• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel

Tidak Puas Puas Amat Puas Jumlah Senang 8 10 10 7 7 8 25 Kecewa 7 5 10 13 3 2 20 Jumlah 15 20 10 45 fh = fh1 = = = 8,33 fh4 = = = 6,66 fh2 = = = 11,11 fh5 = = = 8,88 fh3 = = = 5,55 fh6 = = = 4,44 No. fo fh fo – fh (fo – fh)2 1. 8 10 -2 4 2,5

2 10 7 3 9 1,28 3 7 8 -1 1 0,125 4 7 5 2 4 0,8 5 10 13 -3 9 0,69 6 3 2 1 1 0,5 62 X2 = = 5,895 Jadi, X2hitung = 5,895 Hipotesis yang diuji :

Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI di SMP PGRI 12 Jakarta.

H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI di SMP PGRI 12 Jakarta.

Kriteria pengujian : Tolak Ho jika X2hitung≥ X2tabel X2tabel = X2 (1-α) (baris -1) (kolom -1) Untuk α = 0,05 dan db = (2-1) (3-1) = 2 Maka X2tabel = X2(0,95)(2) = 5,991

Karena X2hitung < X2tabel maka Ho diterima

Artinya = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI di SMP PGRI 12 Jakarta

63 D. Interpretasi Data

Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam di sekolah SMP PGRI 12 Jakarta:

1. S: Bagaimana Proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di kelas, apakah sudah berjalan baik(efektif)? Jelaskan

R: Proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik, sesuai acuan dan kurikulum yang berlaku

2. S: Apakah bapak dalam mengajar mempunyai startegi khusus agar siswa paham? Jelaskan!

R: Setiap guru mempunyai startegi atau trik khusus agar siswa-siswi senang belajar dengan gurunya, disamping kesesuaian denagn tujuan dan teknik mengajar yang tepat juga pendekatan kepada siswa sangat dititik beratkan, agar apa yang menjadi kendala siswa kita dapat mengetahui dan menjelaskannnya.

3. S: Apakah bapak mencontohkan kepada siswa prilaku yang baik? Jelaskan!

R: Tentu saja, sebagai guru agama menjadi figur bukan hanya kepada siswa-siswi, tapi juga kepada teman sejawat dan guru-guru lainnya.

4. S: Apakah bapak sebelum mengajar menyiapkan rencana pada malam harinya? Jelaskan!

R: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah disusun dan disiapkan sedemikian rupa agar apa yang kita harapkan tercapai dan sejak tahun ajaran baru.

63 Untuk kesiapan mengajar kita melihat pokok bahasan apa yang kita akan ajarkan esok hari.

5. S: Apakah bapak dalam mengajar tidak terfokus pada RPP? Jelaskan!

R: Kalau kita sudah punya rencana dan rencana itu sudah disusun sedemikian rupa sesuai dengan acuan dan petunjuk tentu kita harus berpedoman kepada acuan tersebut seperti halnya ketika kita mengajar kita mempunyai tujuan, yaitu agar siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan dengan baik.

6. S: Apakah siswa sudah merasakan manfaat dari materi yang bapak sampaikan? Jelaskan!

R: Tentu saja. Siswa sangat merasakan manfaatnya dari pelajaran yang saya berikan. Contohnya saja ketika siswa membaca al-Qur’an belum mengetahui hukum bacaannya, tetapi setelah siswa mempelajari hukum bacaan al-Qur’an (tajwid) siswa tersebut memba nya lebih baik (lebih lancar dan fasih)

7. S: Apakah bapak humoris dalam mengajar? Jelaskan!

R: Terkadang humoris, menggugah perasaan kurang senang atau suka menjadi suka itu tidak mudah, perlu wawasan yang cukup untuk dapat membuat siswa tertawa. Oleh karenanya guru perlu mengambil pelajaran cerita-cerita keagamaan yang menarik perhatian siswa

8..S:Apakah bapak memberi kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pemahamannya tentang Pendidikan Agama Islam? Jelaskan!

R: Tentu saja, setiap pelajaran yang saya berikan, saya selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi atau pelajaran yang belum mereka (siswa) mengerti.

9. S: Apakah bapak menjadi partner dalam belajar dengan siswa? Jelaskan!

R: Ya, sedapat mungkin kita berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap siswa, sebagai figur yang mereka anggap baik untuk dijadikan panutan dan teman terdekatnya.

10.S:Apakah bapak memberi penghargaan atau hukuman dalam proses KBM? Jelaskan!

64 R: Jika kita mendapati siswa yang mempunyai prestasi dengan hasil belajar yang baik, kita beri dia pujian dan motivasi agar lebih giat lagi belajarnya. Tetapi jika kita mendapati siswa yang nakal melebihi kewajaran tentu kita berikan mereka nasihat dan teguran agar mereka tidak mengulanginya kembali.

11. S: Bagaimana cara bapak dalam menyampaikan materi sesuai kebutuhan siswa yang ada di kelas? Jelaskan!

R: Materi-materi yang akan disampaikan itu telah diberi tahu kepada siswa di awal tahun ajaran. Adapun cara menyampaikannya sesuai prosedur yang ada berdasarkan RPP, hanya saja dalam menyampaikan pelajaran tersebut kita melihat situasi dan kondisi serta kemampuan siswa yang menerimanya yaitu yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kalaulah sesuai dengan kebutuhan mereka pasti mereka senang. 12. S: Apakah bapak dalam mengajar terpaku pada RPP? Jelaskan!

R: Dalam mengajar tidak terpaku pada RPP saja, kita bisa menyesuaikan dengan kondisi pada saat kita mengajar. Misalnya ketika siswa sudah mulai jenuh menulis atau membaca maka kita jangan memaksakan diri siswa untuk mengerjakannya.

13. S: Apakah dalam KBM bapak terpaku pada materi yang di ajarkan? Jelaskan! R: Tidak, kita bisa mengambil atau memasukkan materi lain yang sesuai dengan pelajaran tersebut. Misalnya mengambil atau menceritakan sejarah-sejarah yang masih ada kaitannya dengan pelajaran.

14. S: Bagaimana cara bapak membagi perhatian kepada siswa? Jelaskan!

R:Ketika kita mengajar, maka perhatian kita terfokus kepada siswa-siswi, kegiatan yang kita lakukan harus mengacu kepada semangat belajar siswa, sehingga akan lebih aktif dan efektif dalam proses belajar mengajar.

15. S:Apakah bapak memberi kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan masalahnya terhadap KBM? Jelaskan!

R:Setiap pelajaran yang saya berikan, saya selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menayakan hal-hal apa yang belum dimengerti, atau ada kesulitan. Disitu peran guru sangat dibutuhkan untuk membantu siswa menyelesaikan persoalan siswa tersebut.

65 16. S: Apakah bapak peduli jika ada siswa yang mempunyai masalah dalam belajar PAI?

R: Tentu saja, kita harus peduli. Sebab jika kita kurang peduli terhadap kesulitan siswa tersebur. Maka boleh dibilang guru itu kurang berhasil dalam mengajarnya.

17.S: Apakah dalam mengajar bapak menggunakan pendekatan Preskriptif (perintah/hanya memberi petunjuk atau ketentuan)?Jelaskan!

R: Tentu saja, kalau kita ingin mencapai suatu tujuan, cara yang akan ditempuh untuk memperoleh tujuan tersebut adalah tolak ukur keberhasilan kita. Kalau salah menggunakan cara tersebut tentu hasilnya tidak bisa kita harapkan.

Hasil wawancara di atas dapat membuktikan bahwa persepsi siswa dalam Pendidikan Agama Islam tidak begitu memberikan hubungan yang signifikan terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.Ini disebabkan karena adanya beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi (kepuasan) siswa terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam. Antara lain faktor-faktor yang menjadi penghambat yaitu pengaruh karakteristik guru, guru kurang berperan sebagai mediator antara pengetahuan dan keterampilan dengan siswa yang membutuhkannya, sangat bergantung pada hasil proses belajar mengajar.Karateristik intelektual guru yang tidak meliputi kemampuan ranah cipta bawaan dan yang nyata.Kurangnya daya kreatifitas guru, banyak guru agama yang masih menggunakan metode ceramah saja, saharusnya para guru bisa menyesuaikan metode yamg mereka gunakan dengan materi yang akan dia sampaikan.Kurangnya ranah karsa guru yang meliputi tingkat minat, keadaan emosi dan sikap minat terhadap siswa dan mata pelajaran sendiri. Selanjutnya salah satu faktor yang menghambat yaitu dari siswa itu sendiri yang kurang fokus terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, selain itu kurangnya kematangan mental dan kecakapan intelektual siswa yang meliputi kecerdasan umum, bakat dan kecerdasan ranah cipta yang diperoleh lewat pengalaman belajar.Kurangnya kondisi jasmani dan kecakapan ranah karsa yang meliputi kekuatan, kecepatan, koordinasi antar anggota badan dan sebagainya.

66 Sedangkan faktor pendukung keberhasilan proses belajar mengajar yaitu salah satunya dilihat dari usia guru. Hal ini berhubungan dengan bidang tugas yang diemban, misalnya pengajaran yang berorientasi pada penanaman budi pekerti akan lebih cocok bila dilakukan oleh guru yang berusia relatif lebih tua dari guru-guru lainnya.Selanjutnya kecakapan ranah karsa guru, seperti tingkat kepasihan berbicara, tingkat kecermatan menulis dan memperagakan keterampilan-keterampilan lainnya.Fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar, misalnya adanya musollah untuk praktik shalat, kelas yang luas sehingga siswa dapat leluasa bergerak, setiap siswa diharuskan mempunyai buku paket, untuk mempermudah mereka lebih memahami pelajaran

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan di SMP PGRI 12 Jakarta, menyimpulkan bahwa tidak adanya hubungan persepsi siswa terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam. Karena X2hitung < X2tabel maka Ho diterima

Xhitung = 5,895 Xtabel = 5,991

Artinya tidak ada hubungan antara persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI di SMP PGRI 12 Jakarta.Dan dapat dikatakan pelanggan disini merasa tidak puas dengan pengajaran Pendidikan Agama Islam, dilihat dari fakor-faktor penghambat keberhasilan yaitu pengaruh karakteristik guru, guru kurang berperan sebagai mediator antara pengetahuan dan keterampilan dengan siswa yang membutuhkannya, sangat bergantung pada hasil proses belajar mengajar.Karateristik intelektual guru yang tidak meliputi kemampuan ranah cipta bawaan dan yang nyata.Kurangnya daya kreatifitas guru, banyak guru agama yang masih menggunakan metode ceramah saja, seharusnya para guru bisa menyesuaikan metode yamg mereka gunakan dengan materi yang akan dia sampaikan.Kurangnya ranah karsa guru yang meliputi tingkat minat, keadaan emosi dan sikap minat terhadap siswa dan mata pelajaran sendiri.

68 Selanjutnya salah satu faktor yang menghambat yaitu dari siswa itu sendiri yang kurang fokus terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, selain itu kurangnya kematangan mental dan kecakapan intelektual siswa yang meliputi kecerdasan umum, bakat dan kecerdasan ranah cipta yang diperoleh lewat pengalaman belajar.Kurangnya kondisi jasmani dan kecakapan ranah karsa yang meliputi kekuatan, kecepatan, koordinasi antar anggota badan dan sebagainya.

Sedangkan faktor pendukung keberhasilan proses belajar mengajar yaitu salah satunya dilihat dari usia guru. Hal ini berhubungan dengan bidang tugas yang diemban, misalnya pengajaran yang berorientasi pada penanaman budi pekerti akan lebih cocok bila dilakukan oleh guru yang berusia relatif lebih tua dari guru-guru lainnya.Selanjutnya kecakapan ranah karsa guru, seperti tingkat kepasihan berbicara, tingkat kecermatan menulis dan memperagakan keterampilan-keterampilan lainnya.Fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar, misalnya adanya musollah untuk praktik shalat, kelas yang luas sehingga siswa dapat leluasa bergerak, setiap siswa diharuskan mempunyai buku paket, untuk mempermudah mereka lebih memahami pelajaran.

B. Saran-Saran

Berdasarkan uraian dsi atas, penulis menyumbangkan saran agar segenap jiwa dan raga sedapat mungkin guru memposisikan sebagai seorang teman bagi siswa. Pada proses pembelajaran sehari-hari,masuki dunia siswa dengan membuka kegiatan pembelajaran dengan mengaitkan materi pembelajaran, yang sudah ataupun yang akan dikaji, dengan pengalaman kehidupannya (contextual learning). Hal demikian perlu dilakukan agar antara guru dan siswa pada setiap tatap muka senantiasa terbentuk ikatan emosi.

Perlu kita sadari bahwa ketika proses pembelajaran berlangsung seluruh aspek kejiwaan siswa dan guru terlibat. Bukan hanya fisik pikiran, perasan, pengalaman, bahasa tubuh, dan emosippun terlibat. Ini menunjukkan bahwa setiap pembelajaran, prosesnya tidak sederhana yang kita bayangkan selama ini. Wajar saja bila pada awal pembelajaran guru memasuki ruang belajar dengan

69 wajah yang merengut atau suram, proses pembelajaran dapat diperkirakan berlangsung dalam suasana yang menegangkan dan melelahkan.

Siswa tidak akan berani bertanya apalagi mengemukakan suatu pendapat yang berbeda dengan sang guru. Suasana demokrasi akan lenyap. Selama pembelajaran berlangsung jiwa siswa berada dalam ketidaknyamanan. Pembelajaran tidak menghasilkna apa-apa bagi siswa.

Sebaliknya, ketika seorang guru memasuki ruang belajar dengan wajah ceria dan menampilkan seuntai senyuman, suasana pembelajaran akan berbeda 180 derajat dibanding dengan suasana pertama. Oleh guru yang kedua, rasa senang belajar akan tumbuh dalam diri siswa. Kedekatan guru dengan siswa mulai terbangun dan kaitan emosi terjalin.

Setelah kaitan emosi terjalin, saatnya seorang guru mulai membawa suswa kedunia guru. Apapun materi yang disajikan (konsep, teori, topik, rumus dll) dan dieksplorasi lebih mudah dipahami siswa. Otomatis pembelajaran melibatkan seluruh aspek kejiwaan siswa dan guru. Bila ini terjadi semua materi yang dipelajari akan dirasakan kebermaknaannya oleh siswa. Guru akan semakin berkembang wawasan dan pengalamannya melalui proses tersebut.

Selanjutnya diperlukan suasana kelas yang menyenangkan dan santai. Menyenangkan berarti suasana kelas penuh diliputi dengan nuansa demokrasi. Siswa bebas menyampaikan gagasan dalam berpendapat .

Siswa tidak diliputi rasa takut dalam menmyampaikan pertanyaan. Demikian juga guru dalam merespon pendapat siswa senantiasa menanggapi dengan gaya dan bahasa penuh motivasi dan empati. Pun dalam menjawab pertanyaan dari siswa tidak langsung menjudge salah atau benar. Libatkanlah siswa lainnya untuk berusaha menjawab per tanyaan dari kawannya.

Suasana yang santai dapat diciptakan bila guru menyadari bahwa materi pelajaran yang dipelajari akan melekat lebih lama dalam otak siswa bila suasana tidak kaku dan tidak serba prosedural. Lagi pula agar materi yang akan dikaji lebih bermakna bagi anak, rasanya dalam suasana santai akan lebih terasa.

70 Dalam suasana santai proses pengendapan berlangsung lebih lama karena materi yang diterima akan bersentuhan dengan pengetahuan sehimpun yang berseliweran dalam otak siswa. Juga proses mengeksplorasi materi pembelajaran menjadi lebih mendalam. Dalam suasana demikian refleksi akan menjadi bagian terdalam pembelajaran. Sampai siswa menjadi terbiasa berujar dalam benaknya ”aku ngerti lho”, ” aku tau maknanya”, ”wow aku bisa”.

Dengan terciptanya ikatan emosi antara siswa dan siswa, guru dan siswa, hasil pembelajaran akan lebih mendalam dan bermakna.Bila dalam pembelajaran guru melangkah sampai ketahap belajar menjadi, siswa akan terbiasa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan disekolah. Saat menghadapi tes, siswa tidak akan menggunakan metode SKS (Sistem Kebut Semalam)lagi karena dalam dirinya sudah tertanam kemampuan memotivasi diri dan percaya diri. Siswa akan terbiasa seimbang dalam berpikir kreatif, analisis dan praktis.

Selain mengembangkan kebiasaan bersosialisasi dalam membentuk komunitas belajar, guru juga diharapkan mengajar penuh dengan kreatifitas, inovasai dan mampu mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan santai. Guru mampu memahami dan menerapkan berbagai metode atau model mengajar yang variatif. Contohnya CTL, Jigsaw, Quantum Learning, Quantum Teaching dll.

Dengan mengkreasikan dan megimplementasikan model atau metode tersebut jalinan emosi positif yang dilalui dalam pembelajaran akan saling bersinergi dengan pengalaman emosi yang sudah tertanam dalam diri siswa. Ini yang mengakibatkan mulai terbentuknya rasa senang dalam belajar.

71 DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Ahmad Rohani dan Abu, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995). Cet. 2.

Al-Bagdadi, Abdurrahman, Sistem Pendidikan di Masa Khalifah Islam, (Surabaya: Al-Izzah, 1996). Cet. 1.

Bayrakli, Bayraktar, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta: Inisiasi Press, 2004). Cet.1.

Bulatau, J, Teknik Diskusi Berkelompok, (Jogjakarta : Kanisius, 1971).

Darajat, Zakiah, Dr,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).

Departemen Pendidikan dan budaya, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995). Cet. 7.

Dirgagunarsa, Singgih, Pengantar Psikologi, (Jakarta:Sumber Widya, 1993).

Sadily, Hasan,dan Jhon M.Echols, Kamus Inggeris Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia, 2003).

Majid, Abdul, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).

Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).Cet. 1. Miftah, Thoha, “Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya”, (Jakarta:Raja

Grafindo Persada).

Nata, Abuddin, Prof, Dr, MA, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: UIN Press, 2005).

Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen IAIN Jakarta, 1985).

Ramayulis, Metodologi PAI (Jakarta: Kalam Mulia, 2005).

Sabri, Ahmad, Strategi Belajar dan Micro Teaching, (Jakarta: Quantum Teaching, 2007). Cet. 2.

Sabri, M. Alisuf, Pengantar Psikologi dan Perkembangan, (Jakarta:Pedoman Jaya, 1993).

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004).Cet. 11.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta:Bulan Bintang, 2000).

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, ( Jakarta: Lentera Hati, 2002).

Shaleh, Abdurrahman, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:Prenada Media, 2004).

Shaleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi, dan Aksi, (Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000).

Siagian, Sondang P, Teori Motivasi dan Aplikasi, (Jakarta:Bina Aksara, 1990).

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2003).

72 Soekamto, Sarjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1995).

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1995).

Tafsir, Ahamd, Metodik Khusus PAI, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1990). Cet.1. Tim Disbintalad, al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta:Sari Agung 2005).

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003). Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Jogjakarta: Andi Offset, 1993).

Lampiran 1

Angket

Untuk siswa/i SMP PGRI 12 Jakarta tentang

Persepsi siswa terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Nama Siswa : ... Jenis Kelamin : ...

Kelas : ... Alamat :...

Petunjuk pengisian: Berilah Tanda silang (X) salah satu huruf a, b, c, d, sesuai dengan pilihan kamu.

1. Setiap ada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), saya masuk kelas dan ikut belajar.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

2. Saya senang ketika pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai 3. Siswa diajak guru untuk berdiskusi secara kelompok.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

4. Saya diajarkan guru tata cara sholat dengan praktek langsung di depan kelas. a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai 5. Guru saya asyik diajak diskusi di dalam kelas.

a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai 6. Di kelas, guru saya santun bertutur kata.

a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai

7. Saya melihat guru Pendidikan Agama Islam (PAI), menerangkan tanpa melihat dan membaca buku.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

8. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) menulis ayat Al-Qur’an di papan tulis.

a. selalu c. jarang

b. Kadang-kadang d. tidak pernah

9. Dalam mengajar, guru Pendidikan Agama Islam (PAI), menjelaskan pelajaran tanpa istirahat.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

10.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) saya mengajarkan apa yang ada didalam buku paket.

a. selalu c. jarang

11.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), dalam menjelaskan memberikan contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

12.Materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berguna dalam kehidupan sehari-hari.

a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai

13.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) menjelaskan pelajaran dengan bahasa yang mudah dipahami dan dapat saya mengerti.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

14.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), menggunakan humor dalam mengajar.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d tidak pernah

15.Siswa diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya pada saat belajar Pendidiakn Agama Islam (PAI).

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah 16.Guru saya memperhatikan semua siswa di kelas.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

17.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), membimbing siswa yang belum mengerti pelajaran yang telah disampaikan.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

18.Guru miminta siswa untuk berkomentar/berpendapat tentang pengajaran di kelas.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

19.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)memberi hukuman bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

20.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memberi pujian bagi siswa yang mengerjakan tugas dengan benar

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

21.Saya belum mengerti tata cara shalat Fardu, kemudian bertanya kepada guru Pendidikan Agama Islam (PAI), kemudian di jelaskan.

a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai

22.Guru menjelaskan pelajaran sesuai kebutuhan saya. a. sangat sesuai c. tidak sesuai

23. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) saya mengajar dengan ceramah, tanya jawab dan diskusi.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

24.Saya bertanya mengenai pokok bahasan yang belum mengerti, kemudian guru memerintahkan saya untuk mendiskusikannya.

a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai

25.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), menjelaskan dengan membaca buku.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

26. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) saya, tidak bisa menjawab pertanyaan dari siswa.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

27.Materi pelajaran yang diajarkan guru Pendidikan Agama Islam (PAI), sudah sama seperti yang ada di buku paket saya.

a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai

28.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) saya menjelaskan dari awal sampai akhir pelajaran.

a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai

29.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) saya hanya memperhatikan siswa yang pandai.

a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai

30.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) saya sering acuh/ cuek pada terhadap siswa yang duduk di belakang.

a. sangat sesuai c. tidak sesuai

b. sesuai d. sangat tidak sesuai

31.Guru memperhatikan masalah saya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

32.Guru membantu saya dalam mengerjakan soal yang belum dimengerti dalam Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

33.Siswa diperintah guru mengerjakan LKS, kemudian guru meninggalkan ruang kelas.

a. Selalu c. jarang

34.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memperintahkan siswa untuk menulis pelajaran di papan tulis, kemudian siswa yang lain mencatat.

a. selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

35.Setiap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) guru menjelaskan dengan ceramah.

a. Selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

36.Saya bosan dengan cara mengajar Pendidikan Agama Islam.

a. Selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

37. Saya merespon stiap pengajaran guru Pendidikan Agama Islam a. Selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah

38. Pengajaran PAI membuat saya lebih baik dalam bertutur kata dan berprilaku a. Selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah 39. Pengajaran PAI tidak menggugah rasa ingin tahu siswa a. Selalu c. jarang

b. kadang-kadang d. tidak pernah 40. Guru PAI tidak berinovasi dalam mengajar a. Selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah

Dokumen terkait