu keadaan dimana; fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya (Potter dan Perry, 2005). Kondisi sakit karena penyakit diklasifikasikan berdasarkan waktu menjadi akut dan kronis yang merupakan gangguan pathofisiologikal sebagai respon normal terhadap; biologi, fisik, kimia atau penderitaan badan (Kasule, 2008). Hal ini juga dijelaskan dalam surat

(5)

Shaad ayat 34 Allah SWT berfirman bahwa; ”Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat”.

Seseorang yang sakit berupaya mencari penyembuhan, dan pemulihan kesehatan yang; berkualitas, dan cepat tanggap atas keluhan klien, serta penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman, salah satu pelayanan kesehatan tersebut adalah rumah sakit (Ristrini, 2005). Bentuk pelayanan di rumah sakit antara lain pelayanan Intensive di ruang Intensive Care Unit (ICU). Kondisi klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah klien dengan kasus kegawatan yang beresiko tinggi dan mengancam kehidupan sehingga memerlukan terapi intensif segera dan pemantauan alat-alat canggih yang dipasang pada tubuh klien (PERDACI, 2008). Klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) membutuhkan pelayanan yang optimal dan membutuhkan pelayanan secara utuh serta menyeluruh atau total care, yaitu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu klien yang sudah mulai ketergantungan dalam perawatan (Aziz, 2004). Perawatan total (total care) yang diberikan kepada klien pada tahapan ketergantungan ini seperti; pemantauan ABC

(Airway, Breathing, and Circulation), perawatan fisik yang membuat klien

nyaman, membantu klien dalam activity daily living serta pemenuhan kebutuhan dasar klien (Potter dan Perry, 2005). Keadaan klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) biasanya menjadi cemas dan merasa takut, yaitu terhadap; kondisi kesehatannya, tindakan-tindakan keperawatan, alat-alat yang terpasang pada tubuhnya, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati (Oswari, 2005).

Data yang diperoleh di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung pada tanggal 24 Januari 2009 bahwa; 64,28 % klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah klien dengan kasus gangguan system kardiovascular, seperti; shock cardiogenic, cardiac arrest dan angina pectoris, 21,42 % klien dengan kasus gangguan sistem respirasi, seperti; gagal napas dan pneumonia, 14,28 % klien dengan kasus gangguan gastrointestinal,

(6)

seperti; post operasi laparatomy. Data studi pendahuluan di ruang

Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah

Temanggung menunjukkan bahwa, 3 dari 5 klien yang dirawat di ruang

Intensive Care Unit (ICU) dalam kondisi tidak sadar.

Perawat merupakan tenaga profesional yang mempunyai kemampuan, baik; intelektual, interpersonal, dan moral dan bertangguang jawab dan berkewenangan melaksanakan asuhan keperawatan (Departemen Kesehatan RI, 1997). Perawat menghadapi masalah kesehatan klien selama 24 jam secara terus menerus (Nurachmah, 2001). Dalam menjalankan profesinya, perawat dituntut untuk meningkatkan ketrampilan yang merupakan proses menuju kearah profesional. Proses itu diawali dari persepsi perawat dalam melihat kondisi dan menyelesaikan masalah, salah satunya adalah dalam menjalankan asuhan keperawatan kepada klien. Asuhan keperawatan yang diberikan tersebut, terbagi menjadi 5 langkah, yaitu; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Aziz, 2004).

Asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia (Aziz, 2004). Kebutuhan dasar manusia, oleh Gordon cit. Ismail (2008) diuraikan menjadi 11 pola, salah satunya adalah pola nilai atau spiritual. Perawat bersama petugas khusus bina rohani di rumah sakit berupaya untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan; memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid, 2000).

Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dilakukan antara lain, dengan; pengkajian pemahaman klien tentang spiritualitas, pengkajian tentang kebiasaan berdo’a pada klien, memberikan kesempatan dan membantu klien untuk dapat menjalankan kewajiban agamanya, membantu klien melakukan rutinitas peribadatannya, mendengarkan keluhan/perasaan klien, berdiskusi dengan klien tentang spiritualitas. Sedangkan pada kondisi klien yang

(7)

tidak sadar maka prioritas pemenuhan kebutuhan spiritual pada; membisikkan do’a kepada klien, mendoakan klien, menyiapkan kondisi yang tenang untuk klien (Clinebell cit. Munjirin, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan penelitian pada bulan Januari 2009 di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung diperoleh data; Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung memiliki perangkat pendukung untuk pelaksanaan pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien berupa prosedur bimbingan rohani dengan nomor dokumen PRO-PKUB.35100.001 yang mulai diberlakukan pada tanggal 26 Maret 2007 oleh petugas bina rohani dengan cara mendatangi klien setiap shift di ruang Intensive Care Unit (ICU). Hasil observasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung menunjukkan bahwa, perawat pelaksana telah membantu memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien sesuai kemampuannya, namun asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat lebih berfokus kepada kondisi fisik klien, contohnya; memantau hemodinamik dan tanda-tanda vital klien, memonitor intake nutrisi dan keseimbangan cairan, mengevaluasi adanya nyeri, membantu klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan memandikan klien. Hasil pengamatan peneliti terhadap dokumentasi asuhan keperawatan yang mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, yang mencakup kebutuhan; bio, psiko, sosial dan spiritual serta mendeskripsikan status pelayanan yang diberikan untuk perawatan klien yang dibuat oleh perawat pelaksana di ruang Intensive

Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung

sebanyak 5 dokumentasi asuhan keperawatan, tidak ditemukan data catatan tentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan spiritual pada tahap; pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan atau dapat dipersentasekan 0% tentang pendokumentasian asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit

(8)

Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. Hal tersebut membuktikan bahwa, perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung tidak melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien. Hasil wawancara terhadap perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung menunjukkan bahwa, 66,66% perawat mempercayakan tugas pemenuhan kebutuhan spiritual klien oleh petugas bina rohani; yaitu membacakan do’a setiap shift dan membimbing klien untuk menunaikan shalat wajib lima waktu. Mengingat pentingnya peran spiritualitas dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan, maka penting bagi perawat untuk meningkatkan persepsi tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan baik kepada semua klien (Makhija, 2002).

Keimanan pada Allah SWT diyakini akan memudahkan seseorang untuk mengatasi perubahan emosional selama sakit (Lueckenotte cit. Munjirin, 2008). Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual yang diberikan kepada klien harus disusun sesuai dengan masalah klien. Apabila tidak di lakukan dengan benar maka klien tidak mendapat asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan mencegah masalah kesehatan yang baru, bahkan memperlambat proses kesembuhan dari klien tersebut (Sonontiko, 2002). Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual yang diberikan bertujuan agar klien merasa seimbang dan memiliki semangat hidup sehingga klien dapat meraih; ketenangan jiwa, kestabilan, ketenangan ibadah dan kesembuhan karena Allah SWT sedangkan pada klien yang tidak sadar asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dapat mendekatkan klien dengan sang khalik walaupun dengan bisikan do’a. Hal tersebut difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya, ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hatimereka manjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya denganmengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

(9)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care

Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dikemukakan rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: ”Bagaimanakah persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU)”?.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; 1. Tujuan umum

Mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung.

2. Tujuan khusus

Mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaan; pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai kalangan antara lain:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terkait persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU).

(10)

2. Bagi profesi keperawatan dan partisi kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai informasi bagi peningkatan mutu pelayanan yang diberikan kepada klien.

3. Bagi Pemerintah, Dinas Kesehatan dan Instansi pemberi layanan kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai informasi dalam menentukan kebijakan mengenai pemenuhan pelayanan yang bermutu dan upaya meningkatkan kualitas instansi layanan kesehatan.

4. Bagi peneliti lain

Diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi awal penelitian selanjutnya.

E. Penelitian Terkait

Dwi Setyowati (2005) melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Kepercayaan Spiritual, Konsep diri, Dukungan sosial Pada Respon Berduka Pasien Kanker Payudara Post Opname di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Penelitian Dwi Setyowati ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif-kualitatif. Kesimpulan penelitian Dwi Setyowati ini adalah bahwa; kepercayaan spiritual, konsep diri, dan dukungan sosial yang baik terdapat pada tahap menerima, sedangkan tahap depresi kepercayaan spiritual buruk pada aspek ibadah, gambaran diri buruk, dan dukungan sosialnya buruk pada dukungan emosi.

Wadaryati (2003) melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Aspek Spiritualitas Dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Bantul”. Penelitian Wadaryati merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang memiliki variabel tunggal. Wadaryati meneliti persepsi perawat terhadap aspek spiritual dalam asuhan keperawatan di RSUD Bantul.

Ibrahim (2003) melakukan penelitian dengan judul “Keefektifan Bimbingan Spiritual Islam Kepada Klien Terminal Terhadap Kecemasan dan Motivasi Hidup di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta”.

(11)

Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen semu dengan subyek penelitian klien penyakit terminal yang bertujuan untuk menganalisis tentang keefektifan bimbingan spiritual Islam terhadap klien terminal dalam menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan motivasi hidup. Hasil penelitian Ibrahim menunjukkan bahwa pemberian bimbingan spiritual efektif untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan motivasi hidup bagi klien yang mengalami penyakit terminal, tetapi setelah dibimbing selama 2 minggu kecemasan klien terminal berangsur-angsur meningkat lagi.

Munjirin (2008) melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Pre Operasi di Rumah Sakit Umum Banyumas”. Munjirin melakukan penelitian non experimen dengan rancangan deskriptif dan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian Munjirin adalah perawat pelaksana di bangsal bedah RSU Banyumas, sebanyak 19 perawat. Teknik sampling yang digunakan adalah total populasi. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan menggunakan wawancara terstruktur serta lembar observasi. Kesimpulan penelitian Munjirin adalah bahwa peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien pre operasi di RSU Banyumas, secara keseluruhan dalam kategori cukup.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Perawat 1. Pengertian

a. Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses dimana seseorang; memilih, menerima, mengatur, dan menafsirkan informasi dari lingkungannya (Hunt & Osborn cit. Dhimas (2008)). Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan obyek yang dirasakan serta mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus (Nasution, 2003).

b. Perawat

Perawat merupakan salah satu profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan komprehensif menyangkut aspek bio, psiko, sosial dan spiritual berupa pelayanan; asuhan keperawatan, advokat klien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan penelitian yang merupakan bagian integral dari pemberi pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta ditujukan kepada klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat (Aziz, 2004).

c. Persepsi perawat

Persepsi perawat adalah; pandangan, perasaan, interpretasi, dan pemahaman perawat atas apa yang terjadi pada klien (Potter dan Perry, 2005).

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia. Tanpa pikiran tersebut maka, persepsi itu tidak akan ada dan untuk dapat tetap ada terdapat faktor pembentuk persepsi, yaitu;

a. Pengamatan

Melalui pengamatan dapat timbul ketertarikan pada obyek tertentu, sehingga dapat membentuk sebuah persepsi.

(13)

b. Penyelidikan

Setelah dilakukan pengamatan dapat dihasilkan suatu persepsi dan konsep yang diingat, sehingga dapat terbentuk struktur persepsi dan pemikiran yang lebih kompleks.

c. Percaya

Rasa percaya pada obyek muncul dalam kesadaran yang biasanya timbul dari suatu rasa keraguan akan obyek yang akan diselidiki, melalui rasa percaya terhadap obyek tersebut akan timbul persepsi untuk mencapai apa yang akan dihasilkan.

d. Menyesuaikan

Menyesuaikan merupakan bagian dari komponen yang dapat membentuk struktur persepsi manusia.

e. Menikmati

Melalui pikiran-pikiran akan dapat dirasakan kenikmatan tersendiri dalam menekuni berbagai persoalan hidup. Proses menikmati ini juga akan membentuk struktur persepsi (Aziz, 2004).

B. Asuhan Keperawatan 1. Pengertian

Asuhan keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan demi kesembuhan klien dengan melakukan; pengkajian, menentukan diagnose keperawatan, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Aziz, 2004).

2. Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien merupakan bagian dari peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Diperlukan suatu metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang dilakukan secara sistematis yaitu dengan

(14)

pendekatan proses keperawatan yang diawali dari; pengkajian data, penetapan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi. Berikut ini akan dijabarkan mengenai proses keperawatan pada aspek spiritual.

a. Pengkajian

Pengumpulan data pada tahap pengkajian dilakukan dengan cara mengumpulkan riwayat kesehatan dan pengkajian kesehatan dan dengan pemantauan secara berkesinambungan agar tetap waspada terhadap kebutuhan klien dan keefektifan dari rencana keperawatan yang diterima klien (Brunner dan Suddart, 2002). Pengkajian aspek spiritual memerlukan hubungan interpersonal yang baik dengan klien. Oleh karena itu sebaiknya pengkajian aspek spiritual ini dilakukan setelah tercipta hubungan saling percaya yang baik antara perawat dan klien atau orang terdekat klien, ataupun dilakukan setelah perawat merasa siap dan nyaman untuk membicarakannya. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat kepada klien tentang aspek spiritual meliputi;

1) Pengkajian data subyektif

Kozier et al. (cit. Munjirin, 2008) menyusun pedoman pengkajian aspek spiritual, yaitu yang mencakup hal-hal sebagai berikut; a) Konsep tentang ke-Tuhanan.

b) Sumber kekuatan dan harapan. c) Praktik agama dan ritual.

d) Hubungan antara keyakinan dan kondisi kesehatan. 2) Pengkajian data obyektif

Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi; pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data obyektif terutama dilakukan melalui observasi. Pengkajian tersebut meliputi;

a) Afek dan sikap

Apakah klien tampak; kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis atau preokupasi?

(15)

b) Perilaku

Apakah klien tampak; berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku keagamaan?, dan apakah klien seringkali mengeluh tentang permasalahan kesehatan yang sedang dialami, tidak dapat tidur, bermimpi buruk dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahan terhadap agama?.

c) Verbalisasi

Apakah klien; menyebut Tuhan, berdo’a, menanyakan rumah ibadah atau membicarakan topik keagamaan lain?, apakah klien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama?, dan apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian?.

d) Hubungan interpersonal

Siapa pengunjung klien?, bagaimana klien berespon terhadap pengunjung?, apakah pemuka agama datang mengunjungi klien?, dan bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan juga dengan perawat?

e) Lingkungan

Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya?, apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan?, apakah klien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab oleh klien wanita atau kopyah oleh klien pria)?.

b. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan permasalahan spiritual berdasarkan North American Nursing Diagnosis Association adalah distress spiritual (NANDA, 2006). Pengertian

dari distress spiritual adalah Kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang

(16)

dihubungkan dengan; diri, orang lain, seni, musik, literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (NANDA, 2006)

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006)

batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan distress spiritual adalah;

1) Berhubungan dengan diri, meliputi;

a) Mengekspresikan kurang dalam; harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian, penerimaan cinta, memaafkan diri, dan keberanian.

b) Marah.

c) Rasa bersalah. d) Koping yang buruk.

2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi; menolak berinteraksi dengan pemimpin agama, menolak berinteraksi dengan teman dan keluarga, mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan dan mengekspresikan terasing.

3) Berhubungan dengan; seni, musik, literatur dan alam, meliputi; tidak mampu mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi, mendengar atau menulis musik), tidak ada ketertarikan kepada alam, tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama.

4) Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak mampu ibadah, tidak mampu berpartisipasi dalam aktifitas agama, mengekspresikan ditinggalkan atau marah kepada Tuhan, tidak mampu untuk mengalami transenden, meminta untuk bertemu pemimpin agama, perubahan mendadak dalam praktik keagamaan, tidak mampu introspeksi dan mengalami penderitaan tanpa harapan.

Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006) faktor yang berhubungan dari diagnosa keperawatan distress spiritual adalah; mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan sosial, cemas, deprivasi atau kurang sosiokultural, kematian dan sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang lain.

(17)

c. Perencanaan

Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan teridentifikasi, selanjutnya perawat dan klien menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi. Tujuan asuhan keperawatan pada klien dengan distress spiritual difokuskan pada penciptaan lingkungan yang mendukung praktik keagamaan dan kepercayaan yang biasa dilakukan. Tujuan ditetapkannya perencanaan secara individual dengan mempertimbangkan; riwayat klien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data objektif yang relevan.

Menurut Kozier et al. (1995) perencanaan pada klien dengan

distress spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual

klien dengan;

1) Membantu klien memenuhi kewajiban agamanya.

2) Membantu klien menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara yang lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang dialami.

3) Membantu klien mempertahankan atau membina hubungan personal yang dinamik dengan Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang menyenangkan.

4) Membantu klien mencari arti keberadaannya dan situasi yang sedang dihadapinya.

5) Meninggalkan perasaan penuh harapan.

6) Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.

d. Implementasi

Pada tahap implementasi, perawat menetapkan rencana intervensi dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut;

1) Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.

2) Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya.

(18)

4) Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual klien. 5) Berespon secara; singkat, spesifik, dan aktual.

6) Mendengarkan secara aktif dan menunjukan empati yang berarti menghayati masalah klien.

7) Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi kewajiban agama.

8) Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit. Pada tahap implementasi ini, perawat juga harus memperhatikan 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia sebagaimana disampaikan oleh Cinebel (cit. Munjirin, 2008) yang terdiri dari; 1) Kebutuhan akan kepercayaan dasar.

2) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup.

3) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungan dengan keseharian.

4) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan.

5) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. 6) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri.

7) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan.

8) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi yang utuh.

9) Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia.

10) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-nilai religius.

Menurut Mc. Closkey & Bulechek (cit. Munjirin, 2008) dalam

Nursing Interventions Classification (NIC), intervensi keperawatan

dari diagnosa distress spiritual salah satunya adalah support spiritual.

(19)

Definisi support spiritual adalah membantu klien untuk merasa seimbang dan berhubungan dengan kekuatan Maha Besar. Adapun aktivitasnya meliputi;

1) Buka ekspresi klien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan.

2) Beri semangat untuk menggunakan sumber-sumber spiritual, jika diperlukan.

3) Siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan klien. 4) Tunjuk penasehat spiritual pilihan klien.

5) Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu klien mengklarifikasi kepercayaan dan nilai, jika diperlukan.

6) Mampu untuk mendengar perasaan klien. 7) Berekspresi empati dengan perasaan klien.

8) Fasilitasi klien dalam; meditasi, berdo’a, dan ritual keagamaan lainnya.

9) Dengar dengan baik-baik komunikasi klien, dan kembangkan

rasa pemanfaatan waktu untuk berdo’a atau ritual keagamaan. 10) Yakinkan kepada klien bahwa perawat akan dapat men-support

klien ketika sedang menderita.

11) Membuka perasaan klien terhadap keadaan sakit dan kematian. 12) Membantu klien untuk berekspresi yang sesuai dan bantu

mengungkapkan rasa marah dengan cara yang baik.

e. Evaluasi

Untuk mengetahui apakah klien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila secara umum klien memenuhi criteria sebagai berikut;

1) Klien mampu beristirahat dengan tenang.

2) Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan. 3) Menunjukan hubungan yang hangat dan terbuka dengan

(20)

4) Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya.

5) Menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan kecemasan.

C. Klien

1. Pengertian klien

Klien adalah manusia yang merupakan makhluk biopsikososial dan spiritual yang terjadi merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangannya masing-masing (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992). Dalam konteks paradigma keperawatan, klien bersifat; individu, kelompok, dan masyarakat dalam suatu sistem. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya sering dipengaruhi oleh berbagai aspek baik lingkungan, kesehatan atau kebudayaan bangsa mengingat suatu bangsa memiliki pandangan yang berbeda (Aziz, 2004).

2. Sifat klien sesuai konteks paradigma keperawatan

Lebih lanjut Aziz (2004) menjelaskan secara rinci mengenai sifat-sifat klien dipandang dari konteks paradigma keperawatan yaitu;

a. Klien bersifat individu

Sasaran pemenuhan kebutuhan dasarnya adalah biopsikososial dan spiritual yang berbeda dengan individu lainnya. Karena itu diharapkan terjadi proses pemenuhan kebutuhan dasar kearah kemandirian.

b. Klien bersifat keluarga

Diartikan sebagai sekelompok individu atau kumpulan dari individu yang saling berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam lingkungan sendiri atau masyarakat, sehingga dalam memberikan perawatan selalu memandang aspek keluarga karena melalui keluarga ini akan dapat diketahui faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan agar tujuan perawatan dalam rangka membantu meningkatkan kemampuan keluarga untuk

(21)

mampu menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri dapat terpenuhi.

c. Klien bersifat masyarakat

Diartikan bahwa melalui masyarakat kemampuan individu dapat dipengaruhi dengan adanya fasilitas pelayanan; kesehatan, pendidikan, tempat rekreasi, transportasi, komunikasi dan sosial, juga dengan adanya keyakinan yang kuat dari masyarakat sehingga pandangan masyarakat sangat diperlukan dalam proses perubahan untuk pemenuhan kebutuhan dasar.

d. Klien sebagai system

Kemudian konsep klien yang lain dalam paradigma keperawatan adalah klien sebagai sistem dimana klien terdiri dari komponen subsistem yang telah membentuk suatu sistem. Sistem tersebut dapat meliputi; sistem terbuka, sistem adaptif, dan sistem personal, interpersonal dan sosial yang secara umum dapat dikatakan sebagai klien secara holistik (utuh). Aziz (2004) menerangkan klien sebagai sistem sebagai berikut;

1) Klien sebagai sistem terbuka

Klien dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan; fisik, psikologis, sosial maupun spiritual sehingga proses perubahan pada klien akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

2) Klien sebagai sistem adaptif

Klien akan merespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan yang akan selalu menunjukkan perilaku adaptif dan maladaptif. Apabila kemampuan merespons lingkungan tersebut baik maka perilaku klien akan menunjukkan perilaku adaptif, tetapi jika kemampuan dalam merespon lingkungan kurang maka perilaku manusia akan menunjukkan perilaku maladaptif. 3) Klien sebagai sistem personal, interpersonal

Manusia memiliki; persepsi, pola kepribadian dan tumbuh kembang yang tidak sama, juga mempunyai kemampuan

(22)

interaksi, peran dan kemampuan yang berbeda, serta memiliki kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dalam pengambilan keputusan dan otoritas dalam masalah atau tugas kesehatan.

3. Kebutuhan Dasar Klien\

Gordon (cit. Ismail, 2008), mengidentifikasi 11 macam pola kesehatan fungsional klien sebagai berikut. Pola ini merupakan parameter yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang spesifik terhadap pemenuhan kebutuhan dasar klien;

a. Persepsi kesehatan atau pengelolaan kesehatan, yang merupakan pola tentang perasaan klien terhadap kesehatan dan bagaimana kesehatan itu diatur.

b. Nutrisi-Metabolisme, deskripsi pola ini adalah tentang pola konsumsi makanan dan cairan sesuai dengan kebutuhan, indikator dari asupan nutrisi.

c. Eliminasi, pola fungsi ekskresi (BAB, BAK, keringat) termasuk persepsi klien tentang fungsi normal.

d. Aktivitas-Latihan, deskripsi pola ini adalah; pola latihan, aktivitas, waktu luang dan rekreasi.

e. Kognitif-Persepsi, merupakan pola sensori-persepsi dan pola kognisi.

f. Tidur-Istirahat, merupakan pola tidur, istirahat dan relaksasi.

g. Persepsi diri atau kosep diri, dijelaskan bahwa pola ini merupakan pola diri klien dan persepsi dirinya.

h. Peran-Hubungan, merupakan pola peran klien terhadap hubungan dan ikatan.

i. Seksualitas-Reproduksi, pola ini merupakan pola kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pola seksualitas (pola reproduksi).

j. Koping atau Toleransi Stress, merupakan pola koping umum dan efektifitas toleransi stress.

k. Nilai-Keyakinan, deskripsi pola ini adalah tentang nilai, keyakinan (termasuk agama).

(23)

1) Pengertian Spiritual

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa (Hamid cit. Setyorini, 2008).

2) Dimensi Spiritualitas

Micley et al. (cit. Munjirin, 2008) menguraikan spiritual sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.

3) Kebutuhan Spiritual

Kozier et al. (1995) mengungkapkan bahwa kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Clinebell (cit Munjirin, 2008) mengidentifikasikan 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia, yaitu;

a) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup itu adalah ibadah.

b) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesame manusia (horisontal) serta alam sekitarnya.

c) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

d) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.

(24)

e) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa, rasa

bersalah dan dosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu; pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain.

f) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self

acceptance and self esteem), setiap orang ingin; dihargai,

diterima, dan diakui oleh lingkungannya.

g) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.

h) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.

i) Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, hubungan dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia juga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alamnya sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam ini.

j) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-nilai religius.

(25)

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan kepada klien Asuhan keperawatan merupakan alat bagi perawat untuk menjalankan; tugas, wewenang dan tanggung jawab kepada klien. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak, yaitu perawat dan klien. Pelaksanaan asuhan keperawatan secara umum bertujuan untuk menghasilkan asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan klien dapat teratasi (Aziz, 2004). Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival klien dan dalam aspek-aspek; pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan (Doengoes,2000). Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Essy Sonontiko tahun 2002 didapatkan data bahwa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan adalah:

1. Kecakapan Intelektual

Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan diberikan tanggung jawab untuk membantu klien dalam mencapai kembali atau meningkatkan kesehatannya, perawat harus mampu berpikir secara kritis dalam upaya memecahkan masalah dan menentukan jalan keluar yang terbaik untuk kebutuhan klien (Potter dan Perry, 2005). Menurut Sonontiko (2002) kecakapan intelaktual memberikan pengaruh sebesar 98,1% dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

2. Kreatifitas Perawat

Kreativitas mencakup berpikir secara orijinal. Hal ini berarti menemukan solusi diluar apa yang dilakukan secara tradisional. Seringkali klien menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan unik (Potter dan Perry, 2005). Dalam penelitian Sonontiko tahun 2002 kreativitas perawat mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan sebesar 98,1%.

3. Ilmu Pengetahuan

Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari pengetahuan; alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan

(26)

perawat untuk berpikir secara kritis tentang masalah keperawatan (Potter dan Perry, 2005). Penelitian Sonontiko tahun 2002 membuktikan bahwa ilmu pengetahuan perawat mempengaruhi asuhan keperawatan yang dilakukan sebesar 98,1%.

4. Percaya diri Perawat

Pemikiran kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa percaya diri. Orang yang mempunyai integritas dan percaya diri dengan cepat berkeinginan mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan kayakinannya (Potter dan Perry, 2005). Dalam penelitian Sonontiko tahun 2002 kepercayaan diri perawat memberikan pengaruh sebesar 98,1% terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

5. Motivasi

Perawat perlu memiliki niat dan kemauan mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat (Potter dan Perry, 2005). Setiap perawat harus mempunyai motivasi yang tinggi agar nantinya didapatkan kinerja yang baik (Sujono dan Hari, 2007). Sonontiko dalam penelitiannya tahun 2002 membuktikan bahwa motivasi mempengaruhi asuhan keperawatan yang diberikan sebesar 100%. Alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan menurut Sonontiko (2002), adalah dengan mengupayakan pendidikan perawat sesuai standard Departemen kesehatan dan memberikan banyak kesempatan pada perawat untuk mengikuti seminar dan pelatihan pelatihan keperawatan.

E. Intensive Care Unit (ICU)

1. Pengertian Intensive Care Unit (ICU)

Ruang rawat di rumah sakit dengan staff dan perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola klien dengan penyakit trauma atau

(27)

komplikasi yang mengancam jiwa (T.E.Oh, 1997). RSUP DR. Sardjito Yogyakarta (2004) mendefinisikan Intensive Care Unit (ICU) sebagai ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi staff dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati klien yang terancam jiwanya oleh kegagalan atau disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau kompilasi yang masih memiliki harapan hidup.

Achsanuddin (2007) menjelaskan bahwa Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa.

2. Tingkatan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit

Arofiati (2008) menyebutkan tingkat atau level Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit, yaitu;

a. Level I (di rumah sakit tipe C dan D); monitoring EKG, resusitasi, ventilator 24 jam.

b. Level II (di rumah sakit tipe B); ventilasi jangka panjang, dokter siaga, vasilitas penunjang kehidupan lengkap.

c. Level III (di rumah sakit tipe A); semua aspek yang dibutuhkan

Intensive Care Unit (ICU) tersedia termasuk pemeriksaan canggih,

perawat spesialis ICU dan semua spesialis lain ada.

3. Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Klien di ruang Intensive Care Unit (ICU)

Kebutuhan klien Intensive Care Unit (ICU) adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti airway (fungsi jalan pernafasan), breathing (fungsi pernafasan), circulation (fungsi sirkulasi), brain (fungsi otak), dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitive Achsanuddin (2007).

PERDACI (Perhimpunan Dokter Intensive Care Indonesia) (2008) mengkategorikan kebutuhan klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) berdasarkan prioritas, yaitu;

(28)

a. Klien prioritas 1

Klien prioritas 1 merupakan klien yang memerlukan terapi intensif seperti; bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinyu. Contoh: klien kelompok ini antara lain; pasca bedah kardiotoraksik, atau klien shock septic.

b. Klien prioritas 2

Klien prioritas 2 ini beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, karenanya pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial catheter sangat menolong. Contoh jenis klien ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar; jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major.

c. Klien prioritas 3

Klien kelompok ini yaitu; antara lain klien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial, temponade, atau sumbatan jalan napas, atau klien yang menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Klien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.

F. Kerangka Konsep

Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada tahap:

1. Pengkajian 2. Diagnosa Keperawatan 3. Perencanaan 4. Implementasi 5. Evaluasi Baik Cukup Kurang Baik Tidak Baik

(29)

G. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah; “Bagaimana persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) pada tahap; pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi?”.

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan penjelasan pada bab II, maka peneliti ingin mengadakan penelitian dengan menggunakan desain penelitian secara non eksperimental atau observasional yaitu meneliti hal yang sudah ada, tanpa melakukan perlakuan yang sengaja untuk membangkitkan suatu gejala atau keadaan (Arikunto, 2002).

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif non eksperimen. Penelitian ini ingin melihat persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah diterapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung, dengan jumlah populasi sebanyak 13 perawat.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana (perawat

asosiet) di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU

Muhammadiyah Temanggung, dengan jumlah populasi sebanyak 13 perawat. Teknik pengambilan sample adalah total sampling yaitu pengambilan seluruh sample dalam populasi yang memenuhi kriteria; bertugas sebagai perawat pelaksana, memiliki pendidikan minimal Diploma III keperawatan dan aktif memberikan asuhan keperawatan. Data yang diperoleh pada tanggal 24 Januari 2009 di ruang Intensive

Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah

(31)

perawat, yang berhasil diambil sebagai sampel sejumlah 12 perawat. Satu orang perawat tidak memenuhi criteria penelitian dikarenakan perawat tersebut bertugas sebagai asisten manajer atau kepala ruangan.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2009 – Februari 2009. Penelitian ini dilaksanakan di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung.

D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU). 2. Definisi operasional

a. Persepsi perawat tentang pelaksanaan pengkajian pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat dalam mengumpulkan data riwayat kesehatan klien dan pemantauan serta pemenuhan kebutuhan klien secara menyeluruh dalam hal spiritualitas. Pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya 76-100%, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%. b. Persepsi perawat tentang pelaksanaan diagnosa keperawatan

pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat untuk memahami permasalahan klien alam hal ketidakmampuan klien mengintegrasikan arti dan tujuan hidup dihubungkan dengan keyakinannya. Diagnosa keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya 76- 100%, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%.

(32)

c. Persepsi perawat tentang pelaksanaan perencanaan pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat dalam menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi demi terciptanya lingkungan yang mendukung praktik keagamaan dan kepercayaan yang biasa dilakukan oleh klien. Perencanaan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya 76-100%, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%.

d. Persepsi perawat tentang pelaksanaan implementasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat dalam membantu klien untuk merasa seimbang dan berhubungan dengan Tuhan. Implementasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya 76-100%, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%. e. Persepsi perawat tentang pelaksanaan evaluasi pemenuhan

kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat dalam memahami klien tentang; apakah klien telah mencapai criteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan aspek spiritual. Evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya 76-100%, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%.

E. Instrumen Penelitian

Data penelitian diperoleh dan dikumpulkan melalui instrumen penelitian berupa kuesioner persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang

Intensive Care Unit (ICU). Kuesioner penelitian ini menggunakan

kuesioner yang sudah baku dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta dinyatakan valid sebagai instrumen penelitian. Kuesioner tersebut

(33)

disusun oleh Munjirin (2008).

Kuesioner diberikan kepada perawat berupa daftar pertanyaan dalam bentuk checklist dengan menggunakan skala Likert berupa jawaban; selalu (SL) dengan skor 5, sering (SR) dengan skor 4, kadang-kadang (KD) dengan skor 3, jarang (JR) dengan skor 2 dan tidak pernah (TP) dengan skor 1. Dari skor diatas akan dibuat prosentase (%) yang kemudian dimasukkan dalam kategori;

1. Baik dengan prosentase; (76%-100%) 2. Cukup dengan prosentase; (56%-75%) 3. Kurang baik dengan prosentase; (40%-55%) 4. Tidak baik dengan prosentase kurang dari 40%

Kuesioner terdiri dari 30 butir pertanyaan yang dijawab oleh responden terkait dengan persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang

Intensive Care Unit (ICU). Kuesioner yang dibuat untuk menggambarkan

persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) berupa pertanyaan yang terdiri dari;

1. Identitas responden yang terdiri dari; nama, bangsal tempat kerja, umur, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

2. Asuhan keperawatan pada aspek spiritual.

Penilaian pada item ini untuk mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) melalui pendekatan proses keperawatan pada aspek pemenuhan kebutuhan spiritual yang meliputi; pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pertanyaan-pertanyaan kuesoner yang diajukan kepada perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) sebanyak 30 butir yang meliputi beberapa aspek seperti tabel berikut;

(34)

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen (kuesioner)

Variable Nomor Item Pertanyaan

Favourable Unfavourable

a Pengkajian 2,3 1

b Penetapan Diagnosa 4

c Perencanaan 5,7 6

d Berdasarkan Nursing Interventions Classification (NIC) menurut

Mc.Closkey & Bulechek (cit. Munjirin, 2008)

8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18

10

E Pelaksanaan, berdasarkan 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia menurut Clinebell (cit. Munjirin, 2008)

19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28

f Evaluasi 30 29

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006).

Untuk menentukan butir kuesioner digunakan rumus Korelasi Product

Moment dari Pearson (Arikunto, 2006), yaitu;

rxy =

Keterangan;

rxy = Koefisien Korelasi Product Moment N = Jumlah responden

Y = Skor Total

X = Pernyataan pada nomor tertentu N XY – (X)( Y)

NX2 – (X2) NY2 – (Y2)  

(35)

Uji validitas telah dilakukan oleh Munjirin (2008) pada 15 perawat yang bertugas di ruang bangsal bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Hasil perhitungan kemudian disesuaikan dengan r product

moment, dari tabel diketahui jika N = 15, rt (5%) = 0,514 maka

instrument dikatakan valid jika nilai rt (5%) ≥ 0,514.

Kuesioner penelitian ini berjumlah 30 butir pertanyaan, menggunakan kuesioner yang dibuat oleh Munjirin (2008) yang telah teruji validitasnya.

2. Reliabilitas

Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 1998). Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2003). Pada penelitian Munjirin (2008) pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Alpha Chronbach digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen kuesioner peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien preoperasi yang diisi oleh perawat (Munjirin, 2008).

Reliabilitas dinyatakan mempunyai rentang 0 sampai 1. Semakin mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Pedoman dalam menggunakan koefisien reliabilitas adalah sebagi berikut;

a. Koefisien alpha antara 0,6 sampai dengan 0,7 reliabilitas cukup. b. Koefisien alpha antara 0,7 sampai dengan 0,8 reliabilitas baik. c. Koefisien alpha lebih dari 0,8 berarti mempunyai reliabilitas yang

sangat baik.

Munjirin (2008) telah melakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner, yaitu dengan nilai 0,977. Kuesioner tergolong memiliki reliabilitas yang sangat baik, sehingga peneliti tertarik untuk menggunakan kuesioner Munjirin (2008) sebagai instrumen penelitian ini yaitu untuk meneliti persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU).

(36)

G. Pengolahan dan Metode Analisis Data

Setelah semua data terkumpul untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data, yang meliputi;

1. Editing data, dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah lengkap.

2. Data dari kuesioner persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) dilakukan skoring, yaitu sebagai berikut; Untuk pertanyaan favourable atau pertanyaan positif jawaban; selalu (SL) diberi skor 4, jawaban sering (SR) diberi skor 3, jawaban kadang-kadang (KD) diberi skor 2, dan jawaban tidak pernah (TP) diberi skor 1. Pertanyaan unfavourable atau pertanyaan negatif, jawaban; selalu (SL) diberi skor 1, jawaban sering (SR) diberi skor 2, jawaban kadang-kadang (KD) diberi skor 3, dan jawaban tidak pernah (TP) diberi skor 4 (Arikunto, 2006).

3. Setelah data dari kuesioner persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) diberi skor, selanjutnya dihitung presentasinya dengan menggunakan rumus;

X SM

Keterangan;

P = Pencapaian presentasi

Σ X = Jumlah skor kuesioner yang diperoleh responden. SM = Skor maksimal

4. Hasil pencapaian presentase dari masing-masing responden secara individu dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif menurut Arikunto (2005), yaitu dinyatakan dengan sebuah predikat baik jika presentasinya 76-100%, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%.

5. Untuk mendapatkan kesimpulan secara umum; skor mentah dari masing-masing responden dijumlahkan untuk mendapatkan skor total,

(37)

kemudian dicari nilai rata-ratanya, yaitu dengan cara membagi jumlah skor total dengan responden yang ada. Dari hasil yang didapat kemudian dihitung pencapaian presentasinya untuk selanjutnya dianalisis menggunakan analisa deskriptif kuantitatif menurut Arikunto (2005) seperti tersebut diatas.

6. Peneliti kemudian menganalisa dan mengambil kesimpulan dari keseluruhan data yang diperoleh.

H. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melindungi kerahasiaan data responden dengan tidak akan membeberkan dimuka umum identitas asli responden. Publikasi penelitian ini hanya akan mencantumkan data hasil observasi dan pengisian kuesioner tanpa mencantumkan data identitas responden. Hak-hak responden untuk menolak atau menerima kerja sama dengan peneliti adalah dijamin karena keikut sertaan responden atas dasar suka rela tanpa paksaan dari peneliti atau pihak lain. Sebelum melakukan penelitian peneliti meminta ijin penelitian pada instansi yang berwenang yaitu Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung.

(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I.Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari tahun 2009 di ruang

Intensive care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah

Temanggung. Subyek penelitian adalah perawat pelaksana (perawat

asosiet) yang melakukan perawatan terhadap klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah

Temanggung. Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut;

Tabel 2. Karakteristik Responden di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung Bulan Januari

Tahun 2012

No. Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan 5 7 41,67 58,33 2 Umur < 30 tahun  30 tahun 8 4 66,67 33,33 3 Pendidikan Terakhir S1 DIII 1 11 8,33 91,67 4 Lama Bekerja < 1 tahun

1-5 tahun >5 tahun 3 7 2 25 58,33 16,67 Jumlah 12 100

Sumber: data primer (telah diolah)

Berdasarkan data pada tabel 2 diketahui bahwa perbandingan responden berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan hampir sama, responden laki-laki sebanyak 41,67%, sedangkan responden perempuan sebanyak 58,33%. Karakteristik responden ditinjau dari umur diketahui bahwa responden terbanyak berumur < 30 tahun yaitu sebanyak 66,67%. Hal ini dikarenakan perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung lebih

(39)

banyak mereka yang berumur kurang dari 30 tahun. Pendidikan terakhir responden paling banyak adalah Diploma III yaitu 91,67%. Karakteristik lama bekerja perawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung terbanyak adalah bekerja selama 1 sampai 5 tahun yaitu 58,33%.

II.Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Klien di Ruang Intensive Care

Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung

Berdasarkan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengukur

persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) yang terdiri dari 30 butir pertanyaan, yang merupakan pendekatan asuhan keperawatan pada aspek spiritual, yaitu terdiri dari; pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut dikategorikan menjadi; baik, cukup, kurang baik dan tidak baik. Secara umum persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) masuk dalam kategori cukup, kemudian peneliti melihat berdasarkan sub variabel asuhan keperawatan pada aspek spiritual. Hasil pengkategorian tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini;

Tabel 3. Persepsi Perawat tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung, Bulan Januari

Tahun 2012 Berdasarkan Instrumen Kuesioner Kepada Perawat Pelaksana No Sub variable Presentase Kategori

1 Pengkajian 78,47% Baik

2 Penentuan diagnose 45,83% Kurang baik

3 Perencanaan 67,36% Cukup

(40)

Berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC) menurut McCloskey & Bulechek (1996)  Berdasarkan 10 butir kebutuhan

dasar spiritual manusia menurut Clinebell (cit. Munjirin, 2008)

77,65% 73,12% Baik Cukup 5 Evaluasi 68,75% Cukup Rata-rata 73,54% Cukup

Sumber: data primer (telah diolah)

Berdasarkan tabel 3 di atas, diketahui bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung yang terdiri dari lima sub variabel, yaitu; pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, secara umum masuk dalam kategori cukup dibuktikan dengan persentase sebesar 73,54%. Perawat pelaksana telah memahami bahwa klien membutuhkan pemenuhan kebutuhan spiritual, sehingga perawat berusaha untuk memenuhinya.

Berdasarkan tabel 3 di atas, diketahui bahwa bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung pada sub variabel pengkajian dan implementasi berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC) menurut McCloskey & Bulechek (1996) masuk dalam kategori baik, yaitu dibuktikan dengan persentase untuk; sub variabel pengkajian sebesar 78,47% dan sub variable implementasi berdasarkan Nursing Intervention

Classification (NIC) menurut McCloskey & Bulechek (1996) sebesar

77,65%. Persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada sub variabel penentuan diagnosa keperawatan masuk dalam kategori kurang baik yaitu ditunjukkan dengan persentase sebesar 45,83%. Sub variable perencanaan, implementasi berdasarkan 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia menurut Clinebell (cit. Munjirin, 2008) dan evaluasi

(41)

keperawatan masuk dalam kategori cukup, yaitu dibuktikan dengan persentase masing-masing; perencanaan sebesar 67,36%, implementasi berdasarkan 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia menurut Clinebell (cit. Munjirin, 2008) sebesar 73,12%, dan evaluasi keperawatan sebesar 68,75%.

Selanjutnya masing-masing sub variabel yang terkait dengan persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung akan dibahas sebagai berikut:

III.Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Sub Variabel Pengkajian

Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada sub variabel pengkajian masuk dalam kategori baik, hal ini menunjukkan bahwa secara umum perawat telah mampu untuk mengidentifikasi masalah klien pada aspek spiritual. Menurut Potter & Perry (2005) bahwa pada tahap pengkajian ini, perawat menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang klien, yang meliputi unsur; bio, psiko, sosio dan spiritual. Adapun sub variable pengkajian selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4. Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Sub Variabel Pengkajian No Butir pernyataaan Prosentase Kategori 1 Perawat melakukan identifikasi

tentang konsep Ketuhanan dan praktik ibadah agama pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU)

95,83% Baik

2 Perawat mengkaji tentang

hubungan antara spiritualitas dan

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen (kuesioner)

Referensi

Dokumen terkait

Slika 2.21: Prikaz organiziranega omrežja kolesarskih poti in spremljajoče infrastrukture Vir: RS, MPZ, DRSC, strategija razvoja državnega kolesarskega omrežja v RS, Ljubljana 2000

upaya lain dalam mencoba mendorong produk olahan berupa fermentasi. Salah satu usulan yang disampaikan oleh Pemda adalah melakukan penerapan Peraturan Daerah tentang

Dengan menggunakan UML kita dapat membuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allh SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran serta rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang selalu terlimpahkan sehingga

kamar mandi” karya Gusmel Riyald, ald, dapat diketahui bahwa d dapat diketahui bahwa drama ini menggunakan rama ini menggunakan alur maju yaitu dari pertama terjadi suatu

Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat variasi perbedaan harga jual obat generik berlogo terendah dan tertinggi di 9 apotek Kabupaten Kubu Raya.Hal ini berarti bahwa

kekurangannya.pendapatan dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan proyek atau pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini peningkatan tarif atau juga