PERSEPSI SISWA TERHADAP PROSES
PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI) DI SMP PGRI 12 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama
Islam (S. Pd. I)
Dosen Pembimbing :
Oleh :
YUNI NURHAYATI 105011000210
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PERSEPSI SISWA TERHADAP PROSES
PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI) DI SMP PGRI 12 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama
Islam (S Pd. I)
Oleh : Yuni Nurhayati NIM : 105011000210
Di bawah Bimbingan:
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA NIP :195408021985031002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
2010 M/ 1431 H
Lembar Pengesahan Panitia Ujian
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: Persepsi Siswa Terhadap Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP PGRI 12 Jakarta.
Diajukan kepada Fakukltas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada 14 Juni 2010 dihadapan dewan penguji, karena itu penulis berhak memperoleh gelar S 1 (S. Pd. I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 15 Juni 2010 Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Kepala Jurusan/Prodi Studi), Tanggal Tanda Tangan
Bahrissalim, M.Ag
NIP : 196803071998031002 20-10-2010
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Sapiudin Siddiq, M.Ag
NIP : 196703282000031001 23-6-2010
Penguji I
Prof. Dr. Armai Arief, MA
NIP : 150227748 23-6-2010
Penguji II
Dr. Zaimuddin, M.Ag
NIP : 195907051991031002 20-10-2010
Prof. Dr. Dede Rosyada NIP : 195710051987031003 LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Yuni Nurhayati
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 01- 08- 1986
Nim : 105011000210
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Persepsi Siswa Terhadap Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP PGRI 12 Jakarta
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S 1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 31 Mei 2010
i
ABSTRAKSI
Nama : Yuni Nurhayati Nim : 105011000210
Fak/Jurusan : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : Persepsi Siswa Terhadap Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP PGRI 12 Jakarta
Skripsi yang penulis buat berjudul “Persepsi Siswa terhadap Proses Pengajaran Pendidikan agama Islam (PAI) di SMP PGRI 12 Jakarta. Masalah pokok yang diteliti dalam skripsi ini, sebagaimana telah dirumuskan dalam perumusan masalah yaituy bagaimanan persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI di SMP PGRI 12 Jakarta. Apakah persepsi siswa berpengaruh atau mempunyai hubungan yang positif terhadap proses pengajaran PAI.
Tujuan penelitian ini anatara lain untuk mengumpulkan data mengenai persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI di SMP PGRI 12 Jakarta. Serta untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi siswa (X), dan variable terikatnya adalah proses pengajaran PAI (Y).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi deskripsi, kemudian data diolah dengan menggunakan rumus produck moment. Sedangkan teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara dan angket. Teknik pengambilan sample ditetapkan secara random sampling, yaitu proses pengambilan sample dimana seluruh anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih, adapun jumlah sample yang diambil dalm penelitian ini sebanyak 45 orang siswa dari populasi yang berjumlah 301 orang. Selanjutnya penulis melakukan pengolahan data dan analisis data secara statistic deskriptif kuantitatif yaitu dengan menggunakn rumus distribusi frekuensi.
12 Jakarta sebesar rxy = 0,572 terletak antara rentang 0,40-0,70, yang menunjukan korelasi yang sedang atau cukup.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tidak ada ungkapan yang maha dahsyat, yang lebih indah, untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalamnya-dalamnya kepada Allah SWT, sang Nahkoda Causa Prima. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam, tentunya hanya untuk Nabi Muhammad, baginda Rasulullah, keluarganya, sahabat-sahabatnya sebagai tali penghubung sebagai penulis memohon pertolongan kepada-Nya, dalam setiap aktivitas selama jantung ini berdetak.
Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Hambatan dan kesulitan tersebut tidak ada yang tidak berguna (sia-sia), penulis akui semua itu menjadi pelajaran yang berharga.
Penulis, dalam kesempatan ini, sangat berbangga hati dan mengucapkan terimakasih kepada ayahanda Amo Sutomo dan ibunda Dede Maryati yang mencurahkan segenap kasih sayangnya mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis dengan penuh cinta. Yang tetesan peluhnya mengkristal menjadi sesuatu yang amat berharga hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.
Kakak tersayang Teti Suryati yang selalu memberikan motivasi, adikku
MiaKarunia Wati dan Ahmad Fauzan (Alex) yang dengan penuh kasih sayang selalu menyemangati penulis. Penulis berharap dapat memberikan yang lebih baik dari apa yang telah kalian berikan. Amiin.
Terutama penulis ucapakan terima kasih yang tak terhingga kepada:
2. Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bahrissalim, M.Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Drs. Sapiudin Siddiq, MA
3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, pembimbing penulisan skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran.
iii
4. Eni Rosda Syarbaini, M. Psi, Dosen Penasehat Akademik.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Furqan, S.Pd. I dan Irhamnida S. Ag, staf Jurusan Pendidikan Agama Islam.
7. Kepala Sekolah SMP PGRI 12 Jakarta, guru dan staf SMP PGRI 12 Jakarta, yang telah membantu saya dalam penulisan skripsi ini.
8. Yayasan TPA Al-Farabi, guru-guru dan staf yang telah memotovasi penulis.
9. Kawan-kawan seperjuangan PAI 2005, Rif’atul Hasanah, Aziz Rosdiansyah, Rahmat Hidayatullah , Alfiyani, Abdillah,
10. Teman-teman PPKT, Jhon Umang, Siti Nuraini, Abdul Qadir, Abdul Khaliq, Ujang Syarif Hidayatullah.
11. Sahabat-sahabatku, Eva Septianingsih, Liza Lutfiyah, Uus Sukmadi Firdaus, Imam Murtadho, Ahmad Farid, Nur’Azizah yang telah bersedia menjadi sahabatku selama ini.
12. Arjunaku tersayang, Bisyrul Hafi Al-Khairi, yang selalu bersedia dan tidak hentinya hentinya membantu penulis.
13. Serta semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu dalam lembaran ini.
Akhirulkalam, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat seraya menambah hazanah pengetahuan bagi penulis khususnya dan umumnya semua pihak.
Jakarta, 31 Mei 2010 Penulis
Yuni Nurhayati iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN... i
ABSTRAKSI...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR LAMPIRAN...ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Identifikasi Masalah...8
C. Pembatasan Masalah...8
D. Perumusan Masalah...9
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...9
BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi Siswa...10
1. Pengertian Persepsi Siswa...10
2. Definisi Kepuasan Pelanggan...12
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi...13
B. Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)...14
1. Pengertian Pengajaran...14
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)...16
3. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)...17
4. Pengertian Metode Pengajaran...20
5. Macam-Macam Metode Pengajaran ...20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...26
B. Metode Penelitian...26
C. Popoulasi dan Sampel...27
D. Instrumen Penelitian...30
E. Teknik Pengumulan Data...30
F. Alat Pengumpulan Data...31
G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data...31
v BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMP PGRI 12 Jakarta...32
1. Visi dan Misi Sekolah...32
2. Keadaan Guru...32
3. Keadaan Karyawan...33
4. Keadaan Siswa...34
5. Sarana dan Prasarana...34
6. Kegiatan Ekstra Kurikuler...35
B. Deskripsi Data...37
C. Analisis Data...61
D. Interpretasi Data...63 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 67
DAFTAR
PUSTAKA...71
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Nama Tabel Halaman
Tabel 1. Kisi-kisi quesioner persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI
27 Tabel 2. Kisi-kisi wawancara persepsi siswa terhadap proses pengajaran
PAI
29
Tabel 3. Keadaan guru SMP PGRI 12 Jakarta 32
Tabel 4. Keadaan karyawan SMP PGRI 12 Jakarta 33
Tabel 5. Keadaan siswa SMP PGRI 12 Jakarta 34
(PAI)
Tabel 9. Dimensi siswa,proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI)
38 Tabel 10. Dimensi siswa, cara pengajaran guru Pendidikan Agama Islam
(PAI)
38 Tabel 11. Dimensi siswa, cara pengajaran guru Pendidikan Agama Islam 39
Tabel 12. Dimensi guru, kepribadian guru 39
Tabel 13. Dimensi guru, kepribadian guru 40
Tabel 14. Dimensi guru, penguasaan materi dan metode guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
40 Tabel 15. Dimensi guru, penguasaan materi dan metode guru Pendidikan
Agama Islam (PAI)
41 Tabel 16. Dimensi prilaku kognitif guru, keterbukaan guru dalam
perencanaan pembelajaran
41 Tabel 17. Dimensi prilaku kognitif guru, keterbukaan guru dalam
perencanaan pembelajaran
42 Tabel 18. Dimensi prilaku koginitif guru, materi pelajaran berguna bagi
siswa
42 Tabel 19. Dimensi prilaku koginitif guru, materi pelajaran berguna bagi
siswa
43 Tabel 20. Dimensi prilaku kognitif guru, guru mampu mengkomunikasikan
isi pelajaran
43 Tabel 21. Dimensi prilaku kognitif guru, guru mampu mengkomunikasikan
isi pelajaran
44 Tabel 22. Dimensi sikap guru luwes, guru PAI demokratis dalam
pengajaran PAI
44 Tabel 23. Dimensi sikap guru luwes, guru PAI demokratis dalam
pengajaran PAI
vii
45
Tabel 24. Dimensi sikap guru luwes, siswa sebagai partner dalam KBM PAI
45
Tabel 25. Dimensi sikap guru luwes, siswa sebagai partner dalam KBM PAI
46 Tabel 26. Dimensi sikap guru luwes, seimbang antara ganjaran dan
hukuman
46 Tabel 26. Dimensi sikap guru luwes, seimbang antara ganjaran dan
hukuman
47 Tabel 27. Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi dan metode, guru
PAI menyusun materi yang sesuai kebutuhan siswa
47 Tabel 28. Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi dan metode, guru
PAI menyusun materi yang sesuai kebutuhan siswa
48 Tabel 29. Dimensi sikap kognitif guru terhadap materi dan metode, metode
yang variatif
yang variatif
Tabel 31. Dimensi prilaku guru statis, dikuasai oleh perencanaan 49 Tabel 32. Dimensi prilaku guru statis, dikuasai oleh perencanaan 50 Tabel 33. Dimensi prilaku guru statis, terpaku pada isi materi 50 Tabel 34. Dimensi prilaku guru statis, terpaku pada isi materi 51 Tabel 35. Dimensi pribadi guru, perhatian hanya fokus pada yang pandai 51 Tabel 36. Dimensi pribadi guru, perhatian hanya fokus pada yang pandai 52 Tabel 37. Dimensi pribadi guru, tak peduli masalah siswa 52 Tabel 38. Dimensi pribadi guru,tak peduli masalah siswa 53 Tabel 39. Dimensi sikap guru kaku, pendekatan pengajaran preskriptif 53 Tabel 40. Dimensi siakp guru kaku, pendekatan pengajaran preskriptif 54 Tabel 41. Dimensi sikap guru kaku, metode tidak variatif 54 Tabel 42. Dimensi sikap guru kaku, metode tidak variatif 55 Tabel 43. Dimensi kepuasan pelanggan (siswa), perasaan senang siswa 55 Tabel 44. Dimensi kepuasan pelanggan (siswa), perasaan senang siswa 56 Tabel 45. Dimensi kepuasan pelanggan (siswa), perasaan kecewa siswa 56 Tabel 46. Dimensi kepuasan pelanggan (siswa), perasaan kecewa siswa 57 Tabel 47. Dimensi metode untuk mengukur kepuasan pelanggan (siswa),
system keluhan dan saran
57 Tabel 48. Dimensi metode untuk mengukur kepuasan pelanggan (siswa),
system keluhan dan saran
58 Tabel 49. Dimensi metode untuk mengukur kepuasan pelanggan (siswa),
survey kepuasan
58 Tabel 50. Dimensi harapan pelanggan, kinerja memenuhi harapan 59 Tabel 51. Dimensi harapan pelanggan, kinerja memenuhi harapan 59 Tabel 52. Dimensi harapan pelanggan, kinerja di bawah harapan 60
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket untuk siswa siswi SMP PGRI 12 Jakarta
2. Pertanyaan wawancara untuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
3. Hasil wawancara
4. Surat pengajuan judul skripsi 5. Surat bimbingan skripsi
8. Surat keterangan telah melakukan penelitian di SMP PGRI 12 Jakarta
9. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 10.Silabus SMP kelas VIII
11.Keadaan guru, karyawan, sarana dan prasarana di SMP PGRI 12 Jakarta
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu pendidikan tidak mungkin terbebas dari objek yang menjadi sasarannya, yaitu manusia. Sebagai manusia di wajibkan mencari ilmu, baik ilmu yang berkaitan dengan dunia ataupun akhirat. Ilmu dunia terkait hubungan dengan sesama manusia, sedangkan ilmu akhirat terkait erat dengan Allah SWT, atau lebih penulis kenal dengan ilmu Syariat. Namun kedua-duanya harus di genggam guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. ”Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan.”1 Contohnya yaitu Pendidikan Agama Islam yang telah diajarkan di sekolah-sekolah.
Setiap manusia pasti mempunyai pemikiran-pemikiran masing-masing tentang suatu objek yang telah di amati. “Didalam ilmu psikologi ada suatu istilah pemrosesan informasi yang di terima dari pengamatan yaitu sering kita dengar dengan istilah persepsi.”2
Istilah persepsi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “Perception”, yang berarti pengamatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu.3
1
2 Menurut Thoha, “persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman”.4
Selain itu persepsi juga dapat disebut dengan kepuasan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang atau dalam konteks ini penulis menyamakan dengan siswa yang muncul setelah membandingkan antara
1
Zakiah Darajat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. 6, h.28.
2
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar, (Jakarta:Prenada Media,2004), h.87.
3
Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggeris Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia, 2003), h.424.
4
persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil dalam hal ini bagaimana proses pengajaran guru dan harapan-harapannya.
Jadi, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja di bawah harapan pelanggan (siswa) maka tidak puas. Jika kinerja (cara pengajaran guru) memenuhi harapan maka pelanggan (siswa ) akan merasa puas. Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan amat puas atau senang.Jadi, persepsi disini pada dasarnya sama dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang dimaksud adalah siswa, bagaimana kesan mereka terhadap kinerja guru dalam mengajar.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat di katakan bahwa persepsi yaitu suatu proses psikis yang ada dalam diri seseorang, yang dapat berupa kesan, anggapan atau penilaian seseorang terhadap suatu objek atau lingkungannya. Sehingga menghasilkan gambaran atau anggapan pada diri seseorang terhadap apa yang telah diamatinya.
Dalam dunia pengajaran, khususnya pengajaran Pendidikan Agama Islam pasti tidak akan terlepas dari metode. Karena dengan adanya metode dapat memudahkan guru untuk mengajar lebih baik, sehingga apa yang diajarkan tetap sistematis, fokus pada sasaran dan memperlancar proses pengajaran. Banyak sekali metode belajar mengajar yang telah di kenal guru akan tetapi , bagaimana menggunakan suatu macam metode dengan pendekatan keterampilan proses agar dapat menunjang siswa belajar aktif. Karena siswa merupakan elemen yang penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya siswa guru tidak dapat
3 mentransfer pengetahuan yang ia miliki. Begitu juga sebaliknya tanpa adanya guru, siswa tidak dapat belajar dengan sendirinya, bagaimanapun siswa butuh seorang yang membimbing dia dalam belajar di sekolah.
diragakan oleh guru-siswa dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Setelah itu guru harus mengetahui tahap pendekatan. Pengajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Untuk itu, agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan guru perlu pendekatan yang berpusat pada siswa yakni siswa yang lebih aktif belajar, dalam pendekatan ini lebih menggunakan teknik bertanya, teknik akselerasi dan pengayaan. Lalu pendekatan yang berpusat pada guru, yakni guru memegang peranan penting dalam mengajar, biasanya siswa hanya mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru, dan guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah Selanjutnya yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan murid. Kedua-duanya aktif dalam proses belajar mengajar.5
Dari sini penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam. Karena dengan mengetahui persepsi siswa itu dapat mempengaruhi proses pengajaran, khususnya pengajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga guru atau semua pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan dapat mengetahui bahwa sebenarnya proses pengajaran Pendidikan Agama Islam yang diharapkan siswa itu seperti apa, dan menjadi sebuah masukan untuk para guru agar lebih baik lagi dalam proses pengajaran, khususnya proses pengajaran Pendidikan Agama Islam.
4 Pada dasarnya dalam pendidikan Islam ada tujuan yang hendak dicapai oleh manusia, dalam rangka menyelamatkan dirinya di akhirat kelak. Tujuan ini yaitu bertemu dengan Tuhan Yang Maha Esa atau Allah SWT, karena mau tidak mau manusia akan bertemu dengan Tuhan-Nya yakni lewat jalan kematian. Namun untuk bertemu dengan Allah SWT manusia di bumi diperintahkan untuk mengerjakan amal shaleh yakni amal-amal kebajikan dan dilarang
5
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Allah SWT. Karena hal tersebut bisa mendorong manusia menjadi musyrik, dan Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang musyrik kepada-Nya, sebagaimana Firman-Nya:
و
ءﺎ
ﻚ د
نود
ﺎ
ﺮ ﻐ و
ﻪ
كﺮ
نا
ﺮ ﻐ
ﻻ
ﷲا
نا
ﺎ ﻈ
ﺎ ﺛا
ىﺮ ا
ﺪ
ﷲ
ﺎ
كﺮ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(Q.S An-Nissa (4) Ayat: 48)6
Jadi, bagi manusia pertemuan dengan Allah SWT menjadi suatu hal yang amat penting, karena hal tersebut dapat mengantarkan manusia mencapai kebahagian abadi. Dan itu hanya bisa di capai melalui mengerjakan kebajikan atau amal shaleh dan taat kepada Allah SWT, dengan mengikuti Rasulullah SAW. Sebagaimana firman Allah SWT
☺
☺
☺
⌧
☺
⌧
☯
☺
5
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
6
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".(Q.S. Al-Kahfi (18) ayat: 110)7
M. Quraish Shihab, menafsirkan, Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar menyampaikan bahwa beliau tidak memiliki pengetahuan kecuali apa yang diwahyukan, dan bahwa kalau ada pertanyaan mereka yang belum terjawab maka itu karena Allah tidak menyampaikan kepada beliau dan karena memang risalah beliau bukan untuk mengungkapkan secara rinci sejarah tokoh-tokoh masa lampau. Ayat ini tentang kesimpulan pokok prinsip-prinsip ajaran Islam. 8
Dari ayat tersebut jelas bahwa esensi tujuan pengajaran Pendidikan Agama Islam adalah mendorong siswa untuk berbuat baik terhadap sesama dan menanamkan tauhid yang kuat kepada anak didik, sehingga ia tidak terjerumus kepada kemusyrikan.
Mengutip pendapat Prof. Abd. Rahman Al-Nahlawy, mengenai tujuan Pendidikan Agama Islam beliau memaparkan secara lengkap, antara lain: 1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran: pendidikan Islam memandang
dengan penuh pemikiran, renungan dan meditasi.
2) Menumbuhkan kekuatan-kekuatan dan kesediaan-kesediaan (bakat-bakat) yang berawal pada masa anak-anak. Islam adalah agama fitrah, maka tugas pendidik adalah menguatkan fitrah tersebut, menjauhkan dari kesesatan, dan tidak menyimpang dari kesucian fitrah tersebut. 3) Menaruh perhatian pada kekuatan generasi muda dan mendidik mereka
sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan.
4) Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan-kekuatan dan kesediaan-kesediaan manusia. Pendidik tidak hanya memberikan perhatian pada segi fikiran saja tetapi segi psikologis juga.9
Jadi, dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam tidak hanya menyentuh pada aspek pikiran saja atau aspek kognitif, tetapi jauh lebih penting dari itu adalah mampu menghayati dan memahami ajaran
6 Islam untuk kemudian diamalkan dan didakwahkan dalam rangka mendapatkan keridhoaan Allah SWT.
7
Tim Disbintalad, al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta:Sari Agung 2005), h. 400.
8
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 143.
9
Namun tujuan yang indah tersebut terkadang tak sejalan dengan harapan, pengajaran Pendidikan Agama Islam belum mampu mencapai tujuan tersebut di atas. Hal ini bisa penulis lihat misalnya, kurangnya rasa hormat pada guru, siswa tidak peduli dengan perintah Allah SWT, siswa membuang sampah sembarangan, gaduh di kelas, berkata buruk, tidak punya rasa tanggung jawab, tidak disiplin. Yang kesemuannya itu adalah hal-hal yang seharusnya dihindari oleh orang yang taat terhadap agamanya.
Tetapi tidak semua siswa berbuat demikian, pasti ada satu atau dua orang siswa yang masih senang dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam. Apapun yang telah dipelajari dan diajarkan oleh guru mereka, sebisa mungkin mereka amalkan dan membawa mereka untuk lebih baik lagi.
Boleh jadi ada kesalahan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam, apakah faktor internal siswa atau eksternal siswa. Faktor internal siswa adalah dorongan dalam diri siswa, apakah ada minat atau tidak siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam, tetapi yang lebih berperan adalah Eksternal siswa, bagaimana lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Contohnya yaitu pihak pengajar atau guru yang kurang disenangi oleh siswa, karena dalam mengajar metode yang digunakan terlalu sederhana, kurang variatif yaitu cenderung menggunakan metode ceramah saja. Jadi, siswa merasa belajar Pendidikan Agama Islam itu membosankan. Bisa juga materi yang diberikan terlalu banyak, sehingga siswa kurang memahami atau mencerna materi yang diberikan.Dan mungkin materinya tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga tidak berpengaruh bagi mereka.
Hal lain yang membuat proses pengajaran Pendidikan Agama Islam masih kurang maksimal yaitu lingkungan kelas yang tidak kondusif yakni jumlah siswa yang terlalau banyak dalam satu kelas, sehingga membuat proses belajar mengajar tidak berjalan secara efektif, sehingga masih banyak siswa yang acuh tak acuh terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam .
Selain itu hal yang menjadi pengajaran Pendidikan Agama Islam belum maksimal yaitu kurangnya pemahaman siswa terhadap dasar-dasar Pendidikan Agama Islam.
Sarana dan prasarana juga menjadi salah satu hal yang yang membuat proses pengajaran Pendidikan Agama Islam kurang diminati yaitu kurangnya fasilitas untuk mereka beribadah di sekolah, misalnya mereka tidak bisa shalat zuhur berjama’ah karena ruangan atau musholahnya terlalu sempit, buku pegangan siswa yang belum diberikan secara merata dan lain-lain. Dan media yang digunakan juga terbatas. Namun yang berperan penting dan bertanggung jawab adalah seorang pendidik, apakah ia mampu menghadirkan metode pengajaran Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan tujuan, atau hanya sekedar memenuhi tugasnya dalam mengajar saja. Tanpa peduli dengan siswanya.
Dari permasalahan yang dijabarkan di atas, alasan penulis mengambil judul ini karena penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi atau tanggapan siswa terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam, Adapun urgensi judul ini diangkat supaya proses pengajaran Pendidikan Agama Islam itu lebih baik lagi, terutama untuk para guru yang mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam agar lebih meningkatkan kreativitas mereka dalam mengajar. Jadi, penulis mencoba mencari faktor- faktor penyebab hal tersebut di atas, guna dicarikan solusi dan adanya perbaikan yang komprehensif dalam Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Maka penulis mengambil judul penelitian yakni:
“ PERSEPSI SISWA TERHADAP PROSES PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMP PGRI 12 JAKARTA”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI masih kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena adanya faktor intern siswa dan ekstern.
2. Pelaksanaan proses pengajaran PAI masih belum efektif dan menarik perhatian siswa, sehingga masih banyak siswa yang acuh tak acuh terhadap pelajaran PAI.
3. Guru belum mampu menggunakan metode yang lebih variatif.
4. Proses pengajaran PAI lebih banyak mengarah kepada aspek kognitif, sehingga siswa belum mampu menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran PAI.
5. Lingkungan kelas yang tidak kondusif, sehingga mengganggu jalannya proses pengajaran PAI.
6. Kurangnya pemahaman siswa terhadap dasar-dasar pelajaran PAI. C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, maka penulis merasa perlu membatasi permasalahan tersebut agar lebih fokus. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah:
1. Persepsi siswa, yang dimaksud yaitu kepuasan siswa sebagai pelanggan atau pendapat, pandangan siswa terhadap pengalaman yang dialaminya dalam belajar sampai saat ini.
2. Proses pengajaran PAI yang dimaksud adalah proses mengembangkan seluruh ranah psikologis dan menyampaikan pengetahuan dengan sebaik-baiknya dan memudahkan siswa dalam membentuk pemahamannya sendiri pada mata pelajaran PAI.
3. Siswa yang dimaksud adalah peserta didik dari tiap-tiap siswa kelas 8 di SMP PGRI 12 Jakarta
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan yaitu ”Bagaimana persepsi siswa terhadap proses pengajaran PAI di SMP PGRI 12 Jakarta?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1) Untuk mengetahui persepsi siswa (kepuasan siswa) terhadap proses pengajaran PAI di SMP PGRI 12 Jakarta
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Persepsi siswa
1. Pengertian Persepsi Siswa
Istilah persepsi siswa berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “Perception,
yang berarti pengamatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu”.10 Yang diamati adalah objek-objek yang ada disekitar kita. Objek-objek itu kita tangkap melalui alat indra yang diproyeksikan pada bagian-bagian tertentu sehingga kita dapat mengamati objek-objek tersebut. MenurutSarwono “persepsi adalah kemampuan untuk membedakan atau mengelompokkan, memfokuskan objek-objek disebut persepsi”.11
Menurut Thoha, “persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman”.12
11
10
Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggeris Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia, 2003), h.424.
11
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta:Bulan Bintang, 2000). Cet. 8, h.39.
12
Thoha Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta:Raja Grafindo Persada),h.100.
Dengan demikian persepsi itu adalah proses kognitif yang tidak bisa lepas dari alat indera manusia, karena persepsi itu selalu terkait dengan indera penglihatan, pendengaran, penciuman sampai dengan perasaan. Dan itu semua merupakan sesuatu yang dialami oleh manusia.
Selanjutnya menurut Sondang, “persepsi adalah suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan dengan sendirinya, sehingga individu dapat memberikan suatu makna tentang yang dapat dimengerti dan dapat dipahami untuk lingkungan”.13
Untuk memahami sekeliling kitaShaleh mendefinisikan persepsi sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Selain itu Shaleh memberikan definisi yang lain mengenai persepsi yaitu, kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek.14
Alisuf mendefinisikan, persepsi atau pengamatan sebagai aktifitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, dengan kemampuan inilah memungkinkan manusia atau individu mengenali lingkungan hidupnya. Manusia dapat mengenali lingkungan fisik yang nyata, baik dalam dirinya sendiri maupun diluar dirinya yang menggunakan organ-organ inderanya.15
Pengamatan untuk mengenal lingkungan fisik ini diawali dengan proses karena menurut Slameto “persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau info kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengar, peraba dan penciuman”.16
12
13
Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasi, (Jakarta:Bina Aksara, 1990), h.106.
14
Abdurrahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:Prenada Media, 2004), h.88.
15
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi dan Perkembangan, (Jakarta:Pedoman Jaya, 1993), cet.1, h.45.
16
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi yaitu suatu proses psikis yang ada dalam diri seseorang, yang dapat berupa kesan, anggapan atau penilaian seseorang terhadap suatu objek atau lingkungannya. Sehingga menghasilkan gambaran atau anggapan pada diri seseorang terhadap apa yang telah diamatinya.
2. Definisi Kepuasan Pelanggan
Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa asing “satis” yang artinya cukup baik, memadai dan “facio” yang artinya melakukan atau membuat. Kepuasan juga bisa di artikan upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu.
“Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya”.17
Pelanggan yang dimaksud disini adalah siswa, jadi penulis ingin mengetahui bagaimana siswa selama ini dalam menerima pengajaran dari guru (kinerja gurru), apakah mereka puas terhadap pelayanan yang disajikan, artinya siswa merasa puas atau tidak selama di berikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Seperti penjelasan definisi tersebut, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja di bawah harapan pelanggan, maka pelanggan (siswa) tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan pelanggan, maka akan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas dan senang. Pada dasarnya tujuan dari suatu pengajaran adalah untuk menciptakan para pelanggan (siswa ) merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan (siswa ) dapat memberikan manfaat, diantaranya hubungan guru dan pelanggan (siswa) menjadi harmonis, siswa juga akan lebih hormat kepada guru, dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan Agama Islam. 18
17
Jadi, pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan (siswa) mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang disarankan.Dengan
13 demikian, kepuasan merupakan fungsi dari kesan/persepsi seseorang terhadap kinerja dan harapan (pengajaran Pendidikan Agama Islam). Di bawah ini adalah metode yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, diantaranya yaitu:
a. Sistem Keluhan dan Saran
Organisasi yang berwawasan akan membuat mudah pelanggannya memberikan saran atau keluhan. Alur informasi ini memberikan banyak gagasan baik, agar pengajaran Pendidikan Agama Islam dapat lebih maksimal.
b. Survei Kepuasan Pelanggan
Guru tidak dapat beranggapan bahwa sistem keluhan dan saran dapat menggambarkan secara jelas kepuasan dan kekecewaan pelanggan. Guru yang responsif mengukur kepuasan pelanggan dengan mengadakan survei secara berkala.19
Persaingan di dunia pendidikan semakin ketat, sehingga guru harus benar-benar mampu menyajikan pengajaran dengan sebaik mungkin dengan inovasi dan kreativitas, sehingga siswa (pelanggan) akan merasa puas. Oleh karena itu guru harus berorientasi pada kepuasan pelanggan (siswa) sebagai tujuan utama.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi berbagai faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda sekalipun terhadap objek yang sama.
MenurutSinggih, faktor yang mempengaruhi persepsi adalah: a) Motif
Adalah faktor internal yang dapat merangsang perhatian adanya motif dapat menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatu dan sebaliknya.
b) Kesediaan dan Harapan
19
Hal ini menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima. Selanjutnya sebagaimana pesan yang akan ditata dan diinterpretasikan.
c) Intensitas Rangsang
Kuat lemahnya rangsang yang diterima akan sangat berpengaruh bagi individu.
d) Kontras
Sesuatu yang berbeda dengan sekelilingnya dan menarik perhatian. 14 e) Pengulangan
Suatu rangsang yang muncul atau terjadi secara berulang-ulang akan menarik perhatian sebelum ia mencapai titik jenuh. 20
Menurut Walgito mengemukakan beberapa faktor yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk melakukan persepsi, “yaitu: objek yang melakukan stimulus, alat indera (reseptor) serta susunan saraf, perhatian sebagai langkah awal persiapan dalam menimbulkan persepsi”.21
Jadi, dengan demikian ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Dengan faktor yang ada maka seseorang dengan seseorang lainnya dapat berbeda persepsi walaupun objeknya sama.Karena persepsi merupakan dunia yang penuh arti. Setiap orang bebas melakukan persepsi sesuai dengan objek yang mereka amati atau mereka rasakan serta apa yang mereka alami.
B. Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Pengertian Pengajaran
“Pengajaran adalah suatu aktivitas (proses) belajar mengajar. Didalamnya ada 2 subjek yaitu guru dan peserta didik (siswa). Dalam pelaksanaannya merupakan proses sistematis yang terdiri dari banyak komponen”.22
“Pengajaran juga merupakan proses yang berfungsi membimbimg para siswa didalam dunia pendidikan yakni membimbing dalam mengembangkan
20
Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi, (Jakarta:Sumber Widya, 1993), cet 4. h. 107.
21
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Jogjakarta:Andi Offset, 1993). h.54.
22
diri sendiri dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu”.23
Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pengajaran tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta kecakapan.
Sedangkan menurut Sikun (guru beasr IKIP Bandung), mengeluarkan argumentasinya tentang definisi pengajaran ialah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomor
15 semata-semata. Yaitu supaya anak didik lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berfikir kritis, sistematis dan objektif.24
Dari dua pendapat tokoh ini tidak terdapat perbedaan yang mendasar, menurutnya mereka mendiidik ialah melaksanakan berbagai usaha untuk menolong anak dalam menuju kedewasaan. Salah satu diantara sekian banyak usaha yang dilakukan ialah dengan mengajarnya.
Dan untuk lebih memahami arti dari pengajaran Pendidikan Agama Islam, maka terlebih dahulu memahami arti dari pengajaran itu sendiri, dan arti Pendidikan Agama Islam sendiri pula. Berbagai macam pengertian dikemukakan oleh para ahli pendidikan, diantaranya dikemukakan oleh Ramayulis dalam bukunya metodologi Pendidikan Agama Islam bahwa “pengajaran” berasal dari kata “ajar” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an” sehingga menjadi kata “pengajaran “ yang berarti penyajian atau bahan pengajaran yang disajikan.25
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti “pengajaran adalah proses perbuatan atau cara mengajar atau mengajarkan”.26 Mengajar pada asasnya adalah kegiatan mengembangkan seluruh potensi ranah psikologis melalui penataan lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar.
23
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. 11, h. 76.
24
Ahmad Tafsir, Metodik Khusus PAI, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1990), cet.1, h.7.
25
Ramayulis, Metodologi Pengajaran PAI, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), cet. 3, h. 108.
26
Secara kuantitatif mengajar berarti menyampaikan pengetahuan sebaik- baiknya. Secara institusional mengajar berarti membantu memudahkan siswa dalam membentuk makna dan pemahamnnya sendiri.27
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah proses pengajaran atau mengajarakan pelajaran pada anak didik guna untuk membimbing para siswa didalam dunia pendidikan untuk mencapai sebuah tujuan yang di inginkan.
Jadi, pengajaran adalah suatu proses kegiatan mengajar atau pemindahan pengetahuan terarah karena memiliki makna kesadaran dari para peserta didik, metode yang jelas dan memiliki tujuan merubah siswa untuk lebih baik.
16 2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan , kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Alllah SWT. Sedangkan menurut ahmad tafsir Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.28
Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang sangat penting terlebih dengan Pendidikan Agama Islam. Karena hal tersebut dilakukan untuk seseorang mendapat ilmu atau pengetahuan yang mungkin pengetahuan tersebut tidak diperoleh di lingkungan keluarga. Siapapun berhak mendapatkan Pendidikan Agama Islam karena pada dasarnya dengan dibekali
27
Drs. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1995), h.220.
28
Pendidikan Agama Islam seseorang dapat mengetahui hal yang diperbolehkan atau yang dilarang oleh Allah SWT.
Azizy mengungkapkan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal yaitu, mendidik siswa untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak siswa dan yang kedua adalah mendidik siswa-siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhan dalam lingkup al-Qur’an dan hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruamg lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan
17 manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.29
Menurut Zakiah Daradjat pengertian Pendidikan Agama Islam dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.
2. Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun diakhirat kelak.30
Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik atau guru dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
29
Abdul majid, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.131.
30
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam berfungsi untuk sekolah/madrasah sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Alllah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Penanaman Nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.
c. Penyesuaian Mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
18 d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.
f. Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, system dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama Islam agar dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.31
Dengan demikian fungsi dari Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, yaitu dalam lingkungan keluarga, orang tua harus diikut sertakan dalam membimbing anaknya dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam, lalu sekolah hanya melanjutkan saja seperti memberikan pengajaran atau bimbingan kepada siswa tentang Pendidikan Agama Islam.
31
“Tujuan utama dan paling penting pendidikan adalah membuat murid menemukan dirinya sendiri memahami kapasitasnya dan mendisiplinkan diri sendiri.”32
“ Tujuan pendidikan Islam adalah membekali akal, dengan pemikiaran dan ide-ide yang sehat, baik itu mengenai cabang-cabang aqidah, maupun hokum. Islam telah memberikan dorongan agar manusia menuntut ilmu dan membekalinya dengan pengetahuan.”33
Jadi, bisa dikatakan bahwa hakikat tujuan pendidikan Islam adalah mampu mencerdaskan akal dan membentuk jiwa yang Islami, sehinnga akan
19 terwujud sosok pribadi muslim sejati yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek kehidupan.
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Sebagian para ahli misalnya mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah yakni melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan ketulusan. Rumusan pendidikan Islam yang diarahkan pada upaya penyempurnaan akhlak atau membentuk akhlak yang mulia, sebagaimana akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah SAW.
Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan
32
Bayraktar Bayrakli, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta: Inisiasi Press, 2004),cet.1. h. 128.
33
mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. 34
Dalam konteks umum tujuan pendidikan adalah mentransmisikan pengalaman dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan dalam konteks Islam pendidikan yaitu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.35
Jadi, pada dasarnya tujuan pendidikan dalam konteks umum ataupun konteks Islam yaitu suatu proses dari generasi ke generasi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersandar pada nilai-nilai Islam untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Pendidikan Agama Islam disekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman
20 peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yuang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.36
Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup didunia bagi anak didik dan kemudian akan membuahkan kebaikan di akhirat kelak. Dengan demikian tujuan pokok dan terutama pendidikan Islam ialah membentuk budi pekerti dan pendidikan jiwa yang baik.
4. Pengertian Metode Pengajaran
Pada prinsipnya bahwa manusia itu harus berusaha dan berikhtiar dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau usaha dan dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau usaha tersebut tentu menggunakan cara, cara
34
Abuddin Nata, Pendidikan dalam perspektif al-Qur’an, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 180.
35
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), cet. 1, h. 83-84.
36
inilah yang disebut metode. Adapun pengertian metode menurut arti etimologi sebagaimana termaktub dalam suatu sosiologi suatu pengantar yang mengartikan metode adalah cara kerja.37
Sebaliknya dalam bahasa arab, metode dikenal dengan istilah ”thunguh yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan sesuatu”.38
Jadi, metode pengajaran adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran. Dengan demikian metode pelajaran dapat diartikan suatu cara atau yang harus dilalui dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan ynag diharapkan.
5. Macam-Macam Metode Pengajaran
Sebenarnya banyak sekali macam-macam metode yang dapat digunakan dalam pengajaran. Tetapi bagaimana menggunakan suatu macam metode dengan pendekatan keterampilan proses agar dapat menunjang siswa belajar aktif. Tetapi
21 yang lebih dominan metode yang digunakan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pelajaran dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan. Pada metode ini aktivitas lebih banyak dilakukan oleh guru. Karena itu dalam penyampaian bahan pelajaran harus memilih kata-kata atau bahasa yang dipahami oleh siswa sehingga apa yang disampaikan mudah dimengerti.
Teknik mengajar melalui metode ceramah dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan paling banyak dilakukan Namun, usaha-usaha peningkatan teknik mengajar tersebut tetap berjalan terus. Dan kelemahan metode ini adalah perhatian hanya terpusat pada guru, guru dianggap murid selalu benar, adanya unsur paksaan pada metode ini,
37
Sarjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 48.
38
guru aktif berbicara sedangkan murid hanya mendengarkan meskipun ada murid yang kritis.39
Dengan demikian metode ini cenderung membuat siswa tidak aktif dalam belajar, karena tugas siswa hanya mendengarkan penyampaian dari guru tanpa melibatkan siswa. Jadi, banyak siswa ynag merasa jenuh jika pengajaran Pendidikan Agama Islam selalu menggunakan metode ceramah. 2. Metode Tanya Jawab
Yaitu suatu cara penyajian bahwa pelajaran melalui berbagai pertanyaan yang dijawab oleh siswa.
Dalam metode ini memungkinkan adanya komunikasi langsung yang bersifat timbal balik pada saat terjadinya dialog antara siswa dengan guru sehingga yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung.
Metode ini cukup efektif jika digunakan dalam mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) karena membuat siswa lebih aktif untuk berfikir atau bertanya materi yang belum jelas. Tetapi apabila guru tidak menguasai metode ini maka banyak siswa yang pasif.
22 3. Metode Diskusi
Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pada suatu ketika tentu akan mengetahui bahwa hidup itu mempunyai persoalan-persoalan. Tidak semua manusia itu dapat memecahkan permasalahannya sendiri, tetapi ada masalah yang memang harus di cari solusinya dengan cara bekerja sama.
“Tujuan manusia bekerja sama yaitu untuk menyelami dengan lebih baik dunia sekitarnya, untuk merencanakan tindakan supaya dapat menyelesaikan masalah serta untuk bertindak bersama sesuai dengan rencana.”40
Dalam dunia pendidikan ada yang disebut dengan metode diskusi, metode ini cukup mendapat perhatian karena dengan diskusi akan
39
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen IAIN Jakarta, 1985),
40
merangsang murid-murid berfikir atau mengeluarkan pendapat sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah.
Tetapi dalam metode ini peran guru juga sangat diperlukan demi kelancaran jalannya diskusi. Seseorang guru harus membimbing murid-muridnya dalam berdiskusi, karena pada kenyatannya ada saja siswa yang tidak sama sekali aktif berdiskusi.
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang semestinya. 41
Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tetapi diskusi timbul karena ada maslah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat penting dalam rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi.
Sebenarnya masih banyak lagi macam-macam metode yang digunakan dalam pengajaran, tetapi yang lebih dominan di pakai dalam pengajaran
23 adalah metode yang sudah tertera di atas, tetapi fakta di lapangan tidak menutup kemungkinan masih banyak guru PAI lebih memilih menggunakan metode ceramah, sedangkan siswa hanya sedikit dilibatkan dalam proses belajar mengajar.
6. Strategi Pembelajaran
Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari setiap guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas, disadari atau tidak, akan memilih strategi tertentu agar palaksanaan pembelajaran yang dilakukan di kelas berjalan lancar dan hasilnya optimal.Dalam konteks pengajaran,strategi pengajaran, strategi
41
dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tecapai dan berhasil guna.42 Karena itu, seorang guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran, sehingga terjalin keterkaitan fungsi antara komponen-komponen pembelajaran yang dimaksud.
Strategi dalam kaitannya dengan pembelajaran PAI adalah siasat atau kiat yang disengaja direncanakan oleh guru. Berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran. Srategi berarti pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif.Untuk melaksanakan tugas secara professional, tentunya guru harus memiliki wawasan yang memadai tentang variasi strategi mengajar untuk mewujudakan tujuan belajar mengajar yang telah dirumuskan , baik tujuan instruksional maupun tujuan implicit seperti kemampuan berfikir kritis, kreatif sikap terbuka siswa setelah mengikuti pembelajaran .
24 Strategi mengajar merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran dengan menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti tujuan ,bahan , alat serta evaluasi untuk mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Taktik tersebut harus mencerminkan langkah-langkah yang sistematik ,
42
artinya tiap tahapan dari strategi itu saling berkaitan satu sama lain dan tersusun secara rapih dan logis .
Menurut newman dan logan sebagaimana dikutip oleh abu ahmadi , strategi meliputi masalah yaitu
a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan
b. Memilih sistem pendekatan belajar – mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c. Memilih dan menetapkan prosedur ,metode, dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan dalam kegiatan pembelajaran
d. Menerapkan norma – norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan oleh guru dalam melaksanakan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah keputusan instruktur dalam menetapkan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Sarana prasarana yang digunakan termasuk jenis media yang digunakan. Dan kemudahan fisik yang ada di sekolah, misalnya ruang kelas, perpustakaan dll. Kemudahan fisik yang ada dirumah, buku-buku pelajaran PAI dan pengajaran serta perhatian orang tua.43
25 Materi yang diberikan dan metodologi yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan kata lain strategi pembelajaran adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja agar siswa dipermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Disinilah letak pentingnya strategi pembelajaran yaitu menentukan semua langkah dan kegiatan yang perlu dilakukan sehingga dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Senada dengan itu wrightman mengatakan bahwa peranan guru adalah
43
terciptanya serangkaian tingkah laku yang sering berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya .44
Strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru yang menginginkan variasi dalam mengajar. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif . Dalam hal ini tentu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan active learning.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah SMP PGRI 12 Jakarta yang berlokasi di Jalan Pondok Labu 1 B/29 Jakarta Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Mei 2010
B. Metode Penelitian
Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. 1. Jenis penelitian lapangan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data
mengenai Persepsi Siswa Terhadap Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP PGRI 12 Jakarta.
2. Penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan mempelajari atau menelaah dan mengkaji buku yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas yaitu Persepsi Siswa Terhadap Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
26
27
C. Populasi dan Sampel
populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. 45
Popoulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP kelas 8 PGRI 12 PGRI Jakarta, dengan jumlah populasi 301 orang. Peneliti mengambil 15% dari Populasi yakni 45 siswa.Pengambilan sample dengan cara random, yaitu suatu teknik untuk mendapatkakn sample yang langsung dilakukan pada unit sampling.
Sedangkan objek penelitian adalah Proses Pengajaran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan sebagai informasinya adalah siswa-siswi dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Tabel 1
Kisi – kisi kuesioner
Persepsi Siswa Terhadap Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP PGRI 12 Jakarta
N o Pertanyaan Pokok Penelitian Sub Pokok Pertanyaan Indikator No item Juml item 1. Persepsi siswa
terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
1.1 Siswa • Proses belajar mengajar
• Cara pengajaran guru
1,2
3,4 2
2
1.2 Guru • Kepribadian guru • Penguasaan materi dan
metode
5,6 7,8
2 2
2.1 Prilaku
kognitif guru
• Keterbukaan dalam perencanaan pembelajaran • Materi pelajaran
berguna bagi siswa • Mengkomunikasikan isi pelajaran 9,10 11,12 13,14 2 2 2 45
2.2 Sikap guru luwes
• Demokratis
• Siswa sebagai patner dalam KBM
• Seimbang antara ganjaran/reward dan hukuman/Punishment 15,16 17,18 19,20 2 2 2
2.3 Sikap
kognitif guru terhadap materi dan metode
• Menyusun materi yang sesuai kebutuhan siswa
• Metode yang variatif
21,22
23,24 2
2
3.1 Prilaku
guru statis
• Dikuasai oleh perencanaan
• Tepaku pada isi materi
25,26
27,28 2
2
3.2 Sikap
pribadi guru
• Perhatian hanya fokus pada yang pandai. • Tak peduli masalah
siswa
29,30
31,32 2
2
3.3 Sikap
guru kaku
• Pendekatan pengajaran Preskriptif.
• Metode tidak variatif
33,34
35,36 2
2 Persepsi Siswa
(Kepuasan Pelanggan) terhadap Pengajaran guru PAI Kepuasan pelanggan (siswa)
• Perasaan senang siswa • Perasaan kecewa siswa
37,38 39,40 2 2 Metode untuk mengukur kepuasan pelanggan
• Sistem keluhan dan saran
• Survei kepuasan pelanggan
41,42 43
Harapan pelanggan
• Kinerja memenuhi harapan
[image:43.612.90.512.64.719.2]• Kinerja dibawah harapan 44,45 46 2 1 Tabel 2
Kisi – kisi wawancara
Persepsi Siswa Terhadap Proses Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP PGRI 12 Jakarta
N o Pertanyaan Pokok Penelitian Sub Pokok Pertanyaan Indikator No item Juml item 1. Persepsi siswa
terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
1.1 Siswa • Proses belajar mengajar
• Cara pengajaran guru 1
2
1
1
1.2 Guru • Kepribadian guru
• Penguasaan materi dan metode
3
4
1
1
2.2 Sikap
guru luwes
• Demokratis
• Siswa sebagai patner dalam KBM
• Seimbang antara ganjaran/reward dan hukuman/Punishment 8 9 10 1 1 1
2.3 sikap
kognitif guru terhadap materi dan metode
• Menyusun materi yang sesuai kebutuhan siswa
• Metode yang variatif
11
12
1
3.1 Prilaku guru statis
• Dikuasai oleh perencanaan
• Tepaku pada isi materi 13
14
1
1
3.2 Sikap
pribadi guru
• Perhatian hanya fokus pada yang pandai. • Tak peduli masalah
siswa
15
16
1
1
3.3 Sikap
guru kaku
• Pendekatan pengajaran Preskriptif.
• Metode tidak variatif
17
18
1
1
D. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dan Instrumen dalam penelitian ini dalam bentuk non tes yaitu menggunakan angket dan wawancara.
Kemudian instrumen non tes dalam bentuk wawancara diperuntukkan kepada 1 orang guru yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi mengenai pengajaran PAI di SMP PGRI 12 Jakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan berjumlah 301 siswa Penarikan sampel dilakukan kepada semua populasi yakni 45 siswa.
F. Alat Pengumpulan Data 1. Wawancara
Yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara langsung dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Wawancara yang dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang proses pengajaran PAI. 2. Angket atau Quesioner
Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket ini ditujukan kepada siswa-siswi kelas 8 SMP PGRI 12 Jakarta untuk memperoleh data tentang bagaimana persepsi mereka terhadap proses pengajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
1. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis deskriptif (dengan prosentase) yaitu dengan rumus:
P = F x 100% N
32
Keterangan:
F= Frekuensi yang sedang dicari presentasenya N= Jumlah sampel
2. Interpretasi Data Analisis “t” Test
Interpretasi angka indeks korelasi “X” table, dengan jika berkonsulatasi pada nilai “X” hitung, adapun langkah-langkah interpretasinya adalah :
1) Merumuskan hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) 2) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang diajukan
dengan membandingkan besarnya “X” yang telah diperoleh dalam hitungan dengan “X” table dengan mencari terlebih dahulu derajat bebasnya (db) atau degress of freedomnya (df) rumusnya adalah: Df : N-1 = 3-1=2
df : degress of freedomnya N : Number of cases
Nr : banyaknya variable yang dikorelasikan
Dengan diperoleh (db) atau (df) maka dapat dicari besarnya “X” yang tercantum dalam “X” table, baik pada taraf signifikasi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%. Setelah diperoleh hasilnya maka dapat ketahui hipotesis yang diajukan itu diterima atau ditolak, dengan ancar-ancar sebagai berikut :
Jika (X hitung) sama dengan atau lebih besar dari (X table), maka hipotesis alternative (Ha) disetujui atau diterima, atau disetuji kebenarannya ini berarti hipotesa nihil yang menyatakan tidak adanya korelasi anatara variable X dan variable Y itu ditolak.46
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil SMP PGRI 12 Jakarta 1. Visi dan Misi Sekolah
Visi SMP PGRI 12 Jakarta yaitu melalui pendidikan formal, menghasilkan SDM yang berkualitas, unggul dibidang IPTEK dan IMTAQ.
Sedangkan Misi SMP PGRI 12 Jakarta yaitu menggali dan memberdayakan kompetensi dan budi pekerti siswa dengan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan melalui komitmen bersama profesionalisme guru dan segenap tenaga kependidikan sekolah.
2. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan 1. Keadaan Guru
[image:47.612.113.531.124.562.2]Tenaga pengajar di SMP PGRI 12 Jakarta berjumlah 44 orang terdiri dari 19 guru perempuan dan 25 guru laki-laki. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 3
Keadaan Guru SMP PGRI 12 Jakarta
NO. Pendidikan Terakhir Jumlah
1. Magister (S2) 1 orang
2. Strata 1 (S1) 38 orang
3. Diploma 3 (D3) 3 orang
4. Diploma 2 (D2) 2 orang
32
ada yaitu 44 orang, ada sebagian kecil guru kurang lebih 5 orang yang tidak memenuhi syarat sebagai guru yang professional. Contohnya seorang yang pendidikan terakhirnya Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I), dia mengajar bidang studi Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), ada pula yang Sarjana Hukum (S.H), tapi dipercaya mengajar bidang studi PPKN, selanjutnya ada yang pendidikan terakhirnya Sarjana Teknologi (S.T) mengajar matematika dan IPA, lalu ada yang pendidikan terakhirnya Sarjana Pendidikan (S.Pd) menjadi bendahara dan guru Bimbingan Konseling (BK).Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa orang pengajar di sekolah tersebut tidak cocok antara pendidikan terakhirnya dengan bidang studi yang mereka ajarkan. Selebihnya pengajar di sekolah tersebut cukup professional karena antara pendidikan terakhirnya dengan bidang studi yang mereka ajarkan itu sesuai atau cocok.
2. Keadaan Karyawan
[image:48.612.114.529.105.593.2]Karyawan SMP PGRI 12 Jakarta berjumlah 11 orang, terdiri dari 4 perempuan dan 7 laki-laki. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 4
Keadaan Karyawan SMP PGRI 12 Jakarta
NO. Pendidikan Terakhir Jumlah
1. Strata 1 (S1) 2 orang
2. SLTA 5 orang
3. SMP 1 orang
4. SD 3 orang
Dari table diatas keadaan karyawan di sekolah tersebut cukup cocok, artinya pendidikan terakhir dengan jabatan yang mereka itu sesuai. Contohnya
ada yang pendidikan terakhir S1 nya Sarjana Kesehatan Masyarakat maka dia bertugas sebagai suster, ada yang pendidikan terakhirnya SLTA ia bertugas sebagai Tata Usaha (TU), ada pula yang pendidikan terakhirnya SMP itu bertugas sebagai keamanan di lingkungan sekolah tersebut, dan yang pendidikan terakhirnya SD bertugas petugas kebersihan (pesuruh). 3. Keadaan Siswa
[image:49.612.114.540.83.688.2]Keadaan siswa-siswi SMP PGRI 12 Jakarta pada tahun 2009-2010 berjumlah 968 siswa, terdiri dari 494 siswa laki-laki dan 474 siswa perempuan. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 5
Keadaan Siswa SMP PGRI 12 Jakarta
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 2. 3.
VII VIII
IX
173 157
164
176 148 150
349 305 314
Jumlah 494 474 968
4. Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana di SMP PGRI 12 Jakarta bisa dikatakan fungsional sesuai dengan fungsinya masing-masing. Hanya ada beberapa ruangan yang tidak fungsional yaitu, ruang perpustakaan. Siswa tidak pernah membaca buku di perpustakaan, mereka keperustakaan jika memang mendesak atau ada tugas yang harus diselesaikan untuk mencari referensi di perpustakaan.Ruang selanjutnya yaitu Lab IPA dan ruang OSIS, ruangan tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ada pula ruang penjaga atau satpam itu jarang sekali satpam siap sedia ditempat, hanya jam-jam tertentu saja ada, misalnya jam istirahat siswa, satpam selalu ada di ruangannya karena dikhawatirkan ada siswa yang keluar tanpa sepengetahuan petugas atau guru piket.