• Tidak ada hasil yang ditemukan

Personal Hyg iene dan Sanitas i Pe mbuatan Ja mu Tradisional 1. Personal hygiene

Hygiene pada dasarnya merupakan usaha kesehatan preventif atau pencegaha n pe nyakit yang menitik beratkan kegiatannya pada kesehatan perseorangan (Personal hygiene) maupun usaha kesehatan lingk ungan fisik dimana orang berada. (Reksosubroto, 1990) menjelaskan bahwa personal hygiene memegang peran penting untuk mencegah terjadinya pencemaran agent penyakit dalam proses pembuatan jamu tradisional sesuai dengan prinsip - prinsip sanitasi makanan. Penerapan personal hygiene pada proses pembuatan jamu tradisional adalah relatif sama dengan proses pengolahan makanan dan minuman karena pada dasarnya jamu tradisonal juga merupaka n bahan yang diko nsumsi masyaraka t.

Kebersihan pr ibadi adalah hal yang secara langsung berhubungan dalam proses mempersiapkan dan mengolah sampai dengan pengangkutan dan pemasaran jamu tradisional, yang kesemuanya menuntut untuk senantiasa terjaga kebersihannya. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

(CPOTB) yang menekankan pentingnya paktek - praktek sanitasi dan hygiene pada setiap tahap pembuatan obat tradisional untuk menjamin terpenuhinya persyaratan kesehatan. Upaya hygiene dan sanitasi dalam pembuatan obat tradisional harus dilakukan terhadap personalia, bangunan, peralatan, bahan, proses pembuatan, pengemasan dan setiap hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.

Depkes (2004) menyebutkan beberapa upaya yang merupakan bagian dari usaha personal hygiene penjamah makanan:

Seperti perlakuan yang perlu dikerjakan oleh penjamah makanan, dalam proses pe mbuatan jamu tardisional juga harus berupa ya untuk mencegah pencemaran terhadap prod uksi jamu. Personal hygi ene yang harus dipe rhatika n meliput i :

1. Tangan dan bagian-bagiannya harus selalu dijaga kebersihannya. Kuku dipotong pendek, sebab sela - sela kuku dapat terkumpul kotoran dan menjadi sarang atau sumber kuman penyakit yang berpotensi mencemari makanan dan minuman. Disamping itu, kuku yang panjang sulit untuk dibersihkan dengan sempurna walaupun sepertinya telah dicuci dengan baik dan benar, karena pada sela-sela kuku panjang kotoran dan bakteri patogen masih dapat tertinggal didalamnya. 2. Kulit selalu dalam keadaan bersih, sebab kulit tempat beradanya kuman yang

secara normal hidup pada kulit manusia. Kulit yang tidak bersih akan menimbulkan pencemaran pada makanan dan minuman. Membersihkan kulit dengan cara mandi yang bersih, mencuci tangan setiap saat dan mengganti pakaian yang telah kotor karena dipakai bekerja atau tidur akan mengurangi

kebersihan kulit. Terutama kulit tangan seperti jari, telapak tangan yang langsung bersentuhan dengan makanan sangat penting untuk selalu dijaga kebersihannya. 3. Tidak menggunakan kutex, sebab dapat mengandung racun berbahaya yang bila

masuk ke dalam makanan dan minumann dapat menimbulkan pencemaran dalam bentuk zat pewarna, air raksa, arsen dan sebagainya.

4. Tidak merokok sewaktu mengolah makanan dan minuman atau berada di dalam ruangan pembuatan makanan atau minuman. Kebiasaan merokok dilingkungan pengolahan makanan dan minuman mengandung resiko seperti abu rokok jatuh ke dalam makanan, karena secara tidak disadari hal ini sulit dicegah.

5. Luka yang terbuka, k ulit dalam keadaan normal telah mengandung banyak bakteri penyakit. Sekali kulit terkelupas atau luka akibat teriris, maka bakteri akan masuk ke bagian dalam kulit dan terjadi infeksi. Maka penjamah makanan dengan luka terbuka harus segera menutupnya de ngan plester tahan air yang mengandung obat anti infeksi (anticeptic). Dan bila lukanya parah maka penjamah makanan harus diistirahatkan, namu bila ringan dapat bekerja dengan menggunakan sarung tangan untuk melakuka n proses pengolahan maka nan.

Disamping itu terdapat beberapa ketentuan penjamah makanan dan minu man yang tidak diperkenanka n bekerja :

1. Tidak bolah bekerja ketika menderita gejala flu seperti demam, pilek atau sakit tenggorokan.

4. Tidak boleh bekerja ketika menderita penyakit hepatitis dan atau dari hasil pemeriksaan dinyatakan terinfeksi salmonella thyipi, shiggella atau E.colli, da n 5. Tidak boleh bekerja apabila menderita penyakit kulit.

Dalam proses pengolahan makanan penjamah diharuskan menggunakan sarung tangan untuk melind ungi luka serta senantiasi membiasakan diri unt uk melakukan cuci tangan secara benar menggunakan sabun pada air yang mengalir.

2.5.2. Sanitasi Pengolahan Makanan

1. Pakaian Kerja

Penjamah maka nan harus mengenaka n paka ian khus us. Paka ian harus gant i setiap hari karena pakaian yang kotor dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri. Pakaian kerja bagi penjamah makanan sebaiknya dipilih model yang dapat melindungi tubuh pada waktu memasak, mudah dicuci, berwarna terang atau putih, menyerap keringat, terbuat dari bahan yang kuat, tidak panas, dan ukurannya nyaman dipakai yakni tidak ketat atau terlalu longgar sehingga tidak mengganggu pada waktu bekerja.

2. Sarung Tangan

Dalam melakukan pekerjaan penyiapan hingga pengolahan makanan dan seterusnya , pe njamah maka nan harus mengenakan sarung tangan untuk menghindari pencemaran bakteri dari tangan kepada makanan.

3. Sepatu

Sepatu yang digunakan ialah sepatu kerja, artinya berhak pendek, tidak licin, ringan dan enak dipakai. Apabila sepatu yang digunakan tenaga pembuat

makanan dan minuman kurang enak dipakai maka akan menyebabkan lekas lelah atau sakit pada jari – jari kakinya.

2.5.3. Persyaratan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik

Persyaratan CPOTB, menurut Bada n Pengawas Obat dan Maka nan (2008) terdapat beberapa elemen yang diidentifikasi dan menjadi draft yang disepakati yang antara lain meliputi manajemen mutu, personil, bangunan dan peralatan, dokumentasi, produksi, quality control, kontrak manufaktur dan analisis, pengaduan dan pe narikan produk serta self inspection.

Beberapa aspek mutu yang perlu diperhatikan dalam membuat ataupun mengkonsumsi suatu produk bahan alam sebagai obat antara lain adanya cemaran logam berat (Pb, As dan Cd), residu pestisida, aflatoksin, dan cemaran mikroo rganisme. Selanjutnya menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan ) suatu produk obat bahan alam dipersyaratkan tidak boleh mengandung cemaran logam berat atau apabila tidak dapat dihindari harus sesuai dengan batas maksimum yang dipersyaratka n ya itu Pb dan As masing- masing ≤ 10,0 ppm dan Cd ≤ 0,3 ppm. Demikian juga halnya dengan residu pestisida jenis fosfor dan klor ≤ 5 μg/kg.

Sedangkan untuk aflatoksin ≤ 20 μg/kg.

Suatu produk obat bahan alam sebaiknya tidak mengandung cemaran mikroorganisme, akan tetapi terkadang hal ini sulit dihindarkan. Adapun batas maksimum cemaran mikroorganisme yang dipersyaratkan tergantung dari bentuk

Khamir. Namun demikian, suatu produk obat bahan alam tidak diperbolehkan mengandung cemaran mikroorganisme patogen seperti Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Clostridia sp., Shigella sp., dan Salmonella p.

Di samping itu, suatu prod uk ob at ba han alam juga harus memenuhi ketent uan batas kadar air. Kadar air yang rendah, umumnya di bawah 10% dapat mencegah tumbuh kembangnya mikroorganisme sehingga menjamin mutu suatu produk obat dari bahan alam. Ekstrak atau sari kental suatu bahan alam yang akan diolah menjadi produk seharusnya juga memenuhi ketentuan standar yang berlaku tentang jenis pelarut yang digunakan, kadar air, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam. Semua aspek mutu di atas harus diuji dengan menggunakan metode pengujian yang telah ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Dari segi keamanan, suatu obat bahan alam atau obat tradisional harus berasal dari tumbuhan atau bahan alam lainnya sesuai dengan ketentuan dan tidak diperke nanka n mengandung campuran ba han kimia oba t.

Diketahui terdapat kurang lebih 32 jenis tumbuhan yang tidak diizinkan digunakan sebagai obat bahan alam di Indonesia, diantaranya Abrus precatorius L., Aconitum sp., Adonis vernalis L., Aristolochia sp., Digitalis sp., Datura sp., Ephedra sp., Justicia gendarussa Burm f., dan Piper methysticum Forst. Berbagai alasan pelarangan penggunaan bahan tumbuhan di atas antara lain karena mengandung senyawa yang bersifat toksik terhadap tubuh manusia, mempunyai efek samping yang merugikan, bahkan dapat menyebabkan interaksi dengan obat-oba t lain yang menimbulkan suatu reaksi yang tidak diinginkan.

Dokumen terkait