• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

B. Gambaran Langkah-langkah Pelaksanaan Konseling Pemberian

1. Persiapan

3. Implementasi Konseling 4. Evaluasi Konseling Persiapan Konseling

Yang dimaksud dengan persiapan konseling adalah persiapan sebelum konseling diberikan yaitu dengan mengumpulkan data klien berupa data sosial budaya, data riwayat hidup, data antropometri dan data klinis

Angket Kuesioner dan Observasi

Dinyatakan dalam tingkatan: 1. Kurang :

Apabila skor pelaksanaan responden < 6. 2. Cukup :

Apabila skor pelaksanaan responden antara 6-7. 3. Baik :

Apabila skor pelaksanaan responden 8-10 (Azwar, 2011).

Perencanaan konseling

Yang dimaksud dengan perencanaan konseling adalah merencanakan penyelesaian masalah klien dengan menetapkan tujuan dan materi konseling

Angket Kuesioner dan Observasi

Dinyatakan dalam tingkatan: 1. Kurang :

Apabila skor pelaksanaan responden < 5. 2. Cukup :

Apabila skor pelaksanaan responden antara 5-6. 3. Baik :

Apabila skor pelaksanaan responden 7-8 (Azwar, 2011)

Ordinal

Implementasi Konseling

Implementasi konseling adalah tindakan nyata dari petugas kesehatan dalam memberikan konseling

Angket Kuesioner dan Observasi

Dinyatakan dalam tingkatan: 1. Kurang :

Apabila skor pelaksanaan responden < 11. 2. Cukup :

Apabila skor pelaksanaan responden antara 11-13.

3. Baik :

Apabila skor pelaksanaan responden 14-16. (Azwar, 2011).

Evaluasi Konseling

Yang dimaksud dengan evaluasi konsaling adalah menilai pemahaman ibu dalam pemberian makan pada anak baduta

Angket Kuesioner dan Observasi

Dinyatakan dalam tingkatan: 1. Kurang :

Apabila skor pelaksanaan responden < 4. Evaluasi (< 3)

2. Cukup :

Apabila skor pelaksanaan responden antara 4. 3. Baik :

Apabila skor pelaksanaan responden 5-6 (Azwar, 2011).

B. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi Operasional untuk Evaluasi Orang Tua

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Pelaksanaan Konseling Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pelaksanaan konseling MP-ASI adalah Suatu komunikasi dua arah antara konselor dan klien dengan pokok pembahasan tentang MP-ASI yang benar sesuai usia anak usia 6-24 bulan.

Yang terdiri dari:

Angket Kuesioner dan Observasi

Dinyatakan dalam tingkatan: 1. Kurang :

Apabila skor evaluasi responden < 28. 2. Cukup :

Apabila skor evaluasi responden antara 28-34. 3. Baik :

Apabila skor evaluasi responden 35-42. (Azwar, 2011).

5. Persiapan Konseling 6. Perencanaan Konseling 7. Implementasi Konseling 8. Evaluasi Konseling Persiapan Konseling

Yang dimaksud dengan persiapan konseling adalah persiapan sebelum konseling diberikan yaitu dengan mengumpulkan data klien berupa data sosial budaya, data riwayat hidup, data antropometri dan data klinis

Angket Kuesioner dan Observasi

Dinyatakan dalam tingkatan: 1. Kurang :

Apabila skor pelaksanaan responden < 6. 2. Cukup :

Apabila skor pelaksanaan responden antara 6-7. 3. Baik :

Apabila skor pelaksanaan responden 8-10 (Azwar, 2011).

Perencanaan konseling

Yang dimaksud dengan perencanaan konseling adalah merencanakan penyelesaian masalah klien dengan menetapkan tujuan dan materi konseling

Angket Kuesioner dan Observasi

Dinyatakan dalam tingkatan: 1. Kurang :

Apabila skor pelaksanaan responden < 5. 2. Cukup :

Apabila skor pelaksanaan responden antara 5-6. 3. Baik :

Apabila skor pelaksanaan responden 6,5-8 (Azwar, 2011)

Ordinal

Implementasi Konseling

Implementasi konseling adalah tindakan nyata dari petugas kesehatan dalam memberikan konseling

Angket Kuesioner dan Observasi

Dinyatakan dalam tingkatan: 1. Kurang :

Apabila skor evaluasi responden < 13. 2. Cukup :

Apabila skor evaluasi responden antara 13-16. 3. Baik :

Apabila skor evaluasi responden 17-20. (Azwar, 2011).

Evaluasi Konseling

Yang dimaksud dengan evaluasi konsaling adalah menilai pemahaman ibu dalam pemberian makan pada anak baduta

Angket Kuesioner dan Observasi

Dinyatakan dalam tingkatan: 1. Kurang :

Apabila skor evaluasi responden < 3. 2. Cukup :

Apabila skor evaluasi responden 3. 3. Baik :

Apabila skor evaluasi responden 4. (Azwar, 2011).

51

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif eksploratif, dengan tujuan mendeskripsikan gambaran pelaksanaan konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) di Puskesmas Wilayah Jakarta. Penelitian ini akan dinilai pada satu waktu (Setiadi, 2007). B. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yaitu Pulo Gadung, Jatinegara, Pasar Minggu, Kebayoran Lama, dan Cilandak tahun 2012. Daerah tersebut dipilih karena program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan konseling pemberian makan telah berjalan di puskesmas tersebut. selain itu, di Puskesmas tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan konseling makanan pendamping ASI (MP-ASI).

2. Waktu Penelitian

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan yang bertugas di poli anak/ poli MTBS yang tercatat di Puskesmas.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat 2007). Sampel yang diambil adalah seluruh tenaga kesehatan yang bertugas di poli anak/ poli MTBS yaitu sebanyak 15 dari 5 Puskesmas di wilayah Jakarta yaitu 3 responden Puskesmas Pasar Minggu, 1 responden Puskesmas Kebayoran Lama, 2 responden Puskesmas Cilandak, 4 responden Puskesmas Jatinegara dan 5 responden Puskesmas Pulo Gadung.

Kriterian Inklusi :

a. Petugas yang bertugas di poli MTBS/ poli anak

b. Petugas yang memberikan/ yang melaksanakan konseling c. Petugas yang bersedia menjadi responden penelitian

D. Instrument Penelitian

Instrumen Penelitian ini berupa kuesioner dan lembar observasi. 1. Wawancara

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan wawancara responden yang pertanyaannya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan kerangka teori yang telah dibuat. Wawancara berisi tentang data demografi dan pertanyaan terbuka tentang pelaksanaan konseling MP-ASI.

2. Lembar Observasi

Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi adalah untuk mengetahui perilaku petugas kesehatan dalam melakukan pelaksanaan konseling yang harus sesuai dengan “buku MTBS/KIA”. Pada pengisian lembar observasi observer mengisi nama yang akan diobservasi, jenis kelamin, usia, pendidikan, telah mendapatkan pelatihan MTBS, dan lama bekerja. Setelah itu melakukan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan konseling yang harus dilakukan dengan mengacu pada “buku MTBS/KIA”. Pada lembar observasi terdiri dari 4 aspek yang didalamnya terdapat 20 kegiatan. Observer dalam melakukan penilaian memberikan cek list pada kolom yang tersedia yaitu: (YA) apabila hal tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dalam melakukan pelaksanaan konseling dan (TIDAK) apabila tenaga kesehatan Puskesmas tidak melakukan kegiatan yang ada di lembar observasi tersebut, untuk lembar petunjuk observer tersedia didalam lampiran.

Data yang telah didapatkan dari hasil observasi kemudian dikumpulkan, kemudian dijumlahkan sesuai dengan skor yang didapat lalu digolongkan perilaku tenaga kesehatan Puskesmas dalam melakukan pelaksanaan konseling menjadi tiga kategori: yaitu baik, cukup, dan buruk (kurang). Hasil ukur variabel pemberian konseling di kategorikan menjadi 3 yaitu: (2) Pelaksanaan Baik (skor 33-40), (1) Pelaksanaan Cukup (skor 27-32), dan (0) Pelaksanaan Kurang/Buruk (skor < 26) (Azwar, 2011).

3. Evaluasi orang tua Balita

Pungumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner adalah untuk mengetahui pendapat orang tua balita dalam pelaksanaan konseling pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang dilakukan petugas.

Pada lembar kuesioner terdiri dari 4 aspek yang didalamnya terdapat 21 kegiatan. Dalam melakukan penilaian memberikan cek list pada kolom yang tersedia yaitu: (YA) apabila hal tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dalam melakukan pelaksanaan konseling dan (TIDAK) apabila tenaga kesehatan Puskesmas tidak melakukan kegiatan yang ada di lembar kuesioner tersebut. Data yang telah didapatkan dari hasil kuesioner kemudian dikumpulkan, kemudian dijumlahkan sesuai dengan skor yang didapat lalu digolongkan perilaku tenaga kesehatan Puskesmas dalam melakukan pelaksanaan konseling menjadi tiga kategori: yaitu baik, cukup, dan kurang. Hasil ukur variabel pemberian konseling di kategorikan menjadi 3 yaitu: (2)

Pelaksanaan Baik (skor 35-42), (1) Pelaksanaan Cukup (skor 28-34), dan (0) Pelaksanaan Buruk/Kurang (skor < 28) (Azwar, 2011).

E. Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui data demografi, dan pengetahuan yang terkait dengan pelaksanaan konseling MP-ASI, dan perilaku dengan menggunakan lembar observasi pada petugas kesehatan yang penilaiannya dilakukan oleh petugas Puskesmas/peneliti dengan mengacu pada buku MTBS.

Kuesioner memuat beberapa pertanyaan yang dirancang oleh peneliti dengan mengacu pada literatur sebanyak 20 pertanyaan dengan menggunakan tipe soal pilihan ya dan tidak. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kurang lebih 20-30 menit. Untuk menghindari persoalan teknis yang berkaitan saat dilakukan pengumpulan data responden dan ketelitian dalam memberikan jawaban, peneliti memberikan petunjuk dalam pengisian kuesioner serta mengadakan pengawasan dan penjelasan kembali apabila responden mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan. Pada penilaian perilaku dilakukan setelah responden mengisi kuesioner berisi pengetahuan yang tekait dengan pelaksanaan konseling MP-ASI.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu:

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan surat izin dari kepala Dinas Kesehatan Jakarta Timur. b. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan

tujuan dan manfaat penelitian.

c. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda tangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian. d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian

kuesioner.

e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

g. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa.

h. Melakukan observasi pada responden yang sedang melaksanakan konseling MP-ASI.

i. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya.

F. Teknik Analisa Data 1. Langkah Analisis Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2007). Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

c. Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.

d. Processing data

Setelah semua isian kuesioner tersisi penuh dan benar, dan juga data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistik.

e. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang

sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel dependen dan independen. Variabel independen diantaranya jenis kelamin, umur, pendidikan, dan lama kerja sebagai tenaga kesehatan. Variabel dependen yaitu perilaku tenaga kesehatan dalam melaksanakan konseling Makanan Pendamping ASI

G. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil riset.

60

HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan secara lengkap, hasil penelitian gambaran pelaksanaan konseling makanan pendamping ASI di Puskesmas wilayah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu, mulai dari tanggal 29 Februari 2012 sampai dengan 28 Maret 2012. Wawancara dan observasi yang dilakukan sebanyak 15 set kepada perawat pelaksana (Ruang Poli anak atau MTBS) di Puskesmas wilayah Jakarta Timur yaitu: Pulo Gadung, Puskesmas Jatinegara dan Puskesmas wilayah Jakarta Selatan yaitu: Puskesmas Pasar Minggu, Puskesmas Kebayoran Lama dan Puskesmas Cilandak.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu berdiri pada tahun 1972. Wilayah Kecamatan pasar minggu terletak dibagian selatan Ibu Kota DKI Jakarta dan terbagi atas 7 Kelurahan dengan 65 RW, 725 RT, 58.228 KK, dan 246.930 jiwa.

Batas-batas wilayah Kecamatan Pasar Minggu :

a) Sebelah Utara : Jalan empang tiga, jalan H. Samali dan Jalan Pulo Kecamatan Pancoran

b) Sebelah Barat : Kali Krukut Kecamatan Cilandak

c) Sebelah Timur : Kali Ciliung kecamatan Kramat jati Jakarta Timur. d) Sebelah Selatan : Kecamatan Jagakarsa

2. Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama

Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama didirikan pada tahun 1974, di di rehabilitasi berat pada tahun 1992. Luas tanah: 942 m², bangunan: 418 m². Secara administrasi wilayah Kecamatan Kebayoran Lama terbagi menjadi 6 kelurahan, 77 RW, 857 RT, 7135 KK.

Batas-batas wilayah :

a) Sebelah Utara : Kecamatan kebun Jeruk Jakarta Barat.

b) Sebelah Timur : Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan, Kali Grogol.

c) Sebelah Selatan : Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan, Kecamatan Ciputat II Tangerang.

d) Sebelah Barat : Kecamatan Pesangrahan Jak-Sel, Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat .

3. Puskesmas Jatinegara

Puskesmas Kecamatan Jatinegara mempunyai luas wilayah 1130,76 Km² yang terdiri dari 8 kelurahan 90 RW, 1141 RT dan 70.434 KK.

Batas-batas wilayah :

a) Utara : sepanjang rel kereta api berbatasan dengan Kecamatan Matraman dan Pulo Gadung

b) Selatan : sepanjang jembatan Cawang, Kalimalang berbatasan dengan Kecamatan Makasar dan Kramat Jati.

4. Puskesmas Pulo Gadung

Puskesmas Kecamatan Pulo gadung didirikan pada tahun 1977. Batas-batas wilayah:

a) Utara : Jalan perintis kemerdekaan berbatasan dengan Kecamatan kelapa gading wilayah kota admistrasi Jakarta Utara

b) Timur : Jalan raya bekasi berbatasan dengan kecamatan Cakung wilayah administrasi Jakarta Timur.

c) Selatan : rel kereta api berbatasan dengan kecamatan Jatinegara wilayah administrasi Jakarta Timur.

d) Barat : jalan jendral Ahmad Yani (By Pass) berbatasan dengan wilayah kecamatan matraman wilayah kota administrasi Jakarta Timur dan kecamatan cempaka putih wilayah administrasi Jakarta Pusat.

B. Karakteristik Responden 1. Berdasarkan Usia

Tabel 5.1. menunjukkan rata-rata responden berusia 44 tahun dan usia terbanyak 29 tahun. Batas usia termuda 29 tahun dan batas usia tertua 56 tahun.

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Usia Responden di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012

N Mean Median Modus Std. Deviasi Minimum Maksimum

2. Berdasarkan Jenis Kelamin

Data 5.2. menujukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin. Hampir sebagian besar respondennya prempuan 14 responden dan hanya 1 responden yang jenis kelamin laki-laki.

3. Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3. menunjukkan tingkat pendidikan responden bervariasi sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan sarjana (S1 Dokter Umum, S1 Keperawatan, dan S1 Kesehatan Masyarakat) dan 5 responden berpendidikan diploma dan masih terdapat 4 responden yang memiliki latar belakang pendidikan SPK yaitu 1 responden di Puskesmas Pasar Minggu, 1 responden di Puskesmas Pulo Gadung, 2 responden di Puskesmas Jatinegara.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012

Jenis kelamin Frekuensi

Laki-laki 1 Perempuan 14 Total 15 Pendidikan Frekuensi SPK 4 DIII 5 S1 6 Total 15

4. Berdasarkan Pelatihan MTBS

Tabel 5.4. menunjukkan responden yang belum (8 orang) yaitu 1 responden Puskesmas Cilandak, 2 responden Puskesmas Pasar Minggu, 3 responden Puskesmas Pulo Gadung, 2 responden Puskesmas Jatinegara mendapatkan pelatihan MTBS (1 responden Puskesmas Cilandak, 2 responden Puskesmas Pasar Minggu, 3 responden Puskesmas Pulo Gadung, 2 responden Puskesmas Jatinegara), lebih banyak dibanding dengan responden yang sudah mendapatkan pelatihan MTBS (7 orang). 5. Berdasarkan lama bekerja

Tabel 5.5 Menunjukkan, rata-rata responden sudah bekerja selama 60 bulan (5 tahun) di ruang poli MTBS. Terlama responden bekerja adalah 132 bulan (11 tahun) dan paling singkat adalah 1 bulan.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pelatihan MTBS Responden di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Lama Bekerja Responden di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012

Mendapatkan Pelatihan MTBS Frekuensi

Belum 8

Sudah 7

Total 15

N Mean Median Modus Std. Deviasi Minimum Maksimum 15 47,33 60,00 60 Bulan 35,972 1 Bulan 132 Bulan

C. Karakteristik Evaluasi Pelaksanaan Konseling MP-ASI menurut Orang Tua Balita

6. Pendidikan Orang Tua

Tabel 5.6 menunjukkan, rata-rata tingkat pendidikan orang tua balita yaitu SMA. Tingkat pendidikan orang tua balita paling tinggi perguruan tinggi sebanyak 1 responden dan tingkat pendidikan orag tua balita paling rendah SMP sebanyak 2 responden.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Pendidikan Orang Tua Balita di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012

Pendidikan Frekuensi

SMP 2

SMA 12

Perguruan Tinggi 1

D. Gambaran Pelaksanaan Konseling Berdasarkan Wawancara pada Petugas

Tabel 5.7 Distribusi Hasil Wawancara pada Petugas.

Aspek Uraian

Persiapan Keseluruh responden (15 petugas) mengatakan dalam tahap persiapan yang dipersiapakan adalah materi yang sesuai kasus anak, dan kartu nasehat ibu (KNI) atau bagan MTBS. Responden di Puskesmas Pasar Minggu menambahkan dalam tahap persiapan konseling yaitu pasien dan orang tua agar tenang dan bisa menyimak konseling.

Bagan KNI atau bagan MTBS terlampir

Perencanaan Keseluruh responden (15 petugas) mengatakan melakukan perencanaan agar anak mendapat makanan sesuai usia anak, agar orang tua paham dalam memberikan makan sesuai usia anak, agar orang tua paham dalam memberikan MP-ASI yang sesuai dengan bagan MTBS

Implementasi Dalam implementasi tidak dilakukan wawancara, dilakukan dengan observasi. Hasil yang didapat yaitu sebanyak 10 petugas melakukan implementasi dengan baik dan 5 petugas melakukan implementasi dengan cukup.

Evaluasi Sebagian besar responden (13 petugas) mengatakan melakukan evaluasi pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI dengan mengecek pemahaman ibu atau bertanya lagi kepada ibu mengenai konseling yang diberikan, mengecek buku pasien. Di Puskesmas Cilandak dalam tahap evaluasi yaitu dengan meminta orang tua agar kembali lagi dalam waktu 2 minggu agar terlihat perubahan anak Kekuatan

dalam pelaksanaan konseling

Kekuatan dalam pelaksanaan konseling yaitu:

a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu tentang pemberian makan anak, tentang MP-ASI yang sesuai usia anak, meningkatkan BB anak dan anak sehat.

menambahkan kekuatan dalam pelaksanaan konseling yaitu ada media, ada petugas dan ada materi.

Kelemahan dalam pelaksanaan konseling

a. Setiap Puskesmas tidak memiliki ruang khusus untuk pelaksanaan konseling MTBS sehingga kurang efektif dalam pemberian konseling.

b. Setiap puskesmas memiliki kelemahan yang sama diantaranya adalah kurangnya SDM terutama di Puskesmas Kebayoran Lama, Cilandak. Dan ditunjang dari faktor Pendidikan orang tua balita yang rendah, anak sakit dan rewel, ekonomi yang rendah, orang tua yang kurang kooperatif sehingga konseling yang diberikan kurang efektif.

Peluang untuk kedepannya

a. Terus-menerus dilakukan konseling agar menambah pengetahuan ibu tentang pemberian makan anak yang benar. di perbanyak konseling, diperbanyak media, melakukan pelatihan MTBS.

b. Puskesmas Pulogadung menambahkan terus dilakukan konseling karena inti dari MTBS adalah konseling, diadakan pelatihan MTBS, seminar dan praktek untuk menambah pengetahuan petugas.

c. Puskesmas Kebayoran lama mengatakan bekerjasama dengan pihak gizi Yang menimbulkan ketidak berhasilan konseling

a. Keterbatasan waktu, pasien banyak, pendidikan ibu, ketelatenan orang tua dan kesadaran orang tua yang kurag.

b. Sarana dan prasarana yang kurang seperti media yang kurang (bagan KNI) ini terjadi di Puskesmas Kebayoran Lama, Jatinegara, Pulogadung.

c. Tidak ada ruangan khusus untuk konseling MTBS sehingga petugas kurang nyaman dalam memberikan konseling.

d. Faktor dari petugas yaitu kurangnya pengetahuan petugas, karena masih banyak responden yang belum mendapatkan pelatihan MTBS, kurangnya motivasi petugas dalam melaksanakan konseling

E. Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Tiap Puskesmas Tahapan Konseling Kategori Pasar Minggu Kebayoran Lama

Cilandak Jatinegara Pulo Gadung Jumlah Persiapan Baik 3 1 2 4 5 15 Perencanaan Baik 2 0 0 1 1 15 Cukup 1 1 2 3 4 Implementasi Baik 2 1 2 2 3 15 Cukup 1 0 0 2 2 Evaluasi Baik 1 0 0 1 1 15 Cukup 2 1 2 3 4

F. Gambaran Tahapan Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Puskesmas wilayah Jakarta

Dari tabel 5.9 menunjukkan dalam tahap Persiapan seluruh petugas melakukan persiapan dengan baik, dalam tahap Perencanaan 13 petugas melakukan perencanaan dengan baik dan 2 petugas melakukan perencanaan dengan cukup baik. Dalam tahap Implementasi 10 petugas melakukan dengan baik, 5 petugas melakukan Implementasi dengan cukup baik. Dan dalam tahap

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Hasil Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Setiap Puskesmas Wilayah Jakarta

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Tahapan Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI Kategori Persiapan Perencanaan Implementasi Evaluasi

Baik 15 13 10 3

Cukup 0 2 5 12

Kurang 0 0 0 0

evaluasi 3 petugas melakukan evaluasi dengan baik dan 12 petugas melakukan dengan cukup baik.

G. Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Puskesmas Wilayah Jakarta

Tabel 5.10 menunjukkan kategori cukup dalam pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI sebanyak 13 petugas dan kategori baik dalam pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI sebanyak 2 petugas.

Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Hasil Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Puskesmas Wilayah Jakarta

Kategori Pelaksanaan KonselingMP-ASI Frekuensi (N=15) Baik 2 Cukup 13 Kurang 0 Jumlah 15

H. Gambaran Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Tiap Puskesmas

I. Gambaran Tahapan Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Puskesmas wilayah Jakarta

Dari tabel 5.12 menunjukkan orang tua balita berpendapat dalam tahap Persiapan seluruh petugas melakukan persiapan dengan baik, dalam tahap

Dokumen terkait