DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
II. Persepsi tentang mangrove di Pulau Pramuka 1 Apakah bapak/ibu mengetahui tentang mangrove?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah bapak/ibu mengetahui fungsi mangrove?
a. Ya b. Tidak
jika Ya, sebutkan ………. ……….. ……….. 3. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang keberadaan mangrove di P. Pramuka?
a. Ya b. Tidak
4. Menurut bapak/ibu, bagaimana kondisi kondisi mangrove di P. Pramuka?
Lampiran 9 Kuesioner sosial ekonomi masyarakat di Pulau Pramuka (lanjutan)
a. Baik b. Buruk
karena ………..
………..
5. Apakah mangrove di P. Pramuka terdapat upaya pengelolaan? a. Ya b. Tidak bentuk pengelolaannya berupa ………..
………..
siapa pengelolanya ……….
………..
………... (bisa lebih dari 1) 6. Jika pengelolanya bukan masyarakat, apakah masyarakat memiliki peran dan ikut berpartisipasi dalam pengelolaan mangrove di P. Pramuka? a. Ya b. Tidak berupa ………..
………..
7. Apakah terdapat aturan dalam pengelolan mangrove di P. Pramuka? a. Ya b. Tidak jika ya, sebutkan ……….
………..
8. Apakah bapak/ibu merasakan manfaat dari keberadaan mangrove? a. Ya b. Tidak diantaranya ……….
………..
9. Apakah bapak/ibu memanfaatkan secara langsung mangrove di P. Pramuka? a. Ya b. Tidak jika Ya, bentuk pemanfaatannya berupa ………..
………..
………..
10.Apakah terdapat aturan/kesepakatan didalam pemanfaatan mangrove di P. Pramuka? a. Ya b. Tidak jika Ya, sebutkan ………
………..
11.Apakah ada pemanfaat mangrove langsung selain penduduk P. Pramuka? a. Ya b. Tidak jika Ya, darima saja ………
………..
III. Rehabilitasi Mangrove 1. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang rehabilitasi? a. Ya b. Tidak 2. Apakah terdapat program rehabilitasi mangrove di P. Pramuka? a. Ya b. Tidak jika Ya, kapan?...
Lampiran 9 Kuesioner sosial ekonomi masyarakat di Pulau Pramuka (lanjutan) 3. Jika jawaban no. 2 Ya, apakah bapak/ibu terlibat dalam program rehabilitasi
mangrove di P. Pramuka?
a. Ya b. Tidak
jika Ya, kapan? ……… dimana ………. 4. Apakah keterlibatan dalam program rehabilitasi tersebut sukarela dari
masyarakat?
a. Ya b. Tidak
mengapa? ………. ……….. 5. Selain program, apakah masyarakat secara swadaya juga melakukan rehabilitasi
atau kegiatan-kegiatan pelestarian mangrove?
a. Ya b. Tidak
kapan? ………. dimana? .……….. 6. Apakah semua program rehabilitasi mangrove di P. Pramuka dilakukan secara
rutin?
a. Ya b. Tidak
dengan jangka waktu ………... 7. Apakah metode dan teknik penanaman mengrove dalam program rehabilitasi di
P. Pramuka sudah benar?
a. Ya b. Tidak
metode apa? ………. teknik apa? ……….. 8. Apakah program rehabilitasi mangrove di P. Pramuka sudah efektif?
a. Ya b. Tidak
mengapa? ………. ………... 9. Apakah ada tindak lanjut setelah program rehabilitasi dilakukan?
a. Ya b. Tidak
berupa apa? ……….. ……….. 10.Apakah program rehabilitasi yang ada dianggap berhasil (mangrove dapat
tumbuh dan berkembang)?
a. Ya b. Tidak
mengapa? ………
……….. IV. Saran
1. Bagaimana seharusnya peran dan keterlibatan masyarakat terhadap pengelolaan mangrove di P. Pramuka?
……….. ……….. ……….. 2. Bagaimana seharusnya peran dan keterlibatan masyarakat terhadap program
rehabilitasi mangrove di P. Pramuka?
Lampiran 9 Kuesioner sosial ekonomi masyarakat di Pulau Pramuka (lanjutan)
………..
………..
3. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dan instansi terkait dalam pengelolaan mangrove di P. Pramuka? ………..
………..
………..
4. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dan instansi terkait dalam rehabilitasi mangrove di P. Pramuka? ………..
………..
………..
5. Bagaimana seharusnya program-program rehabilitasi yang dianggap benar dan efektif untuk dilakukan di P. Pramuka? ……….. ……….. ……….. Catatan: ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………
Lampiran 10 Tahapan-tahapan rehabilitasi mangrove Tahapan-tahapan rehabilitasi mangrove (Hilmi 2009): 1. Perencanaan Rehabilitasi Mangrove
Perencanaan rehabilitasi meliputi kegiatan persiapan, inventarisasi dan identifikasi, rencana teknis, pengukuran lapangan dan pemetaan.
1) Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi penyusunan rencana kerja, penyediaan alat dan bahan (patok batas lokasi, bambu atau kay awet berukuran 1,75 m dan cat). 2) Inventarisasi dan Identifikasi
Inventarisasi dan identifikasi dilakukan untuk mendapatkan (1) data fisik berupa tinggi air pasang, kestabilan tanah, salinitas, kondisi topografi, iklim, (2) data biologi dengan melihat penutupan vegetasi dan tanda-tanda permudaan alam, (3) data ekonomi.
3) Rancangan teknis
Rancangan teknis meliputi (1) tata letak dan fasilitas pendukung berupa luas dan letak lokasi penanaman, pembagian petak tanaman, luas dan letak calon lokasi persemaian, luas dan letak calon lokasi basecamp, letak saluran air, (2) penetapan jenis tanaman yang ditentukan berdasarkan permudaan alam jenis mangrove di areal rehabilitasi, ketersediaan benih, kesesuaian lahan penanaman, pengukuran tinggi air pasang surut dan salinitas.
2. Penyediaan Benih dan Pengunduhan Benih
Benih diambil melalui kegiatan pengunduhan benih, kemudian dilakukan pengumpulan benih, penanganan benih, seleksi benih, penyimpanan dan pengangkutan benih.
1) Pengunduhan benih 2) Seleksi benih
Seleksi benih dilakukan melalui kegiatan penyortiran benih untuk jenis Rhizopora spp. dan Bruguiera spp. Benih yang dipilih adalah benih yang tidak busuk, tidak dimakan serangga, benih yang propagulnya panjang dengan diameter yang lebih besar, benih sehat dengan corak hijau tua, benih tidak patah dan tidak terlalu bengkok.
3) Pengangkutan dan penyimpanan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) tetap membiarkan perikarp (struktur seperti tudung yang terletak di atas kotiledon tetap menutupi plumula) menutupi dan melindungi plumula yang merupakan tunas muda, selama pengangkutan dan penanganan,b) setelah pengumpulanbenih disimpan di bawah naungan dan daun nipah untuk mencegah hilangny air dari benih yang terlalu banyak terutama pada saat hari panas, c) mengikat benih dalam ikatan (50-100 benih perikat), (d) selama pengangkutan benih harus ditempatkan dalam posisi horizontal, diselimuti karung goni lembab atau daun-daun nipah dan dihindarkan dari sengatan matahari dengan waktu penyimpanan tidak lebih dari 10 hari.
4) Teknik Persemaian Mangrove a) Kebutuhan Bibit
Jumlah bibit yang diperlukan tergantung dari jumlah areal yang akan ditanami dan jarak tanam yang direncanakan ditambah 20% untuk keperluan penyulaman.
Lampiran 10 Tahapan-tahapan rehabilitasi mangrove (lanjuta) b)Kebutuhan Benih
c) Kebutuhan Bedeng Tabur
Bedeng tabur biasanya dibuat dengan ukuran 5 x 5 m dengan jarak tanam benih tabor adalah 1 x 1 cm.
d)Kebutuhan Bedeng Sapih
Ukuran sedeng sapih sama dengan bedeng tabor, yaitu 5 x 1 m. Untuk menghitung bedeng sapih tergantung ukuran plastic, misalnya ukuran 10 x 15 m dengan garis tengah 6 cm. Maka dalam satu bedeng sapih 5 x 1 m dibutuhkan 1.389 kantong plastik, sehingga untuk menampung 2.000 bibit maka diperlukan bedeng sapih sebanyak 15 bedeng.
e) Menghitung Luas Bedeng
Luas bedeng baik bedeng tabor maupun bedeng sapih perlu dihitung, karena akan menentukan luas lahan secara keseluruhan, dengan rumus: Luas bedeng = (jumlah bedeng tabor + jumlah bedeng sapih) x 5 m2 f) Menghitung Jumlah Kantong Plastik
Ukuran kantong plastik bermacam-macam misalnya 10 x 15 cm, 12 x 20 cm, 15 x 20 cm.
g)Menghitung Jumlah Tenaga Kerja h)Kebutuhan Media Semai
Komposisi media semai sangat bervariasi, tapi pada dasarnya harus memenuhi syarat diantaranya ringan, kompak, cukup nutrisi dan bebas hama dan penyakit. Komposisi media dapat berupa top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan yang cukup bervariasi.
Untuk media semai anakan mangrove dapat digunakan (1) tanah lumpur, (2) campuran tanah mineral, pasir, dan pupuk kandang (kompos) dengan perbandingan 1 dan 2 (tanah): 1 atau 2 (pasir): 1 (pupuk kandang atau kompos).
i) Pemilihan Lokasi Persemaian
Lokasi persemaian dipilih denga syarat sebagai berikut: tapak relative keras, dekat dengan pasanag surut air laut, akumulasi garam tidak terlalu tinggi, bebas dari ombak, angin kencang dan banjir, aksesibilitas bagus, dekat sumber tenaga kerja, dekat dengan sumber benih dan areal penanaman.
Lampiran 11 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 (Lampiran 3: Baku mutu air laut untuk biota laut)
No. Parameter Satuan Baku Mutu
Fisika 1. Kecerahana m Coral: >5 Mangrove: - Lamun: >3 2. Kebauan - Alami3 3. Kekeruhana NTU < 5
4. Padatan tersuspensi totalb mg/l Coral: 20
Mangrove: 80 Lamun: 20
5. Sampah - Nihil1(4)
6. Suhuc oC alami
7. Lapisan minyak5 - Nihil1(5)
Kimia
1. pHd - 7-8,5(d)
2. Salinitase ‰ Alami3(e)
Coral: 33-34(e) Mangrove: s/d 34 (e) Lamun: 33-34(e)
3. Oksigen terlarut (DO) mg/l >5
4. BOD5 mg/l 20 5. Amonia total (NH3-N) mg/l 0,3 6. Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015 7. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008 8. Sianida (CN-) mg/l 0,5 9. Sulfida (H2S) mg/l 0,01
10. PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003
11. Senyawa fenol total mg/l 0,002
12. PCB total (poliklor bifenil) μg/l 0,01
13. Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1
14. Minyak & lemak mg/l 1
15. Pestisidaf μg/l 0,01
16. TBT (tributil tin)7 μg/l 0,01
Logam terlarut
17. Raksa (Hg) mg/l 0,001
18. Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,005
19. Arsen mg/l 0,012 20. Kadmium (Cd) mg/l 0,001 21. Tembaga (Cu) mg/l 0,008 22. Timbal (Pb) mg/ 0,008 23. Seng (Zn) mg/l 0,05 24. Nikel (Ni) mg/l 0,05 Biologi 1. Coliform (toltal)g MPN/100 ml 1000(g)
2. Patogen Sel/100 ml Nihil1
3. Plankton Sel/100 ml Tidak bloom6
Radio Nuklida
Lampiran 11 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 (Lampiran 3: Baku mutu air laut untuk biota laut) (lanjutan) Catatan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisis mengacu pada metode analisis untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01mm.
6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri.
7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal.
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 oC dari suhu alami
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman
Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd