• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.8. PERSYARATAN DAN STANDAR PERENCANAAN TEKNIK KASIBA DAN LISIBA

3.8.1. Persyaratan dan Standar Perencanaan Teknik Prasarana Lingkungan dalam Kasiba

a. Persyaratan dan Standar Perencanaan Teknik Prasarana Lingkungan dalam Kasiba

1. Jaringan jalan primer dan sekunder terdiri dari badan jalan (perkerasan jalan dan bahu jalan), trotoar, ambang pengaman dan saluran air hujan.

2. Lebar jalan jaringan primer dan sekunder sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) meter - Lebar perkerasan jalan untuk 1 (satu) jalur sekurang-kurangnya 7 (tujuh) meter - Kemiringan melintang perkerasan 2%

- Dirancang berdasarkan kecepatan 60 km/jam

3. Konstruksi jalan harus memperhatikan beberapa hal antara lain : - Keadaan tanah tempat jalan akan dibangun

- Kepadatan lalu lintas

- Pemilihan material / bahan yang akan digunakan

- Kondisi setempat yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

4. Radius belokan jalan, tempat pertemuan antara jalan lokal sekunder dan jalan kolektor

Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Departemen Pekerjaan Umum, RSNI T-14 Tahun 2004.

b. Persyaratan dan Standar Perencanaan Teknik Jaringan Primer dan Sekunder Saluran Drainase Dalam Kasiba

1. Jaringan primer dan sekunder drainase harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup untuk menampung air yang mengalir dari area Lisiba dan kawasan sekitarnya.

2. Saluran pembuangan air hujan dapat terbuka dengan ketentuan sebagai berikut :

- Dasar saluran terbuka ½ lingkaran dengan diameter minimum 20 cm, atau bentuk bulat telur ukuran minimum 20/30 cm.

- Bahan saluran, tanah liat, beton, pasangan batu bata dan bahan lain - Kemiringan saluran minimum 2 %

- Kedalaman saluran minimum : 30 cm

- Apabila saluran dibuat tertutup, maka pada tiap perubahan arah harus dilengkapi dengan lubang kontrol dan pada bagian saluran yang lurus lubang kontrol harus ditempatkan pada jarak maksimum 50 (lima puluh) meter.

- Saluran tertutup dapat terbuat dari PVC, beton, tanah liat dan bahan-bahan lain; - Untuk mengatasi terhambatnya saluran air karena endapan pasir/tanah pada drainase

terbuka dan tertutup perlu bak kontrol dengan jarak kurang lebih 50 M dengan dimensi

(0,40x 0,40x 0,40) M3

- Setiap Kasiba perlu menyediakan sumur resapan pada titik-titik terendah.

- Penggunaan pompa drainase merupakan upaya tambahan bila ditemui kesulitan untuk mengalirkan air secara gravitasi. Dapat juga digunakan untuk membantu agar pengaliran air dalam saluran mengalir lebih cepat.

3. Tahapan Perencanaan terdiri dari :

a. Pengumpulan data topografi dan pemetaan

- Pemetaan topografi dan pemotretan dari udara atau satelit

- Membuat peta tematik dengan ketelitian skala 1: 5000 yang mencakup kontur interval 5 meter untuk perencanaan jaringan. Dan membuat peta tematik dengan ketelitian skala 1:1.000 untuk perencanaan detail.

- Level ikat topografi (benchmark) yaitu elevasi dasar kota yang dikaitkan dengan elevasi muka air laut pasang atau pada sungai besar.

- Garis kontur , yaitu dengan penyesuaian terhadap titik ikat elevasi berdasarkan elevasi sungai yang ada guna perencanaan drainase perumahan.

Data hidrologi mencakup kedudukan muka air banjir terhadap elevasi lahan, data curah hujan harian, bulanan dan tahunan.

c. Data Geologi

Perlu dilakukan penyelidikan tanah untuk mengetahui kemungkinan penurunan pondasi saluran dan kekuatan / kondisi tanah dasar untuk mengetahui daya dukung lapisan tanah tersebut.

d. Data kajian Amdal. e. Periode Perencanaan

Periode perencanaan yang dilakukan dibuat agar tidak terjadi kegagalan pada fungsi sistem drainase. Periode ulang desain yang harus direncanakan untuk Kasiba adalah seperti tercantum pada Tabel Dr-1 : Periode Disain Makro dan Tabel Dr-2 : Periode Mikro pada lampiran.

¾Aspek Hidrolis

- Kecepatan maksimum dan minimum aliran dalam saluran - Bentuk saluran

- Bangunan pelengkap yang diperlukan

¾Aspek Struktur

- Jenis dan mutu saluran

- Kekuatan dan kestabilan bangunan

c. Persyaratan dan Standar Perencanaan Pengelolaan Air Limbah Kasiba dan Lisiba.

1. Secara umum sistem pembuangan limbah kawasan harus dapat melayani kebutuhan pembuangan dengan syarat sebagai berikut :

(1) Ukuran pipa pembawa minimum 200 mm (2) Sambungan pipa harus kedap air

(3) Pada jalur pipa pembawa harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan pada tiap penggantian arah pipa dan pada bagian pipa yang lurus pada jarak minimum 50 (lima puluh) meter.

(4) Air limbah harus melalui sistem pengolahan sedemikian rupa sehingga memenuhi standar yang berlaku sebelum dibuang ke perairan terbuka.

(5) Untuk pembuangan dari kakus (WC) dapat digunakan septic tank dan bidang

2. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat tangki septik pada tiap-tiap rumah maka harus dibuat tangki septic bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

3. Apabila tidak memungkinkan membuat bidang resapan pada tiap-tiap rumah, maka harus dapat dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

4. Persyaratan tangki septik bersama adalah sebagai berikut : - Muka air tanah harus cukup rendah

- Jarak minimum antara bidang resapan bersama dengan sumur pantek adalah 10 (sepuluh) meter (tergantung dari sifat tanah dan kondisi daerahnya).

- Tangki septik harus dibuat dari bahan kedap air. - Kapasitas tangki septik tergantung dari :

(1) Kualitas air limbah (2) Waktu pengendapan

(3) Banyaknya campuran yang mengendap (4) Frekuensi pengambilan lumpur

5. Ukuran tangki septic bersama sistem tercampur.

- Untuk jumlah ± 50 jiwa

a) Panjang : 5,00 m b) Lebar : 2,50 m c) Kedalaman total : 1,80 m d) Tinggi air dalam tangki ± 1 m

e) Pengurasan ±2 Th sekali

- Ukuran tangki septik bersama sistem terpisah untuk jumlah ± 50 jiwa

a) Panjang : 3,00 m b) Lebar : 1,50 m c) Kedalaman : 1,80 m - Ukuran bidang resapan

a) Panjang : 10 m b) Lebar : 9,60 m c) Kedalaman : 0,70 m

6. Bila bidang resapan tidak memungkinkan untuk dibuat dan untuk pertimbangan kemudahan dalam pengolaan serta demi efisiensi energi, maka dapat diterapkan sistem pengolahan terpusat.

7. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan sistem terpusat adalah : - Tipe perumahan

- Kepadatan penduduk - Luas daerah pelayanan

- Tingkat sosial ekonomi penduduk untuk turut memikul biaya pembangunan, operasi dan pemeliharaan.

- Keadaan sosial ekonomi penduduk untuk turut menjaga keberlanjutan berfungsinya sistem.

- Penggunaan lahan - Aspek teknis

Sistem pengelolaan air limbah terpusat cocok diterapkan pada daerah dengan kondisi sebagai berikut :

- Kepadatan penduduk tinggi (>250 jiwa/Ha) - Tersedia sumber air bersih

- Permeabilitas tanah rendah

- Level muka air tanah relatif cukup dalam

8. Konsep dasar yang digunakan dalam menangani air limbah kawasan permukiman adalah bagaimana mengelola air limbah secara terpadu, sehingga tepat guna (efektif), berdaya guna (efisien) dan biayanya terjangkau serta dapat dioperasikan secara berkelanjutan, dengan bertumpu pada kemitraan antara masyarakat, Pemerintah, dan dunia usaha (swasta).

d. Persyaratan dan Standar Perencanaan Pengelolaan Persampahan Kasiba dan Lisiba

a) Dalam melakukan pengolahan sampah terdapat beberapa aspek pencemaran yang perlu mendapat perhatian yaitu :

- Pengendalian bau

- Pengendalian penyebaran penyakit

- Pengendalian lindi / leachete

- Pengendalian kebakaran sampah - Menjaga estetika lingkungan

b) Alternatif pengolahan sampah yang dapat digunakan untuk suatu Kasiba adalah sebagai berikut :

- Open dumping (tidak dianjurkan) - Control landfill

Pada metode pengolahan dengan cara ini, sampah yang diangkut ketempat ini akan secara periodik ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi pencemaran lingkungan akibat sampah tersebut.

Sebelum dilakukan penutupan, sampah yang ada diratakan dan dipadatkan lebih dulu agar terjadi peningkatan efisiensi dalam penggunaan lahan untuk pengolahan.

- Sanitary landfill

Metode pengolahan dengan cara ini merupakan metode standar yang digunakan secara internasional, dengan sampah yang diangkut ketempat ini akan ditutup setiap hari dengan lapisan tanah sehingga mengurangi potensi pencemaran lingkungan.

3. Untuk mengurangi potensi pencemaran lingkungan akibat pengolahan sampah, lokasi pengolahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Bukan daerah rawan geologi - Bukan daerah rawan hidrogeologi

- Muka air tanah dilokasi pengolahan tidak boleh kurang dari 3 (tiga) meter di bawah permukaan tanah

- Porositas tanah harus > dari 10-6 cm/dtk - Jarak dengan sumber air minimal 100 meter

- Bila kondisi di atas tidak terpenuhi maka dapat diupayakan penggunaan teknologi yang dapat membantu

- Bukan daerah rawan secara topografi

- Minimal kemiringan lahan yang digunakan untuk lokasi pengolahan adalah 20%

- Memiliki jarak minimal 3000 meter dari lapangan terbang yang digunakan pesawat bermesin jet dan 1500 meter untuk lapangan terbang yang digunakan pesawat berbaling-baling. Hal ini untuk mencegah terjadinya gangguan pandangan pilot pesawat terbang akibat adanya asap dari sampah yang terbakar.

- Tidak memiliki kemungkinan banjir dengan periode ulang kurang dari 25 tahun - Bukan daerah / kawasan yang dilindungi atau cagar alam

4. Prasarana, sarana dan peralatan pengolahan sampah, terdiri dari : - Jalan

- Drainase

- Lapisan kedap air, yang berfungsi untuk mencegah rembesan lindi dari sampah yang ditimbun ke lapisan tanah dibawahnya yang dapat mencemari air tanah. Lapisan ini dipasang di seluruh permukaan tanah tempat penimbunan sampah. Lapisan ini dapat berupa tanah lempung setebal 50 cm atau lapisan karet sintetis yang saat ini banyak digunakan.

- Pengumpul dan pengolah lindi yang berupa cairan yang mengandung zat organik yang memiliki kadar pencemaran tinggi dan terbentuk akibat penguraian sampah. Pengumpulan lindi dilakukan dengan memasang pipa-pipa di lapisan kedap air yang kemudian disalurkan ke kolam penampung lindi. Pengolahan lindi dapat dilakukan dengan cara pengolahan limbah secara biologis.

- Alat berat

- Fasilitas penunjang - Fasilitas penerimaan - Penghijauan