• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Persepsi Mahasiswa Psikologi Terhadap Profesi Psikolog

1. Persepsi

pikirannya, sehingga dengan mengubah persepsi maka realitas juga akan ikut

berubah, karena persepsi sebenarnya adalah realitas itu sendiri (Gunawan dan

Setyono, 2006).

Gibson (1994) berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses

kognitif yang membantu seseorang untuk menyeleksi, mengolah dan

menginterpretasikan stimulus menjadi gambaran yang bermakna dan koheren.

Dalam persepsi, stimulus dapat berasal dari luar maupun dari dalam diri

individu, dan sekalipun stimulusnya sama, jika kerangka acuannya berbeda,

lain akan berbeda. Setiap orang akan mengartikan sendiri stimulus yang

diperolehnya.

Sementara itu, Covey (1997) menggunakan istilah paradigma dalam

menjelaskan persepsi manusia. Paradigma adalah cara manusia dalam melihat,

mengerti dan menafsirkan dunia, yang secara sederhana dapat dianalogikan

sebagai peta. Peta ini sebenarnya adalah suatu mekanisme yang terletak pada

pikiran bawah sadar manusia, yang terbentuk dari pengalaman masa kecil dan

dipengaruhi oleh orang tua serta lingkungannya. Pada akhirnya peta tersebut,

dikenal juga dengan sebutan peta internal, akan mempengaruhi dan

menentukan kualitas hidup manusia, termasuk pikiran, perasaan serta

perilakunya (Covey, 1997, Gunawan dan Setyono, 2006).

Fenomena persepsi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para ilmuwan

psikologi maupun bagi para pemerhati ilmu pengembangan diri sebagai objek

kajian dalam memahami perilaku manusia. Berbagai buku tentang

pengembangan diri atau yang lebih dikenal dengan sebutan self-help selalu

menempatkan persepsi sebagai kajian utama. Alasannya karena persepsi

merupakan kunci yang dapat digunakan untuk membuka gerbang perubahan

(Gunawan dan Setyono, 2006). Sebab salah satu cara yang paling cepat dan

efektif untuk mengubah perilaku individu adalah dengan mengubah persepsi

individu tersebut menjadi lebih positif terhadap diri maupun lingkungan

sekitarnya (Sobur, 2003).

Berdasarkan pengertian mengenai persepsi di atas, maka dapat ditarik

pengindraan dimana stimulus yang diterima diorganisasikan, diinterpretasikan,

dan dinilai berdasarkan pengalaman subjektif individu sehingga menjadi

bermakna bagi individu yang mempersepsikannya. Penafsiran atau interpretasi

yang dilakukan itu selalu melibatkan faktor personal, seperti kebutuhan,

pengalaman masa lalu maupun karakteristik individu yang memberikan

respon. Persepsi ini pada akhirnya dapat mempengaruhi terbentuknya sikap

dan perilaku seseorang.

b. Aspek-Aspek yang Membentuk Persepsi

Menurut Moskowitz dan Orgel (dalam Walgito, 1994), persepsi

merupakan proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang

diterimanya. Proses yang integrated adalah suatu proses dimana seluruh hal

yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan

berfikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu

akan ikut berpengaruh saat seseorang mempersepsi orang lain (Walgito,

1994). Jadi, dalam mempersepsi suatu stimulus, seluruh hal yang ada dalam

diri individu merupakan suatu kesatuan yang saling mempengaruhi.

Filley, House dan Kerr (1976, dalam Spillane dan Yudianti 1987)

mengidentifikasikan tiga aspek utama dalam proses persepsi, yaitu :

1. Seleksi (screening)

Seleksi adalah proses psikologis yang sangat erat

hubungannya dengan pengamatan atas stimulus yang diterima dari

intensitasnya tetapi hanya sebagian kecil yang mencapai kesadaran

individu. Hal ini disebabkan adanya proses penyaringan oleh

indera.

2. Interpretasi

Interpretasi adalah proses pengorganisasian informasi

sehingga mempunyai arti bagi individu

3. Tingkah laku

Tingkah laku adalah reaksi interpretasi dari persepsi

Menurut Peter dan Olson (1999), aspek persepsi terdiri dari :

1. Cipta (Kognitif)

Aspek kognitif mengacu pada tanggapan mental atau

pemikiran. Fungsi utama dari kognitif adalah menginterpretasikan,

memberi makna dan memahami aspek utama pengalaman pribadi

individu sehingga terbentuklah persepsi. Aspek kognitif ini

meliputi :

a. Pengertian

Berfungsi untuk menginterpretasikan atau menetapkan arti

aspek khusus dari lingkungan individu.

b. Penilaian

Berfungsi untuk menetapkan apakah suatu aspek

lingkungan atau perilaku pribadi individu adalah baik atau

c. Perencanaan

Berfungsi untuk menetapkan bagaimana memecahkan suatu

permasalahan atau tujuan.

d. Penetapan

Berfungsi untuk membandingkan alternatif pemecahan

suatu masalah dari sudut pandang sifat yang relevan dan

mencari alternatif yang terbaik.

e. Berpikir

Aktivitas kognitif yang muncul di sepanjang proses di atas.

2. Rasa (Afektif)

Afektif mengacu pada tanggapan perasaan. Perasaan

merupakan salah satu unsur persepsi. Hal ini dikarenakan perasaan

yang ada dalam diri individu akan menentukan persepsi yang

terbentuk. Jika individu memiliki perasaan yang positif terhadap

suatu objek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang

positif juga. Sebaliknya, jika individu memiliki perasaan yang

negatif terhadap suatu objek maka kemungkinan dia akan memiliki

persepsi yang negatif. Ada empat jenis tanggapan yang afektif,

yaitu :

a. Emosi, misalnya cinta, gembira, marah.

b. Perasaan tertentu, misalnya kehangatan, penghargaan,

kepuasan.

d. Evaluasi, misalnya suka, tidak suka, menikmati, jelek.

Dari teori-teori yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa

terdapat beberapa aspek yang membentuk persepsi yaitu aspek seleksi,

interpretasi dan tingkah laku, dimana dalam proses terbentuknya ketiga aspek

tersebut dipengaruhi oleh komponen kognitif maupun afektif dalam diri

individu.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Rakhmat (2001)

mengatakan bahwa persepsi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor fungsional

dan faktor situasional. Faktor fungsional adalah kebutuhan, pengalaman masa

lalu dan hal-hal lain yang bersifat personal, seperti kepercayaan, nilai dan

kebiasaan individu. Faktor situasional adalah segala hal yang menyangkut

objek persepsi atau informasi-informasi mengenai stimulus yang meliputi

penampilan fisik, perilaku verbal maupun perilaku non verbal.

Dua hal penting dari faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi

individu adalah nilai dan kepercayaan. Nilai adalah sesuatu yang dipandang

individu sebagai hal yang penting atau berharga. Nilai merupakan dasar

terbentuknya suatu kepercayaan. Sedang kepercayaan itu sendiri adalah

komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis yang dapat bersifat rasional

atau irrasional (Hohler, 1978, dalam Rakhmat, 2001). Dengan kata lain

kepercayaan merupakan penerimaan akan kebenaran sesuatu atau penerimaan

oleh perasaan pasti yang bersifat emosional atau spiritual (Ensiklopedia

Encarta, dalam Gunawan dan Setyono, 2006). Kepercayaan memberikan

perspektif pada manusia dalam mempersepsi kenyataan, memberikan dasar

bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap

(Rakhmat, 2001).

Sementara Walgito (1994) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi persepsi seorang individu, yaitu:

1. Keadaan individu sebagai perseptor

Keadaan individu sebagai perseptor adalah faktor-faktor yang ada di

dalam diri perseptor itu sendiri, seperti pikiran, perasaan, sudut pandang,

pengalaman masa lalu, daya tangkap, taraf kecerdasan, serta harapan dan

dugaan perseptor.

2. Keadaan objek yang dipersepsi

Keadaan objek yang dipersepsi adalah karakteristik-karakteristik yang

ditampilkan oleh objek baik yang bersifat fisik, psikis maupun suasana.

Seorang ahli yang lain, Siagiar (1989), berpendapat bahwa secara

umum ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi individu, yaitu :

1. Diri individu yang bersangkutan itu sendiri

Apabila individu melihat sesuatu dan berusaha memberikan

interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh karakteristik

individual yang turut berpengaruh seperti sikap, kepentingan, minat,

2. Sasaran persepsi tersebut

Sasaran bisa berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu

biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.

3. Faktor situasi

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi di

mana persepsi itu timbul perlu mendapatkan perhatian. Situasi merupakan

faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi individu.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi individu. Berbagai

penjelasan tersebut pada intinya menyebutkan bahwa persepsi dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor internal atau segala hal yang berasal dari dalam

diri individu itu sendiri, dan faktor eksternal atau segala hal yang berasal dari

luar diri individu tersebut.

d. Syarat-Syarat Terbentuknya Persepsi

Agar individu dapat menyadari dan mengadakan persepsi, ada

beberapa syarat yang perlu untuk dipenuhi (Walgito, 1994) yaitu :

1. Ada objek yang dipersepsi

Objek akan menimbulkan terbentuknya stimulus yang kemudian

diterima oleh alat indera. Stimulus yang datang dari luar langsung

mengenai alat indera. Sementara stimulus yang datang dari dalam

2. Alat indera atau reseptor

Reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu

harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang

diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat

kesadaran, dan sebagai alat respon diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian yang merupakan langkah pertama yang harus dilakukan individu

sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

2. Profesi Psikolog

Dokumen terkait