• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Wisatawan terhadap Atraksi Wisata

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA PURA TAMAN AYUN

7.2. Persepsi Wisatawan terhadap Atraksi Wisata

Kuta 18 36 Seminyak 9 18 Legian 8 16 Nusa Dua 8 16 Denpasar 5 10 Sanur 1 2 Tabanan 1 2 Jumlah 50 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

7.2. Persepsi Wisatawan terhadap Atraksi Wisata

Data-data yang diperoleh mengenai persepsi wisatawan terhadap atraksi-atraksi yang terdapat di Pura Taman Ayun dapat dilihat pada Tabel 7.10

Tabel 7.10

Persepsi Wisatawan terhadap Atraksi Wisata di Pura Taman Ayun

Atraksi-atraksi

Sangat baik Baik Cukup Buruk Sangat buruk Total Skor Nilai Jml (org) Skor Jml (org) Skor Jml (org) Skor Jml (org) Skor Jml (org) Skor Jml (org) Skor Keunikan arsitektur 24 120 24 96 2 6 - - - - 222/50 = 4,44 Sangat Baik Lansekap taman 24 120 22 88 4 12 - - - - 220/50 =4,40 Sangat Baik Kolam 10 50 35 140 5 15 - - - - 205/50 =4,10 Baik Fotografi 15 75 31 124 4 12 - - - - 211/50 =4,22 Sangat Baik Pameran lukisan 2 10 35 140 11 33 2 4 - - 187/50 =3,74 Baik Kebun botanical 16 80 27 108 7 21 - - - - 209/50 =4,18 Baik Aktivitas seremonial 3 15 30 120 12 36 4 8 1 1 180/50 =3,60 Baik

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2015)

Hasil penelitian yang dipaparkan di atas diolah menggunakan konversi Skala Likert. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa indikator Keunikan Infrastruktur bangunan memperoleh penilaian tertinggi dalam variabel atraksi wisata di Pura Taman Ayun. Selanjutnya jika diurutkan berdasarkan skor tertinggi ke terendah adalah indikator lansekap taman, fotografi, kebun botanical, kolam, pameran lukisan, dan aktivitas seremonial.

Persepsi wisatawan terhadap atraksi wisata di Pura Taman Ayun menandakan bahwa wisatawan yang berkunjung sangat mengagumi artistik seni Bali, yang salah satunya adalah fotografi dan infratruktur bangunan. Hal ini terlihat

dari hasil persepsi yang sangat baik terhadap kedua indikator ini. Yang dimaksud dengan indikator fotografi dalam penelitian ini adalah bagaimana sudut pandang foto yang dihasilkan di suatu daya tarik wisata dapat menghasilkan suatu sudut pandang gambar yang bagus baik dilakukan secara profesional maupun untuk sekedar untuk kenang-kenangan oleh wisatawan sendiri. Namun untuk pengambilan gambar secara profesional mendapat batasan, misalnya foto untuk keperluan prewedding adalah tidak diperkenankan. Menurut pihak pengelola, hal ini merupakan implikasi dari prinsip pengelolaan yang tetap mempertahankan kesakralan dan kesucian pura.

Persepsi sangat baik juga dihasilkan terhadap seni keunikan arsitektur Bali. Vicman Batirzal, salah satu responden wisatawan yang berasal dari Filipina menyatakan pendapatnya terhadap bangunan di Pura Taman Ayun secara keseluruhan :

This building is unique and reflects natural Balinese architecture. I

imagine a sacred atmosphere if I glare at it. Love to take picture here with all my family (Wawancara, 21/3/2015).

Menurutnya arsitektur bangunan di Pura Taman Ayun sangat mempesona, mencerminkan seni arsitektur Bali secara alami. Dia membayangkan suasana Bali setiap kali memandang arsitektur bangunan tersebut dan ingin mengabadikan kenangan di Pura Taman Ayun bersama keluarganya berupa foto dengan berlatar belakang bangunan tersebut.

Lain halnya dengan pendapat dari Ketut Sukadana, pengunjung asal kota Denpasar ini memberikan persepsi cukup terhadap infrastruktur bangunan di Pura Taman Ayun. Dia berpendapat bahwa :

Saya udah sering melihat arsitektur Bali, menurut saya terlihat biasa saja, mungkin bagi wisatawan asing hal ini dianggap menarik karena tidak ada di negaranya (Wawancara, 22/3/2015).

Dari dua pendapat di atas menunjukkan bagaimana adanya perbedaan asal responden berpengaruh terhadap persepsi yang terbentuk. Hal ini mempengaruhi pengalaman yang mereka alami saat sebelum mengungkapkan suatu persepsi. Bagaimana wisatawan mancanegara cenderung lebih mengagumi infrastruktur bangunan yang diianggap unik, Sedangkan bagi wisatawan lokal dapat beranggapan bahwa infratruktur tersebut cenderung biasa saja. Namun secara umum dari hasil penelitian ini menunjukkan dari keseluruhan wisatawan yang berkunjung pada saat penelitian dilakukan baik terhadap wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik bahwa mereka memiliki persepsi sangat baik terhadap keunikan infratruktur bangunan di Pura Taman Ayun. tersebut.

Selanjutnya pada indikator kebun botanical, Arix Yusika, responden yang berasal dari Solo berpendapat bahwa :

Taman yang dibelakang sudah baik, namun perlu divariasikan dengan tanaman bunga-bungaan agar terkesan lebih indah sehingga wisatawan yang suka berfoto akan lebih banyak obyek yang bisa difoto selain obyek utama tentunya (Wawancara, 22/3/2015).

Dari pendapat oleh wisatawan di atas, dapat dikatakan bahwa mereka juga mengharapkan adanya suatu added value dari kebun botanical yang telah ada. Seperti diketahui dan telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa konsep kebun botanical di Pura Taman Ayun adalah taman yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman langka maupun tanaman obat yang juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana upakara. Namun mendengar masukan dari wisatawan seperti tersebut di atas, bukan tidak mungkin bahwa saran tersebut dapat dipertimbangkan oleh

pihak pengelola untuk menambahkan varian bunga-bungaan, mengingat konsep taman pada umumnya adalah untuk keindahan, dan tanaman bunga adalah salah satunya. Ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam rangka meningkatkan tingkat kepuasan wisatawan.

Indikator dengan nilai terendah dalam variabel atraksi di Pura Taman Ayun adalah aktivitas seremonial. Hal ini sangat ironis mengingat Pura Taman Ayun merupakan pariwisata budaya, di mana seharusnya aktivitas seremonial sebagai salah satu atraksi unggulan. Namun skor terendah dari indikator ini disebabkan karena atraksi ini tidak senantiasa tersedia setiap waktu ketika wisatawan tersebut berkunjung. Seperti diketahui bahwa aktivitas seremonial yang sedianya memberikan suatu daya tarik adalah pada saat upacara piodalan yang jatuhnya pada anggarakasih medangsia.

Upacara yang dilangsungkan nyejer selama tiga hari ini merupakan atraksi yang cukup menarik bagi wisatawan. Meskipun mereka tidak diperbolehkan untuk memasuki area jeroan sebagai pemusatan upacara, namun berbagai prosesi dapat mereka ikuti dari luar tembok penyengker yang hanya memiliki ketinggian kurang lebih satu meter. Karena faktor daya tarik yang tidak sewaktu waktu dapat dinikmati inilah yang menjadi alasan mengapa indikator ini memiliki persepsi yang terendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Ardianti, salah seorang responden wisatawan asal Denpasar yang menyatakan bahwa:

Aktivitas seremonial di Pura Taman Ayun tentunya tidak tiap hari, namun perlu ada performace-permormance adat Bali secara khusus untuk pertunjukkan agar lebih menarik perhatian wisatawan, seperti tari-tarian, gamelan, dan lain-lain (Wawancara, 29/3/2015).

Pendapat dari Ardianti bisa merupakan hal yang realistis terutama dalam menarik minat wisatawan. Faktanya paket khusus untuk wisatawan telah dilakukan oleh pihak pengelola melalui Gala Dinner. Event yang diselenggarakan hanya melalui pemesanan khusus oleh wisatawan ini biasanya memiliki paket kesenian sesuai dengan request dari wisatawan yang memesannya. Jenis kesenian yang biasa dipertunjukkan adalah Calonnarang, Barong, Legong, Tektekan, Cak, dan lain-lain. Dalam permintaan adanya pertunjukkan kesenian disamping kegiatan seremonial juga diungkapkan oleh Nilufer Gunhan, salah satu turis mancanegara asal Turki :

The seremonial presentation are needed for tourists. How the local activities, habits, or their culture. And that will be great things to know

(Wawancara, 28/3/2015).

Dari pendapat di atas mengindikasikan bahwa wisatawan yang berkunjung memiliki tipikal atau motivasi yang berbeda beda. Jika dilihat dari komentarnya Nilufer merupakan wisatawan yang memiliki motivasi budaya. Pura Taman Ayun merupakan daya tarik wisata budaya, jadi tidak heran bila dikunjungi oleh wisatawan yang memang benar-benar ingin mengetahui latar belakang budaya. Indikator aktivitas seremonial merupakan hal penting dalam variabel atraksi itu sendiri. Faktanya, menurut pihak pengelola telah mengantisipasi permasalahan ini dengan mewujudkan aktivitas seremonial tajen (sabung ayam) secara simbolis. Aktivitas ini dulu sering diadakan sebagai bagian dari upacara

piodalan di Pura Taman Ayun. Namun seiring dengan dilarangnya tajen yang

dianggap sebagai bagian dari aktivitas perjudian, maka prosesi ini disimbolisasikan dalam bentuk replika patung. Replika tersebut berwujud patung

beberapa orang yang berpakaian adat yang sedang memegang ayam dan bersiap-siap memulai prosesi tersebut. Di samping wujud simbolis tersebut, aktivitas seremonial kecil sebenarnya telah dilakukan setiap hari oleh para pemangku dengan menghaturkan canang maupun sesajen keliling areal Pura Taman Ayun.

Dokumen terkait